Sabtu, 20 November 2010

(Semangat Ramadhan ) Berhasil Kala Ramai, Sukses Kala Sendiri

Tujuh Ramadhan

Pendakian menuju kebaikan itu, bukan hanya lurus, kemudian sampai di puncak dengan sejuta rasa sukses, sangat mulus. Tentu ada kenangan paling indah selama perjalanan melalui lereng-lerengnya, mengitari sebuah bagian yang tak mungkin dilalui. Terjatuh, karena tersandung akr-akar pohon nan besar, yang ada di sepanjang setapak-setapak itu. Sesekali terjerembab, menginjak lubang yang tak terlihat. Terkilir, kram kaki atau yang lainnya. Itulah yang membuat buku ”KESUKSESAN” sangat digemari. Aroma perjuangan, selalu memacu adrenalin untuk ikut bergelora bersamanya.

Begitulah Ramadhan seharusnya bagi jiwa-jiwa kelana iman. Merasakan sulitnya menahan setiap syahwat diri, yang melingkari zona ingin. Ingin ini, ingin itu, ingin kesana, ingin kesini, ingin begitu, ingin begini, ingin lagi.. lagi dan lagi. Dan tentu tak semua ingin bisa dipenuhi kala berbuka. Bahkan berbuka pun kita masih tetap berpuasa. Berpuasa lisan kita, dari mencela atau menyebut-nyebut kurangnya nikmat. Karena kadang tanpa sengaja terucap, ”Duuh, coba ada buah ya.” atau ”Enak kayaknya, kalau ada jus.”

Puncak sukses Ramadhan yang sesungguhnya, bukanlah di ujung hari-hari itu. Namun, senja-senja ramadhan adalah rintangan-rintangan yang mesti dilalui satu demi satu, yang kemudian terakumulasi di akhirnya. Seberapa berhasilnya kita ketika menghadapi setiap rintangan. Itulah yang menjadi bahan hitungan bagi suksesnya.

Pendakian ramadhan, adalah pendakian pribadi. Sekalipun ada orang-orang tercinta, manusia-manusia tersayang di sekitar kita. Namun, Ramadhan sesungguhnya adalah proses pencapaian kesuksesan individu. Karena, kebersamaan akan selalu membawa semangat yang luar biasa tentunya. Untuk menahan setiap bujukan nafsu yang ingin dipenuhi. Kebersamaanlah yang memotivasi kita untuk kuat dan bertahan hingga selesai. Itu, sungguh mempermudah apa yang kita sebut puasa atau shaum.

Namun, bagaimanakah puasa kita kala kita sedang bersendiriian..??

Baru sepekan berjalan. Terasa mulai berat tubuh dan mata ini semakin bernafsu untuk tertutup. Lihat ke kanan, ternyata sedang sendiri. Lihat kekiri, nyatanya memang sendiri. Hingga akhirnya meredup terbawa kantuk, karena tiada sosok-sosok lain yang memberi semangat, memotivasi untuk terus istiqamah menggelar ibadah dan amal. Mencoba menemukan keteladan dalam wujud-wujud shalih di dekat kita. Toh, tak selamanya kita akan bersama mereka. Kala itulah, puasa dicoba, dengan sebenar-benarnya.

Pengawasan terhadap panca indera yang melemah. Tak terbatas lagi, apa yang mestinya tidak dipandang. Lisan yang terbebas dari kawalan, lalu berkeliaran merusak keriangan. Telinga terbuka bagi setiap suara, berita dan kabar. Tiada filter yang memfungsikan hati untuk menahan setiap gerak diri. Begitulah seringkali jika kita bersendiri.

Akankah, orang lain, yang kita sayangi, selalu ada bersama kita. Mengawasi kita, memberi kita semangat, menggandeng kita untuk terus berjalan, membantu kita dikala kesulitan, menarik kita untuk berdiri kala kita jatuh. Adakah mereka akan terus ada di sisi kita, memberi tahu akan keharusan, menginfokan kebaikan, mencoba membenarkan sesuatu yang salah pada diri kita. Akankah mereka terus ada..??

Jawabannya, TIDAK. Sekali-kali tidak. Karena, pertemuan itu, sejolinya adalah perpisahan. Persatuan itu, pasangannya adalah perpecahan. Kebersamaan itu kebalikannya adalah kesendirian. Semua akan terjadi pada kita. Saatnya, mengandalkan diri kita. Lupakan keteladanan, karena kala bersendiri keteladanan itu semu. Hanya memory yang membekas keras pada rasa. Semua bisa punya memory tentang keteladanan. Namun, yang membuatnya berbeda adalah, siapakah di antara kita yang berhasil memanfaatkan keteladanan itu, kala sepi. Siapa yang sukses membangun kebaikan bagi dirinya, kala sendiri. Karena, kebersamaan dan kesendirian itu sebenarnya adalah kawan. Layaknya, tangan kanan dan tangan kiri. Namun, ketika tangan kanan memberi, tak selayaknya tangan kiri tahu. Ketika amal dilakukan, sendiri ataupun dalam kebersamaan. Amal itu selalu menjadi rahasia kita dan Allaah.

Mari diri.. semangat lagi
Meski sepi.. yuuuk beramal lagi
Jauh dari riuh tepuk tangan dan puji
Namun.. ayolaaaaaaah jiwa
Kita sukses bila bersama
Dan kita pula berhasil, meski tiada siapapun jua

Selasa, 26 Oktober 2010

Semangat Ramadhan "Paman Tersayang, Paman Yang Malang"

Enam Ramadhan

Ketika dakwah terang-terangan dimulai. Rasuulullaah mengumpulkan semua kerabatnya. Karena telah datang perintah kepada manusia mulia itu berupa wahyu,

”Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat.” (QS Asy Syu’ara:214)


Diundanglah kerabat beliau, yang kemudian hadir atas undangan itu empat puluh lima orang. Namun, sebelum beliau sempat berkata, bicaralah Abu Lahab,

“… Jika engkau tetap bertahan pada urusanmu ini, maka itu lebih mudah bagi mereka dari pada seluruh kabilah Quraisy menerkammu dan semua bangsa Arab ikut campur tangan. Engkau tidak pernah melihat seorang dari Bani bapaknya yang pernah berbuat macam-macam seperti engkau perbuat saat ini…”

Hari itu, Rasuulullaah hanya diam dan tidak bicara apapun. Kemudian diundanglah kembali kerabat-kerabat beliau itu. Lalu Rasuulullaah bersabda,

”Segala puji bagi Allaah dan aku memuji-Nya, memohon pertolongan, percaya dan tawakkal kepada-Nya. Aku bersaksi, bahwa tiada Ilah selain Allaah semata yang tiada sekutu bagi-Nya.”

Hari itu, beliau bicara pada mereka tentang kematian dan hari perhitungan. Kemudian Abu Thalib berkata,

”... lanjutkanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Demi Allaah, aku senantiasa akan menjaga dan melindungimu...”

Mendengar itu, Abu Lahab berkata,

“Demi Allaah, ini adalah kabar buruk. Ambillah tindakan terhadap dirinya sebelum orang lain yang melakukannya.”

Dibalas oleh Abu Thalib,

“Demi Allaah, kami tetap akan melindungi selagi kami masih hidup.”

Abu Thalib, seorang paman yang menyayangi Rasuulullaah. Jika kau mencarinya, temukan namanya pada barisan pembela Rasuulullaah. Karena keberadaan Abu Thalib, kaum Quraisy tak bisa berbuat lebih banyak untuk menjatuhkan sang Khatamul Anbiyaa.

Kaum, Quraisy, datang berkali-kali menemui Abu Thalib. Membujuknya, untuk menyerahkan keponakannya tercinta untuk dihukum, karena telah melecehkan agama nenek moyang mereka. Namun, beberapa kali pula mereka harus pulang dengan tangan hampa. Karena Abu Thalib menolak permintaan mereka dengan halus.

Hingga satu ketika, Quraisy mendatangi kembali Abu Thalib dengan sebuah ancaman dalam perkataan mereka,

”... maka hentikanlah dia, atau kami menganggapmu dalam pihak dia, hingga salah satu dari kedua belah pihak di antara kita binasa.”

Perkataan itu cukup menggetarkan bagi Abu Thalib. Maka ia mencoba menemui Raasulullaah, dan menyampaikan perkataan para Quraisy itu, sambil membujuk Rasuulullaah,

”... Maka hentikanlah demi diriku dan dirimu sendiri. Janganlah engkau membebaniku sesuatu di luar kesanggupanku.”

Mendengar itu, Rasuulullaah bersabda,

”Wahai pamanku, demi Allaah, andaikan mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan agama ini, hingga Allaah memenangkannya atau aku ikut binasa karenanya, maka aku tidak akan meninggalkannya.”


Sang pamanpun menangis dan akhirnya, tetap mendukung Rasuulullaah untuk terus berdakwah. Tercurah rasa Abu Thalib dalam sebuah sya’ir,

Demi Allaah,
Mereka semua tidak akan bisa menjamah
Tampakkanlah urusanmu dan jangan kurangi
Pilihlah yang engkau sukai dan senangi

Setelah itu, para Quraisy terus membujuk Abu Thalib dan terus saja di tolak olehnya. Hal ini membuat Quraisy sangat jengkel dan melakukan boikot terhadap keluarga Abu Thalib. Hingga mereka hidup menderita. Karena, para kafir itu mengisolasi Makkah, agar tak ada makanan dan barang-barang yang lain bisa dinikmati oleh Bani Hasyim dan Bani Al-Muththalib.

Kunjungan terakhir para Quraisy terhadap Abu Thalib, membawa Rasuulullaah untuk bertemu dengan para pemukanya. Mereka menawarkan sesuatu demi Rasuulullaah menghentikan dakwahnya. Namun, mereka malah dibujuk oleh Rasuulullaah untuk tunduk dan mengucap satu kalimat yang kan membuat mereka mampu menjadi raja-raja bagi para keturunan Arab dan non-Arab. Yaitu mengucapkan kalimat, ”Laa Ilaaha illallaah.” dan hasilnya, mereka malah mengejek beliau, kemudian pergi meninggalkan beliau.

Rasuulullaah, terus melakukan syi’ar di bawah nama besar Abu Thalib di antara kaumnya.

Hingga tiba masa kematian bagi Abu Thalib. Kala itu datang di sisinya ada Rasuulullaah dan beberapa kerabat. Termasuk Abu Jahal dan Abdullaah bin Abu Umayyah.

Rasuulullaah mencoba membujuk sang paman,

”Wahai paman, ucapkanlah ’Laa ilaaha illallaah’, satu kalimat yang dapat kau jadikan hujjah di hadapan Allaah.”

Namun, selalu di sela oleh Abu Jahal dan Abdullaah bin Abu Umayyah, dengan berkata,

”Wahai Abu Thalib, apakah engkau tidak menyukai agama Abdul Muththalib..?”, demikian terus berulang-ulang.

Hingga Abu Thalib meninggal dengan menyatakan,

”Tetap berada pada agama Abdul Muththalib.”

Kemudian Rasuulullaah bersabda,

”Aku benar-benar akan memohon ampunan bagimu wahai paman selagi aku tidak dilarang melakukannya.”

Lalu turunlah ayat ini,

”Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allaah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabatnya, sesuadah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam.” (QS At Taubah : 113)

*Maka masuk nerakalah seorang baik, bernama Abu Thalib.. Karena, dia tidak mau bertawhid.. Na’uudzubillaah..

Minggu, 24 Oktober 2010

Semangat Ramadhan "Bisik-Bisik Tetangga (Ups.. Salah) Bisik-Bisik Syaithan"

Lima Ramadhan

Terbangun oleh alarm HP yang menyenandungkan Asma’ul Husna. Sang kelana iman, lega bisa terbangun. Ia sangat khawatir akan terlewat waktu-waktu tepat untuk bermunajat. Badannya segar, meski tidur sedikit. Berkualitas, insyaa Allaah. Semoga Allaah ridha.

Menuruni tangga menuju pancuran wudhu. Melewati kamar-kamar keluarganya yang belum terbangun

(Weits.. keren kali kau. Bangun lebih cepat dari yang lain. Tak peduli dingin merasuki tulangmu. Hebat kau. Sedang yang lain masih lelap berbalut selimut. Kau bangun. Mereka memang tak lebih baik darimu.)


ASTAGHFIRULLAAH..!!

Berwudhulah ia, setelah membersihkan diri. Aliran air membasahi setiap bagian wudhunya dengan baik. Tangan, wajah, kaki, kepala dan telinganya terasa segar. Ia akan menghadap Yang Maha Suci. Hingga haruslah dirinya dalam keadaan suci. Kemudian kembali kedalam kamarnya yang sederhana. Menghadaplah ia kepada Sang Kekasih jiwa. Merayu penuh rindu, atas pertemuan yang terindah dengan-Nya. Mengharap penuh asa, atas limpahan rahmat yang tiada henti dari-Nya. Mencoba mengungkap cintanya, lewat dialog hati nan penuh iman. Air matanya menderas demi memohon ampunan atas setiap salah dan dosa. Hingga tenang setiap sudut rasa, atas taubat yang diucap, seiring dengan sesal tiada tara.

(Mantaaaaaaaab euy. Shalat malam yang luar biasa ya. Kau berhasil menangis lagi kali ini. Shalat dengan banyak raka’at, tanpa ngantuk. Allaah pasti akan puji kau kepada para penghuni langit. Terkenal kau di sana. Memang, kau ini hamba shalih. Puas ya)



ASTAGHFIRULLAAH..!!

Masih ada waktu 30 menit untuk tilawah. Maka dibukalah mushab kesayangannya. Mushab yang telah menemani perjalanan hidayahnya. Dibacanya dengan tartil. Hingga tak terlewat satupun huruf, kecuali dibacanya dengan teliti dan benar. Suaranya merdu, demi memenuhi adab terhadap sahabat tercintanya, al qur’an. Hilanglah gundah yang seharian kemarin dirasa. Pergilah sedih yang merusak suasana jiwa. Berlalulah semua tak enak, yang sempat mengguncang semangat yang menggelora.

(Wew.. cantik nian suara tu. Pastilah telah bercahaya rumahmu ini terlihat dari langit. Bak bintang yang bersinar terang. Satu juz pula berhasil selesai lagi. Makin cepat ya. Muslim memang harus begitu. Jika ka uterus rajin begini, kau pasti mengalahkan temanmu yang lain. Yaaah.. khatam tiga atau empat kalilah. Pokoknya, tilawahnya laju. Banyak jelmpol buat kau)


ASTAGHFIRULLAAH..!!

Sahur. Syukurlah, berhasil menyantap hidangan, tanpa memenuhi perut dengannya. Harus ada bagian untuk tempat makanan, minuman dan udara. Alhamdulillaah.

Adzan subuh pun berkumandang. Seusai bedug menyenandung “Dug.. dug.. dug..dug..dug..” Shalat shubuh dilanjutkan lagi dengan tilawah. Terlewatlah kembali satu juz itu. Langit telah mulai tersigkap gelapnya. Diambillah buku dzikir hariannya. Menemani pagi dan petangnya untuk senantiasa mengingat Penciptanya.

The Big Agenda. 10 jam, 10 juz. What an idea !! Demi menjajal kemampuan seorang hamba. Di kala biasanya, sanggup duduk di depan TV ber-jam-jam, atau di depan computer seharian. Maka sanggupkah, bila 10 jam, kau duduk bersama al qur,an..?? (Sanggup.. tidak.. sanggup.. tidak.. sanggup.. tidak) Hu hu hu. Bismillaah. Bersama ratusan saudara yang lain. Melanjutkan bacaan sendiri-sendiri, dengan target 10 juz.

(WOW..!! Cakeeeeeeep. Meskipun tak berhasil dengan sepuluh juz, karena sambil diisi oleh dua taujih. Tapi, hari ini, kau berhasil selesaikan lebih dari target bacaanmu sehari. Wuiiiiih.. Lihat yang lain, mungkin tidak lebih banyak bacaan qur’an mereka hari ini)


ASTAGHFIRULLAAH..!! ASTAGHFIRULLAAH..!! ASTAGHFIRULLAAH..!! ASTAGHFIRULLAAH..!! ASTAGHFIRULLAAH..!! ASTAGHFIRULLAAH..!! ASTAGHFIRULLAAH..!! ASTAGHFIRULLAAH..!! ASTAGHFIRULLAAH..!! ASTAGHFIRULLAAH..!! ASTAGHFIRULLAAH..!! ASTAGHFIRULLAAH..!! ASTAGHFIRULLAAH..!! ASTAGHFIRULLAAH..!! ASTAGHFIRULLAAH..!! ASTAGHFIRULLAAH..!! ASTAGHFIRULLAAH..!! ASTAGHFIRULLAAH..!!

*****@*****

Kala kita, mulai dapat menolak setiap maksiyat
Menghijabi hati dari keinginan diri nan tak sejati
Menahan setiap tarikan dunia yang memagneti jiwa
Agar goyah dan limbung terbawa harap tuk puas rasa

Maka sang penggoda tak kan datang dengan tujuan mengajak kita
Bertemu dengan hal itu.
Namun ia membawa kita
Untuk bangga dengan amal
Ujub dengan ibadah
Takabur dengan kebaikan dan ilmu


*****@*****

(Hohohoho.. kau tau ternyata ya. Strategi ’perjuangan’-ku. Kau benar-benar, muslim tangguh. Suatu saat kau mestinya bisa lebih baik dari siapapun.. Hohohoho)


ASTAGHFIRULLAAH..!! A’UUDZUBILLAAHIMINASY SYAITHAANIRRAJIIM..

Jumat, 08 Oktober 2010

Semangat Ramadhan "Saling Menjaga"

Empat Ramadhan

Kita mulai dengan pertanyaan..
Mengapa kita harus memakai helm..? Mengapa ada aturan untuk memakai seatbelt..? Mengapa dipasang lampu lalu lintas di simpang jalan..? Mengapa banyak rambu-rambu lalulintas..? Mengapa.. dan banyak lagi pertanyaan mengapa yang bisa kita tanyakan, demi menjawab semua hal yang membuat kita merasa terbebani dengan kewajiban-kewajiban yang mesti kita penuhi itu. Hmm.. kewajiban..?? kira-kira, berdosa nggak ya, kalau ga pakai helm.. (Mmm.. bisa banyak nih jawabannya) Monggo yang berkompeten untuk menjawab. Pak polisi, polwan, ustadz, ustadzah, para faqihin. ^_^

Peraturan-peraturan semacam itu, tentu tidak dibuat sekejap, seperti main sulap. Tring..!! Pakai helm. Tring..!! Pakai seatbelt. Tring..!! Lampu lalu lintas. Hohoho.. Namun, semuanya sudah dirancang sedemikian rupa demi tujuan-tujuan umum dan khusus tentunya. Jika hendak diambil tujuannya secara umum adalah, sebuah perhatian terhadap para pengendara, satu bentuk penghargaan terhadap jiwa, aturan yang dibuat demi menjaga setiap pengendara dari hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti, kecelakaan yang fatal misalnya.

Toh, masih saja ada, yang naik motor tanpa helm, yang paling sering nih ya, kalau hari jum’at tu, adalah hari tanpa helm se-indonesia. Mau Jum’atan, tidak merasa perlu untuk memakai helm. (tapi, masih ada yang pakai kok) Jika peraturan dibuat untuk menjaga pengendara dan melindungi mereka dari fatalnya akibat kecelakaan, maka ternyata banyak di antara kita yang dirinya sendiri, tidak merasa perlu untuk menjaga keselamatannya serta tidak merasa harus untuk menghargai nyawanya.

Bercermin dari pembukaan yang cukup panjang di atas itu.

Bahwa perempuan, kehidupannya seperti barang elektronik. Telah disertakan bersamanya, buku petunjuk-petunjuk. Bagaimana caranya, agar suaranya bening, gambarnya jernih. Langkah-langkah apa yang mesti dilakukan, jika ia mengalami gangguan, berapa tahunkah garansinya. (kalau wanita, mungkin garansi seumur hidup ya) Tapi, begitulah.. petunjuk-petunjuk itu dikeluarkan sebagai bentuk perlindungan dan penjagaannya untuk tetap dalam keadaan cantik, bagus dan sesuai dengan yang diharapkan.

Masalahnya adalah, tak semua perempuan mau dilindungi. Tidak semua muslimah, berkenan untuk diatur dan tidak semua tulang rusuk ini, mau diluruskan, serta tak banyak yang bersedia dengan rela menjadi hamba yang ta’at. Ketika petunjuk hidupnya menyuruhnya menutup aurat. Malah sebagian mereka dengan senang hati menjadi bahan tontonan. Sedihnya lagi, ini dikonsumsi oleh mereka yang seharusnya menjadi pelindung perempuan-perempuan muslimah ini. Yaitu, para lelaki yang di antaranya adalah muslim. Mereka mungkin tidak berpikir tentang siapa itu perempuan. Perempuan adalah, siapa yang mereka sebut, ibu. Perempuan adalah, seseorang yang mereka sebut istri. Perempuan adalah, mereka yang di sebut adik, kakak, bibi, bude dan perempuan adalah sebagian dari keluarga mereka. Jika saja mereka tempatkan perempuan adalah perempuan yang seharusnya, maka tentu hal ini tidak akan terjadi. Perempuannya, menghargai dirinya sendiri. Lelakinya, ikut menghargai perempuannya. Toh nyaman, aman, sedap dirasakan, tidak menyedihkan, jauh dari kejadian mengerikan.

Tentu kita tau, masalah apa yang terjadi karena hal mengumbar aurat ini. Selingkuh, bisa berawal dari hal ini. Perlakuan tidak senonoh, bisa muncul dari hal ini pula. Kejadian kecil ataupun besar yang terjadi antara perempuan dan laki-laki, sangat mungkin akan berawal dari masalah ini. Menutup aurat.

Baca kisah pendekku ini..

Sungguh.. hari ini, aku tersanjung. Kala ashar tiba, kami sedang bersiap memakai mukena. Hijab yang terpasang untuk shaf perempuan, hanya ada di bagian depan. Sehingga, dari bagian samping yang terbuka, jika para lelaki melaluinya, maka tampaklah kami. Dan seorang lelaki, melaluinya hingga tak sengaja memandang ke arah shaf kami, kemudian ia menunduk dan menarik beberapa hijab untuk menutupi kami dari pandangannya. Lelaki luar biasa. Bila maksudnya untuk menjaga pandangannya, maka pandangannya selamat. Jika maksudnya untuk menjaga kami dari pandangannya, maka kami pun.. selamat. Sedangkan kami, sungguh tidak menyadarinya. Sekali lagi, aku tersanjung.

Begitulah saudariku.. begitulah saudaraku..

Tidakkah saudariku, kau lebih tersanjung, bila tak seorang lelakipun menatapmu. Kecuali telah halal antara kau dan lelaki itu. Tidakkan saudariku, kau lebih merasa terpuji, bila tak seorang lelakipun menyentuhmu. Kecuali lelaki tersebut adalah suamimu. Tidakkah saudariku, kau lebih merasa berharga, ketika tidak seorang lelakipun memuji kecantikanmu dengan penuh rayu. Kecuali telah terikat jalinan suci antara lelaki itu dan dirimu. Tidakkah saudariku, kau ingin Pencipta-mu menatapmu dengan penuh kecintaan.

Tidakkah saudaraku, kau lebih gagah, bila yang kau pandang adalah yang halal bagimu. Tidakkah saudaraku, kau lebih hebat, bila yang kau sentuh adalah istrimu. Tidakkah saudaraku, kau sama dengan lelaki luar biasa itu, bila yang kau puji adalah siapa yang telah kau ikat dengan janji sucimu. Tidakkah saudaraku, kau ingin Pencipta-mu memelukmu dengan penuh kecintaan pula.

Perempuannya menjaga diri, hingga terjaga dari lelaki. Dan yang lelaki menjaga diri, hingga terjaga dari perempuan.

Menantilah dengan sabar.. hingga semuanya.. halal. 

Semangat Ramadhan "Sampaikan.. Sampaikan"

Tiga Ramadhan

Hari sekolah pertama di Ramadhan. Mencoba menghilangkan kebiasaan ngebut. Hari ini, berjalan pelan dan santai saja. Saat yang lain sibuk berkejaran dengan waktu. Hufft.. menahaaaaaaaaaan diri. Hingga akhirnya sampai di sekolah dan berhasil menjadi juara pertama. Hah..?? Jam berapa nih..?? Apa diriku salah hari ya..?? Atau, masuknya memang lebih siang..?? Padahal, biasanya jam segini dah banyak teman kecil yang bermain-main di halaman. hehe. Sekolah masih kosong. Baru seorang teman kecil yang sudah lebih dulu diantar oleh papanya. Eh..?? aku ga jadi nomor satu deeh. :D

Karena hari Jum’at, kami pulang jam 09:30. Lebih cepat dari hari-hari lainnya dan lebih cepat dari hari Jum’at yang biasanya.

Berniat, untuk kembali menikmati suasana rumah Allaah. Menjadikan Al Ikhwan sebagai tujuan kali ini. Insyaa Allaah sambil menanti ashar di sana. Alhamdulillaah kendaraan yang parkir baru dua buah motor. Melangkah ke pintu masuk. Waaaaaaaaaaaaa.. banyak ikhwan. Pada tiduran lagi di dalam dan di depan pintu masjid. Jadi tidak bisa masuk. Rumah Allaah jadi dirasa tak nyaman, kalau buat tiduran gitu. Apalagi bagi wanita, (ciee wanita.. lho?? Memang apa..??) yang juga ingin merasakan berada di Masjid seperti diriku ini. (pendapat sendiri) Menurutku siih, tidak masalah ya. Tapi, sekedar saran saja. Tidurnya yang rapi, di satu tempat gitu. 

Akhirnya, mesti menggagalkan rencana berdiam di Al Ikhwan. Mencoba menemukan kenyamanan di Masjid, yang seharusnya menjadi tujuan esok harinya, Al Ma’aarij. Suejuuuuuuuuuuuuknya. Masjid nan megah di sebuah perumahan ni, dibangun di lereng sebuah bukit. Di sekitarnya banyak pohon-pohon besar. Beberapa monyet kecil sering terlihat berlompatan di antara pepohonan itu. Dari halaman masjid, terlihat di bawah sana, sebuah lapangan sepak bola. Hmm.. Ada juga ya, yang berolah raga, menjelang shalat ni.

Sambil menanti adzan, mencoba meluruskan kaki, dengan duduk berselonjor dan bersandar pada salah satu tiang besar masjid. Sepoi-sepoi, angin memasuki ruangan masjid, melalui teralis jendela. Subhaanallaah.. rasanya seperti dibelai. Syukur tidak tertidur, karena jama’ah shalat dah mulai berdatangan. Dan semuanya, sekali lagi, bapak-bapak, mas-mas, om-om, karyawan perusahaan yang gedungnya berada agak jauh, dan letaknya sekitar 200 meter dari lapangan sepak bola.

Akhirnya adzan ashar..

Setelah iqamah, kemudian shalat dimulai. Jadi yang paling ayu. Hehe. Satu-satunya jama’ah wanita. Waktu raka’at kedua, kurasakan kehadiran dua orang wanita yang terburu-buru menggelar sajadah dan menggunakan mukenanya. Salah seorang menggelarkan sajadahnya di tempat sujudku. Tadi, mencarinya di tempat mukena. Tapi, tidak menemukan satupun. Akhirnya, shalat tanpa alas sujud. Alhamdulillaah.. Allaah datangkan seseorang yang baik hati dan penuh empati.

Salam. Selesai sudah empat raka’at. Aku memperhatikan dua wanita di sebelahku yang masih shalat. Tapi, tinggal menyelesaikan tahiyyat-nya. Masbuk yang.. kurang benar. Keduanya, mengikuti saat rakaat ketiga. Kemudian, terburu-buru mengejar raka’at-raka’at imam dengan ruku’ dan sujud lebih cepat. Wanita yang lebih tua, berlaku sebagai imam bagi, yang lebih muda (anaknya kalau tidak salah). Dan anaknya mengikuti setiap gerakan sang ibu yang lumayan cepat.

Hmm..

”Terimakasih ibu atas sajadahnya. Karena ibu sudah baik, mau tidak saya ajarkan cara masbuk yang benar..?”

Sebuah kalimat di ujung lidahku, yang kusesali, karena tak kusampaikan kepadanya. 
Aku hanya mengucapkan ”Terimakasih bu.” Lagipula, keduanya terlihat terburu-buru. Usai shalat, mereka segera melipat mukena dan sajadahnya. Kemudian pamit padaku. Aku mengantarkan mereka dengan senyuman dan sesal yang sangat.

*Mengapa malu..? Ketika akan menyampaikan kebenaran. Sedangkan, dengannya maka engkau akan menyelamatkan seseorang. Ketika kita sampaikan kebenaran, maka motivasi terbesarnya adalah ’hidayah’ bagi mereka, maka balasan bagimu adalah lebih dari bumi dan isinya. (SEMOGA SELALU TERINGAT)

Semoga niat.. sudah tercatat..

Rabu, 06 Oktober 2010

Semangat Ramadhan "Di Atas Sajadah"

Dua Ramadhan

Adalah kebenaran, bahwa sesungguhnya manusia punya kemampuan untuk menyusun rencana-rencana besar atau target-target kecil. Direncanakan sedemikian rupa, dengan perhitungan-perhitungan yang akurat bagi wilayah manusia. Mempertimbangkan segala bentuk resiko dan hambatan yang mungkin terjadi di tengah perjalanan. Manusia.. setiap usaha dikerahkan untuk dapatkan sebuah hasil. Banyak mimpi dituliskan untuk sebuah kepuasan bathin. Atau hanya pemuas kebutuhan perut, mata dan yang lainnya. Semua boleh berencana. Tapi, Keputusan Allaah melebihi segalanya..

Setidaknya, ingin setiap hari selama Ramadhan, berdiam sejenak di rumah-rumah Allaah. Hari pertama kesampaian. Dapet centang deh tuh.  Hari kedua, rencana tinggal rencana. Allaah siapkan amal yang lain untuk kukerjakan di rumah. Hingga ashar datang, tak sempatlah keluar. Baru teringat, masjid Al Falah sedang di renovasi. Rasanya tak akan kondusif kalau mencari ketenangan di sana.

Maka mencoba menemukan hikmah.. pada pengembaraan di atas sajadah..

Mengingat dosa

Kepada setiap jiwa yang terluka karena lisan yang tak terkawal baik. Kali ini terkenang jelas setiap kata yang menebas rasa-rasamu. Ada yang mungkin hanya tergores kecil. Namun, tentu ada yang hingga berdarah dan sakit tiada tara, sehingga perlu bagi kalian menahan maaf sedemikian lama. Maafkan atas kelalaian kendali atas pedangku ini. Seringkali nafsu ikut bemain dalam permainannya. Sombong, angkuh, sok, yang sadar atau tidak mempengaruhi ayunannya. Membabi buta menerobos batas.

Ketika aku tak malu melukai kalian. Ternyata ego menumbuhkan malu tuk memohon maaf. Sedang tak akan Allaah maafkan, jika kalian tak memaafkan.. Hiks..

Sikapku yang kadang tak pandai menjalin kerjasama yang baik. Sehingga mungkin menghambat amal-amal jama’i kita. Setiap lelah yang menimbulkan efek samping wajah tegang tanpa senyum yang membuat suasana semakin tak karuan. Maaf.. maaf dan maaf.. T.T

*Dosa itu, mungkin seperti debu. Namun, jika kita adalah kaca, maka debulah yang membuat kita buram. Jika kita adalah lantai, maka debulah yang membuat kita kotor. Jika kita adalah udara, maka debulah yang membuat orang lain tak sanggup menjadikan kita sebagai bagian dari kehidupannya. Maka mereka akan memasang masker, demi menjauhkan diri dari kita ini.. Udara yang berdebu. Manusia yang berdosa.

Mengingat amal

Kepada Allaah. Yang menitipkan kehidupan ini kepadaku. Meniupkan ruh, hingga bergeraklah aku, berpikirlah aku dan merasalah aku. Menciptakanku sebagai manusia, makhluk yang Kau sebut utama. Kau lebihkan dari malaikat, Kau tinggikan dari golongan jin. Sungguh, aku telah ketahui, tidak kau ciptakan si fana ini, kecuali untuk mengabdi kepadamu. Memaksimalkan manfaat atas setiap potensi yang Engkau sertakan dalam dirinya. Namun lebih, aku sibuk demi memenuhi kebutuhan hidupku, seiring dengan seringnya melupakan-Mu.

Menjadi hamba-Mu, adalah tugas kehidupan yang luar biasa yaa Rabb semesta alam. Sedang aku dengan ketidaksempurnaanku. Ketidaksempurnaanku dalam mencintai-Mu. Ketidaksempurnaanku dalam mengemban risalah Rasul-Mu. Ketidaksempurnaanku dalam melaksanakan ibadah-ibdahku. Ketidaksempurnaanku dalam mengemban amanah-Mu atas bumi. Jika karena semua itu, menahan setiap nikmat yang seharusnya aku terima. Maka ampuni aku yaa Rabb. Ampuni ketidaksempurnaanku ini, dan bantu aku menyempurnakannya.

Kepada bapak dan mamak-q. Jarikupun, mungkin sanggup mewakili baktiku. Karena, jasa kalian, adalah molekul air yang tak sanggup kuhitung. Atom dari bebatuan yang setiap serpihannya, tak kan mampu aku catat. Sehingga setiap dayaku tak kan bisa penuhi balas budi dan hutang jiwa ini. Kecilku dengan manjaan, remajaku dengan arahan, dewasaku dengan pilihan-pilihan. Hutangku atas setiap tetes darah dan keringat yang tertumpah demi perjalanan kehidupanku.

Di tengah riuh rendah jadwal sibuk (semoga bukan sok sibukku), seringkali menjadikan rumah hanya sebagai tempat beristirahat, melepas lelah. Hingga hampir-hampir tak sempat mengerjakan segala urusan rumah. Tertidur sejenak di malam hari, demi bangun dan pergi kembali esok paginya. Pun libur, hampir selalu lembur. Menunaikan beberapa hal di luar sana. Hanya sebuah ciuman takzimku pada tangan-tangan nan berjasa, yang bisa lebih sering aku lakukan, karena seringnya aku pergi. Hanya lembaran do’a-do’a demi bahagiamu. Istajib du’aa yaa Allaah...

*Jika kau berusia 70 dan bermanfaat bagi orang lain selama 5 tahun. Maka, lima tahun itulah kehidupanmu. Jika kau berumur 20 tahun, dan bermanfaat bagi orang lain selama 17 tahun. Maka, 17 tahun itulah kehidupanmu. Dan sungguh beruntung, mereka yang hidup dengan memaknakan diri.

Rabu, 29 September 2010

Semangat Ramadhan "Satu Ramadhanku"

Di puncak kerinduanku. Memadu kasih dengan Ramadhan. Meski mungkin, tak seindah 1 Ramadhan kalian. Diharamkanku untuk shalat. Tak boleh aku berniat shaum. Dilarang aku menyentuh mushab. Lengkap sudah. Hari ini, aku tidak puasa. Sedih.. namun satu keistimewaan bagi setiap wanita untuk menikmati saat-saat ini. Alhamdulillaah, waktu-waktu yang katanya bagi sebagian wanita mesti merasakan sakit yang luar biasa, stress yang sangat, mood yang tak terkendali. Bagi diriku, aman dan kondusif. Sehingga aktifitas tetap berjalan dengan lancar. Sekali lagi, Alhamdulillaah.. cukup sehari ini, karena besok, aku sudah bisa puasa. Horeeeee.. :D Alhamdulillaah lagi. Karena, tiada bertepinya nikmat Allaah. Terhentipun tidak pernah. Maka, apalah lagi yang pantas dilakukan seorang hamba, kecuali mengucap syukur tiada henti pula.

  

Libur dua hari, rindu lagi pada aktivis-aktivis cilikku. Menepis rindu dengan banyak aktifitas, memang akan sangat efektif. Maklum ya, kalau dah rindu pada mereka, pakai acara linangan air mata, mewek jadi jelek deh. (emangnya cantik ya..??) :D Soalnya, kalau ingat mereka, seringkali ingat belum maksimalnya usaha diri untuk membuat mereka lebih baik. Jadi lebih sering merasa bersalah. Tapi, tetap ingin berbuat yang terbaik dan semakin baik lagi. Insyaa Allaah. Do’akan ya.. 

Waduh, mau cerita pengalaman hari ini, kok malah curhat ya.. (haha.. aneh mah kalau Fiani nulis.. suka melompat-lompat ga karuan)

Baiklah..

Memulai ramadhanku dengan limabelas item tuntutan pada diri sendiri. Sambil menatap kelimabelas amaliyah ramadhan itu, aku menarik nafas dalam-dalam, sambil bertekad.. Bismillaah.. Insyaa Allaah tercapai.. Yaa Rabb mohon bantu hamba-Mu yang kecil di antara semesta nan luas ini. Amiin.

Hanya sekedar ingin berbagi. Membuat kolom-kolom amaliyah ramadhan ini, menjadi sebuah motivasi sendiri lho. Jadi bisa lebih rapi, kemajuan lebih terukur, pencapaian lebih terjamin, tuntutan lebih tinggi, energi lebih banyak dan membuat diri lebih terpacu. Kita seperti seseorang yang punya cita-cita besar dan berusaha untuk mencapainya dengan segala usaha dan tenaga. Terdengar atau terbaca sangat sepele ya. Namun, jika mencobanya, insyaa Allaah akan terasa manfaatnya. Dicoba ya.. 

Hari ini, selesai dengan sebagian amaliyah nomor 5. Kemudian pergi mengunjungi Bilqis Haniya Gobel. Keponakan tercinta yang jarang kudatangi. Karena, dia sering datang ke rumah. Inilah agenda silaturahim di hari pertama Ramadhan. Menjalin cinta dengan Bilqis. Bereksplorasi dengan si mungil berumur setahun itu. Mungkin merupakan satu aktifitas yang baru dilakukan oleh Bilqis. Melihat orang menggambar sesuatu di kertas. Hohoho.. pegel juga menggambar beberapa hal yang dia sering lihat. Baru kusebutkan satu gambar saja, “Bola.” Si kecil bermata bulat itu, sudah menjerit riang. Lebih antusias lagi, ketika aku menggambar, bagian-bagian dari wajah, mata, hidung dan mulut. Langsung dia dengan senang menunjuk semua bagian itu pada wajahnya sambil melonjak-lonjak. Hahaha.. ramadhan bersama Bilqis mesti siap energi. Selesai menggambar, diminta menunjuk dan menyebutkan kembali semua nama gambar yang ada di kertas putih itu. Setelah itu kami tiduran, sambil kunyanyikan lagu-lagu yang sesuai dengan gambar-gambarnya. Akhirnya Bilqis dibawa sang ummi menuju ke kamarnya sendiri. Aku meneruskan si nomor 5. Meski akhirnya terlelap juga. Lalu terbangun saat ashar. Yaa Allaah, semoga tidurku tadi Kau nilai sebagai ibadah yaa.. Amiin

Ashar berlalu.. Di rumah Bilqis sampai jam 16:30.
Sebelum pulang, ingin bertamu ke rumah Allaah. Memilih salah satunya, yang cukup dekat dari rumah. Dengan pemandangan pantai. Meski tertutup oleh beberapa pepohonan, namun cukup menjadi penyejuk pandang. Sambil memandang sekeliling, beriring dzikir sejenak dengan al ma’tsurat. Di depan mushalla ini, ada sebuah tanah lapang yang dibuat sebagai tempat berolah raga. Subhaanallaah, puasa juga pada main volly tu para bapak nan penuh semangat. Jepret aaah.. Sempat juga mengambil gambar beberapa sudut pantai dan langit yang belum merah. Alhamdulillaah.. berhasil juga hunting moment, dengan camera canon nan mungil. Namun, tetap indah bagiku. Jadi, kalau ada yang menganggap kurang indah. Tak apalah.. hehe.

Dan pulanglah kemudian. Dalam keadaan lapaaaarr. Tapi, mesti menunggu waktu berbuka. Demi menghormati para kelana iman yang sedang berpuasa. Jadilah, sampai di rumah, tak langsung berbuka. Tapi, menuliskan ini.

Satu tulisan, di 1 Ramadhan

Dengan satu rangkaian kata penutup,

Jika kau mampu lima dan kau targetkan lima. Maka kau dapat lima. Namun, jika kau mampu lima dan kau targetkan sepuluh. Maka kau bisa dapat enam, tujuh, delapan, sembilan atau sepuluh. See.. kau sebenarnya, lebih dari yang kau mampu rasakan. Bismillaah..

Jumat, 10 September 2010

Setangkai Bunga Lebaran

Bantu Aku, Perbaiki Rumah Diri Dan Istana Hati

Kemarin.. ini dibangun dengan indah
Oleh tangan ayah bunda
Bimbingan kasih cinta
Dengan petunjuk Rabb semesta

Cat-nya ceria dengan warna kepolosan
Tiangnya kokoh dengan besi keimanan
Lantainya licin hingga tercermin ketulusan
Dindingnya halus dengan hiasan keikhlasan

Pintunya selalu terbuka untuk kebenaran
Dari dalam ruangannya yang keluar hanya kebaikan
Kaca-kacanya bening menagkap bayang keindahan
Gordennya bagus berwarna kebahagiaan

Kuncinya khusus demi menolak keburukan
AC-nya canggih mengusir bakteri kejahatan
Ventilasinya bersih, menyaring setiap kemaksiyatan
Sebuah vacum cleaner, selalu siap menyingkirkan noda hati

Pagarnya tinggi bukan membatasi diri dengan tetangga
Namun, dibangun dengan rangkaian malu
Demi menjaga dari 'cinta' tanpa mata
Peradaban keras nan meluka

Kini..
Seiring jelajah diri di muka bumi
Kutinggalkan rumah ini setiap hari
Lupa kurawat..
Hingga terkelupas semua warna kepolosannya
Setiap detektor kebersihannya.. mati.. hingga masuklah debu-debu mengotorinya
Tikus-tikus jiwa.. menggerogoti perabotannya

Rumah diri tak lagi indah.. Istana hati tiada megah
Bantu aku perbaikinya

Taqabbalallaahu minna wa minkum

Bila hati pernah terluka
Hanya maaf penebusnya
Jika mata pernah tak suka
prasangka baik penawarnya

Mohon maaf lahir batin

SELAMAT IDUL FITRI 1431 H

Semoga tergapai ketaqwaan.. Sehingga pantas meraih kemenangan.. Amiin yaa Rabb

~*~Afiani Gobel dan Keluarga~*~

Selasa, 31 Agustus 2010

Menulis Sama Dengan Sukses

Bila bicara tentang menulis. Menurutku, menulis itu sama dengan sukses kawan. Tidak percaya.. coba saja baca..

Menulis itu sama dengan sukses kawan. Karena menulis akan membutamu sukses bermimpi, berimajinasi mengenai hal-hal baru yang mungkin tak terpikirkan oleh orang lain. Sosok Harry Potter, awalnya mungkin hanya secuil pikir yang berputar-putar di kepala seorang JK Rowling. Di luar sana bisa jadi ada banyak orang yang berimajinasi tentang penyihir, sekolah penyihir. Namun, setauku, baru Rowling yang menuliskan imaginasi aneh bin keren itu menjadi tujuh buku. Wow..!!

Menulis itu sama dengan sukses kawan. Menulis akan menjadikanmu sukses berpendapat. Lihat saja banyak buku dan artikel yang ditulis untuk mengkritisi pemerintah, atau berepndapat tenatang yang lain dan mendapatkan respon yang luar biasa, karena bisa saja pendapat kita mewakili banyak orang yang berpikir sama. Namun, sungguhlah berbeda. Antara mereka yang hanya bisu dengan pendapat hebatnya dengan mereka yang menuliskannya. Mantaaaab..!!

Menulis itu sama dengan sukses kawan. Menulis yang mengantarmu sukses menjadikan orang terinspirasi. Mengenai nilai-nilai yang mungkin banyak disadari oleh orang lain. Namun, tak banyak yang menuliskannya. Di antara yang tak banyak itu pula, saling berbeda sudut pandang atas nilai yang diangkat dalam tulisannya. Pula di antara yang berbeda-beda itu, hanya sedikit yang mampu memberikan sentuhan khusus hingga sampai pada kata ’terinspirasi’. Lihatlah Andrea Hirata. Bagaimana nilai-nilai pendidikan yang bisa juga dipikirkan oleh orang lain semacam Pak Hernowo, dalam rangkaian bukunya tentang pendidikan, disampaikannya lewat ’Laskar Pelangi’. Sebuah kisah yang megharu biru dan hebat. Hmm..

Menulis itu sama dengan sukses kawan. Karena menulislah yang membuatmu sukses berbagi milikmu dengan orang lain. Bahwa air jika menggenang itu ga bagus. Dan jika terpeliharanya bunga ilmu itu.. kuncinya adalah terus mencari dan tetap membagi. Banyak penulis besar, menuliskan ilmunya pada berlembar-lembar kertas. Dibaca oleh beratus, beribu mungkin pula berjuta orang yang belum tahu dan ingin tahu apa mengenai apa yang mereka sampaikan. Bila ilmu, pesan, nasihat yang kita sampaikan mampu mengubah seseorang menjadi lebih baik, inilah yang disampaikan manusia terbaik sepanjang zaman, Muhammad Shallallaahu’alayhi wasallam bahwa, ’balasnnya lebih baik dari dunia dan seisinya.” Waaaaaaa…

Menulis itu sama dengan sukses kawan. Karena dengan menulis kita akan sukses berlatih berpikir runut, sistematis, dan tidak melompat2. Mengasah daya pikir, penyelesaian masalah dan lain-lain. Karena saat menulis, kita perlu memperhatikan bagian manakah yg perlu kita ceritakan atau lebih dulu agar terasa nyaman. Lalu berpikir kembali, bagian mana yang mesti menjadi lanjutannya.

Menulis itu sama dengan sukses kawan. Menulis akan membuatmu sukses menjadi sehat. Dalam sebuah penelitian, terjadi penurunan kunjungan mahasiswa ke klinik kesehatan, setelah mengikuti sebuah kegiatan terapi menulis. Bahkan seorang Fatima Mernissi pun mengatakan bahwa ”Menulis lebih baik daripada operasi wajah.” maksudnya, bahwa menulis akan sangat mempengaruhi, fisik, pikir dan hati kita. Hingga menjadi lebih sehat. Subhaanallaah..

Masih belum percaya, bahwa menulis itu sama dengan sukses kawa.. Hohoho.. PERCAYALAH.. 

***** @ *****

Semoga sukses meraih setiap sukses yang kau harapkan kawan. Amiin
Buatlah dirimu bercerita, berkata, berpendapat dengan tulisan. Karena menulis benar-benar sama dengan sukses.

Jika berkenan, silahkan kunjungi blog saya...

http://putrigobel.com/

Senin, 09 Agustus 2010

Langkah Kecil Menuju Ramadhan



Duhai dikau semua. Termasuk diriku yang telah melakukan perjalanan panjang. Di antara belukar cerita peradaban. Telah kau temui, hari-hari terang yang dirajai nafsu. Di mana setiap kesenangan, diikuti tanpa ragu. Tetap kau batasi dengan nilai-nilai yang memenuhi kemampuan diri dengan garisan pena hati. Namun, begitulah sebelas bulan perjalanan kita serasa lepas setiap benteng diri. Dilucuti satu-satu oleh semakin jauhnya kita dari yang kita sebut cahaya.

Mujahid..

Beberapa tikungan jalan lagi, ketika kita temukan kerikil-kerikil yang kan sedikit menggores telapak-telapak kaki harapan. Beberapa tanjakan lagi, kala kita mesti menggapai sukses-sukses di puncak hari. Beberapa turunan lagi, yang mesti kita lalui untuk menemukan lembah-lembah kedamaian di ujung-ujung senja yang sentuh rasa. Beberapa matahari lagi, yang akan kita nikmati untuk menemani kita memacu energi seperti cahayanya. Beberapa kelembutan bulan, yang senantiasa syahdu menghias hati yang penuh rindu. Serta beberapa taburan bintang lagi, yang perlu kita kumpulkan untuk menghias jiwa-jiwa yang mencinta. Ya.. tinggal beberapa masa lagi. Kita kan jumpa dengan malam-malam bergelimang berkah. Pula pagi, siang dan senja yang banyak rahmah.

Mujahid..

Bagi mereka yang telah dijanjikan pertemuan dengan sang Ramadhan. Sungguh, telah dihidangkan nikmat bagi kita untuk direguk sepuasnya. Sungguh, Allaah sangat inginkan kita semua bisa memasuki surga-Nya nan indah. Tak kurang Sang Maha Rahmaan menyediakan fasilitas-fasilitas bermutu, yang diberi jaminan bagi kita akan memijak surga jika menggunakan fasilitas-fasilitas itu dengan maksimal. Setiap tamu Ramadhan, adalah manusia-manusia yang diberi waktu untuk menikmati kesempatan bermegah-megah dengan pakaian-pakaian amalannya. Bersama detik-detik yang seharusnya digunakan untuk bercengkrama dengan ibadah-ibadahnya. Diiringi senandung kalam yang mengalir syahdu dari lisan-lisan yang penuh rindu. Setiap siang yang kan terasa panas dan menyengat, penguji hati dan kekuatan benteng diri. Malam-malam yang terasa sejuk, penggoda mata tuk menutup dan terseret oleh kantuk. Senja-senja yang makin teduh, penarik jiwa tuk penuhi setiap sisi puas. Shubuh-shubuh nan ramai, memancing ingin tuk isinya dengan perjalan pagi nan sia-sia. Masa-masa yang sangat berharga. Sebuah fasilitas untuk mencetak jiwa. Pembentuk taqwa.

Semakin banyak ibadah, semakin banyak kebaikan, maka Allaah berikan bermacam-macam nikmat. Nikmat yang paling besar ialah ditambahkannya keimanan.

Mujahid…

Perang terbesar itu akan digulirkan. Pertemuanmu dengan Ramadhan, kan membantumu tuk lebih kuat. Lebih mampu menguatkan kendali atas diri. Makin sigap menjaga setiap sisi syahwat, agar tak bebas berkelana pada angan yang meng-angin. Jauuuuuh, tanpa kenal tempat jelajahnya dan tiada peduli ranah pijakannya. Hanya menghayal panjang penuh harap, tanpa mujahadah. Panggullah senjatamu serentak, hingga kalut dunia karena takut melihat kau bangkit dengan perkasa. Syaithanpun terbirit melihat kau sanggup kuasa diri dalam kawalan ratusan peluru sujud. Angkatlah panji semangat tuk berlomba melumpuhkan musuh diri, satu demi satu. Hingga fajar Syawal menyambutmu dengan kemenangan yang dijanjikan. Kembali fitri, dengan selembar jiwa yang suci. Bersih dari sampah-sampah hati yang mengotori perjuangan ini. Sehingga pantaslah diri tuk menerima sebutan mujahid.. pejuang.. satria.. Dan siap, untuk pertarungan yang sebenarnya.
Wahai orang yang selalu mencari dan beramal kebaikan, bergembiralah. Wahai orang yang mencari dan berbuat amal keburukan, berhentilah. Seruan ini terus didengungkan sampai akhir bulan Ramadhan.” (HR Ahmad dan Nasa’i)

*****@*****

Memanjangkan langkah
Sambil berhitung
Semogalah kami pemilik keberuntungan
Dengan beberapa jejak dan cerita
Yang mesti kami buat

Menanti kesempatan
Menyibak fajar baru
Yang telah hadir di ruang rindu
Sekian lama

Memohon dengan sangat.
Sampaikan kami..
Pada hari-hari berkah
Pada malam-malam syahdu
Pada udara yang Engkau Rahmati padanya

Sampaikan jiwa-jiwa cinta ini
Pada detik-detik itu
Sebuah arena pertarungan dengan nafsu
Di waktu-waktu para perindu

Beberapa langkah lagi
Memohon dengan sangat..
Izinkan..
Detak jantung ini
Berdenyut nadi
Hingga sampai seiring fajarnya
Perkenankan..
Udara berkelana
Penuhi relung-relung hidup kami
Relakan..
Otak kami tetap dengan denyut pikirnya

Demi memeluk Ramadhan sepenuh hati

Memohon dengan sangat..
Sampaikan kami… Dengan kaki kecil ini… Menapakkan diri… Di Ramadhan nan Suci… Amiin yaa Rabbal’aalamiin

Senin, 10 Mei 2010

I'm OUT



**Ssssssstttt... Ngomongin siapa siiiiiih... aku ikut dengerin ya... :)

Bang Choleh: Ngapain ikut2...??


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Tahukah kalian apa itu ghibah?”, Mereka menjawab: “Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda: “Yaitu engkau menceritakan tentang saudaramu yang membuatnya tidak suka.” Lalu ditanyakan kepada beliau: “Lalu bagaimana apabila pada diri saudara saya itu kenyataannya sebagaimana yang saya ungkapkan?” Maka beliau bersabda: “Apabila cerita yang engkau katakan itu sesuai dengan kenyataan maka engkau telah meng-ghibahinya. Dan
apabila ternyata tidak sesuai dengan kenyataan dirinya maka engkau telah berdusta atas namanya.” (HR. Muslim)


**Gitu ya bang..??

Bang Choleh: Ada lagi niiih...


Diriwayatkan dari
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai sekalian orang yang telah menyatakan Islam dengan lisannya namun iman belum masuk ke dalam hatinya,janganlah kalian semua menyakiti sesama muslim, janganlah kalian membuka aib mereka, dan janganlah kalian semua mencari-cari (mengintai)kelemahan mereka. Karena siapa saja yang mencari-cari kekurangan
saudaranya sesama muslim maka Allah akan mengintai kekurangannya, dan siapa yang diintai oleh Allah kekurangannya maka pasti Allah ungkapkan,meskipun dia berada di dalam rumahnya.” (HR. at-Tirmidzi, dishahihkan oleh al-Albani dalam shahih sunan at-Tirmidzi 2/200)


**Waduuuuuh... trus gimana dong bang..??

Bang Choleh: Terserahlaaaaah... hidup ni pilihan kan..??


“Ghibah itu
lebih keras daripada zina.” Mereka bertanya: “Bagaimana ghibah lebih keras dari zina, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Sesungguhnya seseorang telah berzina, kemudian bertaubat dan Alloh pun mengampuni dosanya, sedangkan orang yang melakukan ghibah tidak akan diampuni Allah, hingga orang yang di-ghibah-nya mengampuninya.” (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman)


Astaghfirullaah... maaf ya... ga jadi ikutan... ternyata friend... ngomongin orang tu... benar atau tidak... tetap salah... Sori I'm out... Semoga kau ikut out juga... kecuali... :)

Sabtu, 08 Mei 2010

Dua Nama, Satu Cinta



Kawan, sosok seperti apa yang kan sanggup menyentuh hatimu..?? Apakah figur raja, dengan banyak kekuasaannya..?? Atau artis, yang gemilang dengan ke-glamour-annya..?? Mungkin satu nama yang kau kenal karena kesuksesannya yang mendunia..?? Setiap nama yang bergema di udara dunia, adalah nama-nama penuh dedikasi. Di mana setiap gerak dan nafas, adalah usaha patriotisme. Patriotisme terhadap diri, keluarga, bangsa, agama, dan dunia. Banyak nama tercantum dalam sejarah, izinkan.. kusebut dua nama.. Pak Kasur dan Bu Kasur.

Gabungan kesederhanaan, kelembutan dan kebijaksanaan, yang hadir di lantai persada. Biar kuceritakan, sejauh mana sanggup kulukiskan.. entahlah.. nilailah.. semoga kau suka kawan.. Selamat memasuki, dua hidup manusia-manusia penuh cinta.. yang bersatu dalam cinta..

Pertemuan Cinta

Mereka lahir dengan nama Sandiah dan Soeryono. Sandiah lahir di Jakarta, 16 Januari 1926. Sedangkan Soeryono di Purbalingga, Jawa Tengah, 26 Juli 1912. Dari keluarga yang berbeda, daerah yang berbeda pula.

Sandiah menamatkan pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijsi (MULO), di akhir tahun 1930-an. Ia bergabung dalam Kepandoean Indonesia. Awalnya, Sandiah bekerja, dan bertemu dengan pemuda Soerjono ketika sama-sama menjadi pegawai di Kantor Karesidenan Priangan, Bandung. Pertemuan cinta yang menyatukan keduanya. Dan menikahlah mereka di Jogjakarta, pada 29 Juli 1946.

Saat dikaruniai anak, Sandiah meminta izin untuk bekerja kembali. Kalimat inilah yang diucapkan oleh sang suaminya yang bijak kawan, ”Boleh, bagus itu. Cuma kalau kamu kerja, aku yang di rumah. Itu kan anak kamu dan anakku, masa jadi anak simbok.” Hebat tidak kawan..?? Kalimatnya positif dengan tujuan yang positif. Lewat cara itu, tidak membuat Sandiah marah karena dilarang. Dia tetap mengasuh anak-anaknya di rumah sambil menyempatkan menulis di majalah anak-anak. Hmm.. itulah Sandiah, kawan.

Kebijaksanaan, itulah yang menarik pada kepribadian Pak Kasur, pada satu waktu, beliau berkata kepada Bu Kasur, ”Kalau manis jangan langsung ditelan.. Kalau pahit jangan serta merta dimuntahkan.” Artinya, kata Bu Kasur, ”Bahwa sebelum menentukan sikap.. Ada tiga hal lain yang perlu kita lalui.. Melihat proses.. Melakukan analisa.. Dan Membuat kesimpulan.”

Di Kepanduan, Soeryono, dipanggil dengan sebutan Kak Soer, oleh sahabat-sahabatnya yang akhirnya menjadi Kasur dan panggilan yang terus lekat kepadanya, adalah Pak Kasur. Sandiah pun akhirnya di panggil dengan panggilan yang sama dengannya, Bu Kasur.

*Bila saja kawan, setiap ayah dan ibu berpikiran sama seperti yang diungkapkan Pak Kasur. Maka, banyak anak akan merasakan lebih banyak waktu bersama orang tuanya. Terutama sang ibunda. Mungkin hal ini tak sepenuhnya bisa berlaku. Namun, mengusahakan kebahagiaan bagi seorang anak, adalah bentuk kebahagiaan bagi orang tuanya pula.



Membangun dunia cinta

Pak Kasur dan Bu Kasur sangat mencintai anak-anak kawan. Hingga, di tahun 1965, ketika keluarga mereka pindah dari Bandung ke Jakarta. Mereka mendirikan TK Mini Pada 1968. Pak Kasur mencapai usia pensiun dari Depdikbud dalam kapasitasnya sebagai anggota Badan Sensor Film (BSF). Awalnya, TK itu berada di rumahnya di Jln. H. Agus Salim dengan Taman Kanak-kanak, Taman Putera, dan Taman Pemuda. Sayang sungguh sayang, Taman Putera dan Taman Pemuda malah ditutup.

Itulah dunia cinta yang dibangun oleh dua nama istimewa itu kawan. Dunia yang dibangun atas nama cinta, kepada anak-anak dan pendidikan di Indonesia.
Ketika keduanya meninggal, Yayasan Setia Balita kemudian dilanjutkan oleh putra-putri Almarhum, yakni, Sursantio (lahir 1948), Suryaningdiah (1950), Suryo Prabowo (1951), Suryo Prasojo (1958), dan Suryo Pranoto (1962).

Saat ini bangunan dunia cinta itu kian berkembang kawan, dan terus membagi cinta untuk anak-anak Indonesia. Kini, Yayasan Setia Balita mengelola 5 cabang TK Mini Pak Kasur dan mengasuh 1 Taman Kanak-kanak (TK. Ceria Bangsa) yang tersebar di wilayah Jakarta, Bekasi, Tangerang, Cibubur & Surabaya.

Alumni dari TK ini, di antaranya adalah Presiden Megawati, Guruh dan Hayono Isman (mantan Menpora) serta Ateng (pelawak). Juga hampir seluruh cucu bahkan cicit H.M. Soeharto, almarhum, mantan presiden, sekolah di TK Mini Pak Kasur. Terlepas dari apapun kawan. Mereka adalah orang-orang besar dan sukses dalam bidangnya masing-masing, yang pernah dididik oleh tangan-tangan kasih dan pelukan sayang Pak Kasur dan Bu Kasur.

*Inilah yang sedang kusiapkan kawan. Pelan-pelan, kubangun dunia cintaku sendiri. Dari membeli mainan, buku-buku. Begitulah kawan, betapa ingin kubagi cinta ini pada pemilik kaki-kaki mungil yang setiap hari selalu menemaniku bermain. Tak berharap sesukses Pak Kasur dan Bu Kasur. Setidaknya, aku berharap bisa mencontoh kecintaan mereka pada dunia anak dan pendidikan. Sehingga anak-anak asuhanku, adalah murid-murid paling bahagia.


Acara-acara Cinta

Pada tahun 1950-an, bersama Pak Kasur, Bu Kasur mengasuh siaran anak-anak di RRI Jakarta. Ketika TVRI berdiri pada tahun 1962, Ibu Kasur mengasuh acara serupa, yaitu Arena Anak-anak dan Mengenal Tanah Airku. Pada awal tahun 1970-an, Ibu Kasur dikenal sebagai pengasuh acara Taman Indria di TVRI. Taman Indria adalah sebuah acara yang menampilkan anak-anak berbakat. Mereka datang ke studio untuk bernyanyi dan lain-lain. Serta diselingi dengan pesan-pesan pendidikan. Ketika televisi swasta muncul, Bu Kasur juga hadir di acara Hip Hip Ceria di RCTI.

Semua aktivitas keduanya, tak lepas dari dunia anak dan pendidikan. Pak Kasur, mengajak Bu Kasur untuk terlibat dalam setiap apa yang dikerjakannya. Waktu zaman Belanda, Pak Kasur adalah seorang guru HIS. Begitu pula saat menjadi pegawai Departemen Penerangan dan Pak Kasur sering mengumpulkan anak-anak di halaman rumah untuk siaran RRI.

Bu Kasur, yang belum terbiasa untuk siaran, mulanya merasa berat saat dipaksa oleh Pak Kasur untuk sesekali menggantikannya, setiap kali Pak Kasur berhalangan atau sedang berada di luar kota. Apa kata Pak Kasur kawan, ”Kamu bisa. Kamu harus bisa, sebab kamu mesti bantu saya.” Bukankah memang begitu seharusnya kawan. Suami dan istri akan saling mendukung dalam setiap aktivitas mereka. Bu Kasur sempat gemetaran dan tersendat ketika siaran. Namun, lama kelamaan, Bu Kasur pun menjadi bisa.

*Kebahagiaan adalah ketika kita merasa beruntung berada di satu tempat kawan. Dan ketidakberuntungan adalah, ketika kita merasa beruntung, jika berada di tempat lain. Menikmati kehidupan kita, di tempat yang kita sukai adalah penting. Melaluinya dengan rela dan penuh suka cita, adalah karunia terbesar dalam hidup ini kawan. Tiada hal akan berjalan baik, jika bersembunyi pamrih, di balik setiap gerak kita.


Karya-karya cinta

Tahukah kalian kawan..?? Banyak hal di taman kanak-kanak diajarkan lewat lagu. Lewat lagulah mereka belajar tanpa merasakan bahwa mereka sedang diajari. Anak-anak sangat suka menyanyi. Itulah mengapa, Pak Kasur dan Bu Kasur membuat lagu untuk anak-anak Indonesia. Lagu-lagu yang sarat ilmu dan pesan.

Inilah beberapa karya itu:

Selamat Pagi Pak, Potong Bebek Angsa, Bangun Tidur, Naik Delman, Di Sini Kita
Bertemu Lagi, Satu-Satu, Kebunku, Sepedaku Roda Tiga, Pelangi, Siapa Dapat Berbaris, Keranjang Sampah, Lihat Kebunku, dan lain-lain.


Karya Pak Kasur sendiri ada sekitar 140 lagu kawan. Sedangkan buatan Bu Kasur ada 20 lagu.

Jika melihat judul-judul di atas, bisa jadi banyak di antara kita yang akan menyenandungkannya. Masih ingat yang satu ini..??

Satu satu aku sayang ibu

Dua dua aku sayang ayah

Tiga tiga sayang adik kakak

Satu dua tiga sayang semuanya


Yakin deh, kalian tahu lagu ini. Sederhana, tapi sarat makna. Pesan untuk menyayangi setiap anggota keluarga sekaligur belajar berhitung.

Begitu cintanya Pak Kasur dan Bu Kasur pada anak-anak. Sehingga, saat membuat lagu-lagu itu, mereka memikirkannya dengan sangat hati-hati. Mudahkah lagu itu dinyanyikan nantinya oleh anak-anak. Dan salah satu hal yang sangat diperhatikan adalah untuk tidak menggunakan huruf ’r’ pada lagu-lagunya. Atau setidaknya, tidak terlalu banyak huruf ’r’ di dalam lagu buatan mereka. Kawan, kalian tau sebabnya kan..?? Ya.. karena huruf ’r’ adalah huruf yang sulit untuk dikuasai oleh anak-anak usia dini. Betapa kawan, hal itu tidak pernah terpikirkan olehku. Meskipun, hal itu memang akan sulit dalam pembuatan lagu-lagu mereka. Mungkin tampak sepele.. tapi tidak sesederhana yang kalian baca.

*Sungguh kawan, setiap kita, mungkin akan sanggup memberikan kebahagiaan bagi orang lain. Namun, tak banyak di antara kita yang memberikan kebahagiaan itu, dengan menambahkan sisi-sisinya dengan kebahagiaan yang lain. Seperti hal-nya persoalan huruf ’r’ di lagu manusia-manusia penuh cinta ini. Memberikan bahagia yang berbunga bahagia. Hmm... demikianlah cinta yang seharusnya.


Hidup dan bekerja dengan cinta

Mereka berbuat dengan semangat hingga usia senja. Terus mengusahakan senang bagi anak-anak asuhannya. Hingga Tuhan menjemput mereka kembali. Pak Kasur meninggal pada tahun 1992 dan Bu Kasur di Jakarta, 22 Oktober 2002. Tak perlu menjadi sedih atas kepergian mereka. Namun, ambillah pelajaran dari, bagaimana mereka hidup.

Seperti sebuah kalimat pada sebuah blog. Pak Kasur dan Bu Kasur, adalah manusia-manusia yang ”Mengecil di antara yang membesar.” Di kala setiap tokoh gemilang dengan nama-nama mereka. Keduanya tetap hidup dengan sederhana.

Dari sosok-sosok inilah, aku makin mengenal keikhlasan, kecintaan dan keindahan berbuat sesuatu. Tanpa ragu terus berkarya, meskipun tiada jaminan, akan ada yang membayar segala hal yang telah diperbuat di dunia ini. Melalui figur-figur mereka, aku belajar tentang arti bangga akan profesi ini. Di kala yang lain harus malu-malu menyebut dirinya sebagai guru. Di saat beberapa orang mengucapkan dengan pelan tentang pekerjaannya. Maka mereka lantang dalam diamnya. Dengan setiap kerja mereka, mereka berkata, ”Kami adalah guru.”

Tak perlu disebutkan pun jasa mereka, mereka tetap berjasa. Senyum-senyum yang mengembang di wajah-wajah anak asuhan mereka. Adalah jasa tiada tara. Ketika mulai banyak anak yang tak mendapatkan lebih banyak perhatian dari orang tua mereka, perhatian mereka itulah jasa. Pelukan sayang mereka adalah jasa. Pujian dan tepuk motivasi mereka adalah jasa. Perubahan-perubahan kecil pada anak-anak asuhan mereka, dari salah menjadi benar, buruk menjadi baik, malas menjadi rajin. Itulah jasa kawan. Tak kasat mata, namun bermakna. Makna besar bagi masa depan anak-anak bangsa.

Lewat tulisan inilah, aku persembahkan cinta mereka pada pendidikan Indonesia.

Setidaknya.. cintailah anak-anak di sekitar kita. Anggaplah mereka ada, hargai mereka, dan jadilah sahabat bagi mereka. Semoga bermanfaat..

Kawan.. Menginspirasilah atau Terinspirasilah..

Karena.. KITA BISA !

Literatur:

http://www.seruu.com/biography-seruu
http://lini.via-lattea.org
http://www.tkminipakkasur.com

Senin, 26 April 2010

Mempertanyakan Perubahan



Adakah hal yang tidak mengalami perubahan di bumi kita ni..?? Sedangkan perubahan adalah hal yang terus terjadi. Sebuah batu pun mengalami perubahan seiring dengan tempaan lembut tetesan air. Baja pun mengalami perubahan oleh ketrampilan manusia yang diilhamkan Allaah kepadanya. Mendungpun berubah menjadi hujan.. ia awalnya ringan kemudian menjadi berat. Adakah yang tidak berubah..??

Pergolakan demi pergolakan di negeri ini pun, seringkali menimbulkan perubahan. Perubahan kepemimpinan, perubahan dalam pengembangan wilayah bahkan pengecilan wilayah yang diakibatkan oleh kesewenangan negara sahabat yg kurang bersahabat, atau bisa jadi karena managemen negeri yang kurang rapi..?? Sehingga perubahan-perubahan yang terkadi adalah perubahan ke arah yang beberapa di antaranya lebih kepada perubahan ke arah yang kurang baik. Dari yang benar menjadi salah.. lebih menjadi kurang.. atau apa ya..?? Maaf ya pemimpin-pemimpin negeriku.. Inilah yang aku rasakan. Aku ungkapkan dari kenyataan yang aku saksikan atau aku dengar dari orang lain.


Dua hal yang terus berkecamuk di ruang rasaku.. ketika melihat dan mendengar dua hal, yang menurutku penting di negeri ini yang berubah.. bukannya menjadi baik malah menurutku.. hanya menghilangkan nilai-nilai baik di dalamnya.

Namun, kali ini kuceritakan satu hal lebih dulu.. Satu hal penting yang menggores hatiku. (Sungguh..) -_-

Hal pertama yang baru saja aku gali dari ruang belajarku. Meskipun belum terlalu mendalam. Karena hanya coba kuraih dengan banyak bertanya pada para aktivisnya. Tentang sebuah sekolah, yang ditujukan untuk para calon guru saat itu, Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Bagaimana kekecewaan beberapa rekan yang dulu berasal dari SPG, pula ungkapan seorang dosen yang sempat menjadi dewan pengajar di SPG. Bahwa mereka menyesali ditutupnya SPG.

Maka mengalirlah.. seuntai kenangan dari SPG.. yang membuatku jadi bertanya-tanya.. mengapa hal itu tak dilanjutkan..??

SPG benar-benar ditujukan untuk membentuk karakter guru yang sangat kuat. Apakah itu guru matematika, bahasa dan lainnya. Rekan kuliahku, seorang ibu yang telah menjadi guru PAUD, menceritakan. Bagaimana mereka dahulu dididik. Dari hal berpakaian. Seorang siswa SPG tidak boleh menggulung lengan bajunya. Bagi siswinya, diwajibkan untuk memakai rok. Dulu pun, menurut ceritanya.. guru tidak boleh memakai celana. Begitukah..?? Merajuk hatiku.. Kenapa?? Hal seperti itu tak diteruskan..??


Melihat penampilan para calon guru sekarang.. entah memang berniat jadi guru, atau karena ga dapat jurusan dan ga ada jurusan lain. Datang ke kampus dengan pakaian ketat, bagian leher yang cukup lebar, celananya pun tak beda dengan bajunya. Lalu, apalagi yang mesti diteladani oleh siswa-siswanya kelak..?? Lagi.. hatiku gerimis.. Tak bermaksud menghakimi. Namun, betapa yang terlihat nanti di sekolah-sekolah tanpa aturan berpenampilan bagi guru.. yaa.. penampilan seperti itulah. Ingin tersenyum.. tapi itu salah. Jadi, menangis saja.. T_T

Lanjut kutanya pada dosenku.. apa saja pelajaran di SPG itu. Mereka diajarkan teknik bertanya. (?????) Dimana harus kucari pelajaran macam tu. Sedang dosenku berkata, pelajaran itu tidak pula diberikan di perguruan tinggi (FKIP). Jika tak menemukan bukunya yang menjelaskan hal ini, mungkin banyak guru di luar sana, melakukan banyak kesalahan saat bertanya kepada siswa-siswanya (termasuk diriku). Rasaku ulang berontak. Kenapa SPG ditutup..?? Sedangkan mendengar kisahnya saja.. aku sudah merindukan pembelajaran di sana. @_@

Dosenku pun melanjutkan kisahnya. Bagaimana seorang siswa SPG, akan diajarkan Didaktik matematika, didaktik bahasa indonesia. ”Pelajaran apa itu, bu..?”, tanyaku penuh rasa ingin tahu. ”Masing-masing pelajaran itu ada cara mengajarnya sendiri-sendiri sayang.”, katanya. Bagaimana mengajarkan berhitung, bagaimana mengajarkan pelajaran yang satu dengan yang lain. Berbeda.. Ungkapnya lagi. Makin buncah cemburuku pada masa-masa itu. Seindah itukah seharusnya pendidikan bagi calon-calon guru ?? @_@ Lalu mengapa keindahan itu diputus..??

Dikisahkan pula olehnya, tentang aktivitas pembuatan karya siswa-siwa SPG. Dalam pembuatan Alat Peraga Edukatif (APE), setiap siswa, dinilai dari setiap aspek. Bagaimana kesabaran dalam pembuatannya, bagaimana kerapiannya, bagaimana ketepatan dalam banyak hal (ukuran, penggunaan alat dan bahan, dll). Sungguh, hampir jatuh dari sudut mataku, aliran bening itu. Mendengar seorang calon guru yang kuyakini mereka berada dalam pendidikan dan tempaan yang tepat kala itu. Hingga jatuhlah deras.. saat kutuliskan artikel ini. Mengingat kisah-kisah guru ’killer’. Cerita-cerita tentang guru-guru ’monster’. Yang menyakiti hati.. bahkan fisik murid-muridnya. @_@


Mungkin karena ketidak pahamanku mengenai kisah ditutupnya SPG. Namun, ini adalah endapan rasa. Yang kutahan berhari-hari, dan belum sempat menuliskannya, karena masih berada di tengah-tengah tumpukan tugas. Masih mencoba mencari tahu. Hanya saja, setiap hal akan ada sisi kurang dan lebihnya kan..?? Namun, sepenggal pengalaman dari dosen dan rekan kuliahku itu, cukup menorehkan harapan. Bahwa, sesungguhnya.. negeri ini pernah diurus dan diperhatikan dengan rapi. Bisa jadi, oleh orang-orang yang benar-benar mencintai negeri ini dengan tulus.

Masih berharap.. muncul manusia-manusia seperti itu. Lihatlah nasib pendidikan... Memanglah.. pendidikan adalah tanggung jawab bagi setiap penghuni negeri ini. Namun, ujung tombaknya adalah guru. Ksatria-ksatria yang berada di garis depan pendidikan, adalah sosok-sosok guru, yang kan selalu digugu dan ditiru.

Duhai.. tangan-tangan siapakah.. yang kan berdaya, menuju perubahan ke arah cahaya.
Teringat kalam Allaah.. yang disuratkan dalam Al Qur'an..

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11

Namun.. kemanakah arah.. kita berubah..??

Harapan.. wujudlah..

Yaa Allaah.. arahkan langkah-langkah kami, pada hal-hal indah di dekat-Mu. Yaa Rabb.. karuniakan kepada kami kebenaran-kebenaran.. yang mengeliling-Mu. Hingga diri kami.. dan anak cucu kami, hanya berubah menjadi hamba-Mu.. selalu. Amiin yaa Rabb..

Kamis, 22 April 2010

Perjalanan Ke Kota Tepian



*Berhari Bumi Mode On... (22 April)

Hikmah kedua…

Ready to go… Its 07.50…

Setelah jadi terhukum… menunggu para bintang tamu…

Akhirnya perjalanan rihlah kami ke kota tepian dimulai...
Perjalanan 2-3 jam ke depan... adalah perjalanan yang selalu ku nantikan... Berkali-kali juga ke Samarinda. Tak pernah ku lewatkan ia dengan pejaman mata. Ia hijau...

Kalimantan... Hutan yang sebenarnya. Senang bisa dilahirkan di sini. Teringat masa kecilku... Aku menyaksikan bukit digunduli... Gunung menjadi rata... Takjub... saat itu... Hijau disekitarku, terkikis satu demi satu... Kalimantan... pulau kelahiranku...

Hampir sepanjang perjalan itu... Bisa terlihat olehku... pagar-pagar hidup nan kokoh... Pohon-pohon besar... yang mewakili hutan. Pokok-pokok ’sengon’... ha ha... nama pohon yang paling kukenali karena bentuknya yang memayung indah dan karena.. itulah satu-satunya nama pohon yang aku kenali.. selain pohon-pohon yang biasa terlihat di sekitarku..

Setiap memandang ke tepi jalan... pada batang-batang yang rapat. Yang terbayang adalah hutan gelap. Yang dihuni tumbuhan bumi... padat.

Namun... setelah beberapa kali perjalananku... baru kusadari hari ini... bahwa di balik pagar hijau itu... tak ada hijau lagi. Hanya sepuluh hingga 30 meter yang sempat kutangkap dengan bola mataku. Di belakangnya adalah ladang-ladang... bahkan dibeberapa tempat hanya gundul semata...

Topeng... Ternyata... Pagar hidup itu hanya topeng...

Teringat pada komentarku pada sebuah status teman: Bahwa aku dan rombongan tak bisa berhenti sholat di tengah jalan... tanggung... dan masih berada didalam gelap... pohooooooonnn semua.

Teman itu membalasnya... dan mengatakan... Jawa sama Kalimantan beda non... di Jawa mah hutan beton... jadi bisa berhenti di sebuah tempat... di tengah perjalanan.

Maluuu... ternyata hutanku tak sedahsyat itu...

Duhai penghuni pulau kelahiranku... Wahai pengurus Borneoku... Di manakah kalian? Akankah hijau itu menghilang dari penghujung pandang... Terhapus dari masa depan...

Kepada Kalimantanku... Terus hidupkan kehijauanmu... Bumi terus kembang kempis denganmu... Tanda kehidupan, masih mengiringinya... Borneo tercinta... Kaulah paru-paru utama... Dunia meminta kau untuk tetap membagi udara...

Tetaplah pakai topeng itu... Namun letakkan kembali isinya... Agar Hijau Borneoku selalu ada bagi dunia... Mari jaga bersama...

”Dan apabila dikatakan kepada mereka. ”Janganlah berbuat kerusakan dimuka bumi !” Mereka menjawab, ”Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.”
Ingatlah, Sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tapi mereka tidak menyadari” (Al-Baqarah: 11-12)


Semoga bisa memberi sebuah harapan bagi bumi... Untuk hidup... dan menghijau kembali... Amin...

Jumat, 16 April 2010

Kelunya Sang Pena



SANG PENA TERPAKU

AKSARANYA BEKU.. TAK SANGGUP MENGALIR

IA TERDIAM DI SUDUT WAKTU

HANYA BERGUMAM MENYIMPAN RINDU

PENA MERINGIS.. SAMBIL BERKATA..

"DUHAI.. AKU RINDU TEGAK BERDIRI."

MENGUNGKAP BENAR.. LAGI DAN LAGI

SAAT SI 'INGIN' MENDORONGKU TUK BERLARI

ADA SI 'NGGAK PE DE' YANG MENAHANKU

AKU KAKU TERTIDUR LESU

HANYA BERMIMPI MENGURAI CERITA

HINGGA TINTA MENGUAP KE ANGKASA

PEKAT HITAMNYA RESAH MENANTIKU

DAN IA PERGI.. TAK SABAR TUK SETIA

MULAI AKU BERKARAT

TUBUHKU SEKARAT

HANYA RUSAK DAN TINGGAL PATAH

PENA MERENUNG..

"KAPAN.. KAPAN AKU.. BISA BERBAGI..??"

Jumat, 09 April 2010

Mereka Bukan Anakku



Seorang insan, telah memilih, untuk mengisi hidupnya, dengan menjadi seorang guru. Sembilan tahun lebih, rasanya bukanlah sebuah perjalanan waktu yang sebentar. Delapan tahun pula sang guru ini, menghabiskan setiap tahunnya. Untuk mewarnai hari-hari bersama puluhan sosok-sosok mungil yang selalu ceria dan penuh energi. Sang guru, yang setiap hari mengamati perkembangan para makhluk imut itu di dalam kelasnya.

Semakin hari semakin jatuh hati, pada pemilik kaki-kaki yang tak pernah henti menjelajah itu. Seberapa pun, waktu yang pernah mereka lalui bersama. Namun sang guru, selalu merasakan ketakutan, bila mendekati masa-masa berakhirnya tahun ajaran. Perpisahan dengan senyum-senyum manis itu, seperti menggores luka dalam, yang tidak dapat terobati. Apalagi jika pertemuan mereka, harus diakhiri dengan pindahnya sang buah hati.


Masih teringat dengan jelas dalam memori sang guru. Saat, seorang putri kecil. Yang ayahnya adalah seorang laki-laki berstatus, warga negara Brunei. Harus pergi, tanpa memberikan informasi yang jelas terhadap sang guru. Perkenalan awal dengan sang guru, yang melalui tahapan agak sulit. Karena perbedaan bahasa. Membuat kepergian teman kecilnya, semakin menyesakkan bagi sang guru. Jika dapat, ingin rasanya sang guru tetap memeluknya agar ibu dari putri kecil itu tak perlu membawanya serta. Namun,apa daya. “Dia bukan anakku.” Kata sang guru dalam hati.

Sang guru menerawang jauh. Kembali ke cerita lalu. Tahun ke tiga, di mana seorang teman kecil lain, ada bersamanya. Yang datang dengan temperamen tinggi. Hampir tidak pernah, si kecil berbicara dengan kata-kata sopan. Awalnya, sangat tinggi hati. Tak suka ditegur atas kesalahannya. Berbuat semaunya, tanpa menghiraukan akibat yang kadang terlalu berbahaya buat diri dan temannya. Sebuah senjata rahasia, berhasil menaklukkannya. Setiap sang guru berbicara. Sang guru mengikuti logat daerah, yang terdengar agak sulit dihilangkan dari bahasa Indonesia yang setiap hari digunakan oleh si teman kecil. Mungkin logat itu, membuatnya merasa nyaman.

Baru beberapa bulan, keakraban itu terjalin manis. Allah punya rencana hebat. Sang teman kecil harus pindah. Dan sehari setelah kepindahannya. Sebuah karya yang tertinggal, menorehkan kerinduan dan membuat sang guru tak sanggup menahan air mata rindunya. Apa yang bisa dilakukan sang guru ? “Teman kecil itu, bukan anakku.” Kalimat itu memenuhi hati sang guru.


Tahun ini, sang guru mewarnai hari bersama 22 teman kecil. Salah satunya adalah Nabila. Yang cerdas luar biasa. Sangat cepat mengenali simbol-simbol. Sehingga Nabila melejit dengan Qiro’atinya. Kosakata Bahasa Inggris, hampir tidak ada yang dilupakannya. Daya ingat yang kuat, merupakan kelebihan Nabila. Hingga suatu hari, Nabila mengatakan, “Bu guru, aku mau pindah.” Sang guru memandang Nabila dengan diam. Ya Allah, apakah kami harus berpisah sekarang juga ? Sang guru mencoba menampik ketidak relaannya. Dan kembali menenangkan diri sekali lagi, “Nabila, bukan anakku.” Dan masih banyak lagi saat-saat di mana sang guru terpaksa tak dapat bertemu lagi, Karena, harus berpisah, dengan teman-teman kecilnya.

Puluhan teman kecil itu, datang dan pergi setiap tahunnya. Dan setiap mereka meninggalkan kesan tersendiri bagi sang guru. Karena mereka adalah bagian dari motivasi bagi sang guru. Namun, apa mau dikata. “Mereka, bukan anakku.” Gumam sang guru. Sang guru hanya dapat mengirim sebuah pesan dan do’a, untuk para teman kecil yang jauh, yang dekat. Yang masih dapat bertemu, atau yang sudah tak pernah bertemu. Wahai teman-teman kecilku, titilah jembatan surga. Yaa Allah, tunjukkan bagi teman-teman kecilku, jembatan surga itu. Amiin.

Senin, 05 April 2010

Serangan Kata




DITINJU.. dengan KATA-KATA. Hingga termundur dan kehilangan sejenak rasa. Tak percaya bahwa itu seperti tertuju pada setiap jengkal diri. Beset-beset.. jatuh cukup jauh dari kesadaran. Lalu kembali berdiri dalam kondisi lemah. Berpikiiiiiirr... Merenuuuuung. Setiap ’jab'-nya berhasil menembus pertahanan. Berdarah sedikit di sudut rasa. Lalu ’uppercut’ melayang kuat hingga lebam sekujur tubuh. KALAH.

Tersadar.. Sekalipun dengan beralasan. Aku tetap.. BERSALAH. -_-

DITAMPAR.. oleh NASIHAT. Sampai terduduk. Pipi terasa panas dijilat bara api. Membeliak kecewa atas kejadian yang tak disangka. Belum sadar bahwa itu adalah sakit bagi seluruh sel pada diri. Tergambar tapak tangan sang penyeru. Tak kan terlupakan. Ini periiih, hingga darah berdesir. Menggelegak.. hampir tak bisa menerima. Ingin berdiri.. namun tak sanggup menahan malu. Melirik ke segala arah. Hanya berharap.. semoga tak ada yg melihat rona merah di hatiku. TAKLUK.


Tersadar.. Sekalipun dengan beralasan. Aku tetap.. BERSALAH. -_-

DITENDANG.. oleh KEBENARAN. Efeknya.. terjungkal beberapa meter dari posisi merasa benar. Terjerembab.. lecet-lecet di sana-sini. Serasa remuk mental juara di dalamnya. Hingga kerendahan diri termunculkan sementara. Waaaaaaa.. sakiiiiiiiit ternyata. Mau berdiri.. tapi serasa dilucuti seluruh sendi harga diri. Meringis.. tampilkan wajah teraniaya. Dahsyat...!!! Energi kebenaran meluluhkan. TUNDUK.

Tersadar.. Sekalipun dengan beralasan. Aku tetap.. BERSALAH. -_-

*Sakit.. sakit.. perih.. perih.. Syukurlah.. sangat efektif untuk MENYADARKAN

******* @ *******

Tambahan.. dari sebuah blog ( http://qaulan-sadida.blogdrive.com/ )

Yaa ayyuhalladzîna âmanuttaqullâha wa qûlu qaulan sadîda
(QS. al-Ahzab [33]: 70).

Qaulan sadida mengandung makna straigh to the point atau tidak berbelit-belit, berbicara secara positif, tegas tanpa mengelabui, jujur, tidak mengandung kebohongan dan apa adanya.

Ini berarti, bicara secara terang-terangan membuat orang lain mampu memahami sikap kita, sehingga kesalahpahaman pun bisa dihindari. Sikap terus terang juga bermanfaat bagi orang lain sebagai bagian dari upaya pembelajaran. Secara tidak langsung, qaulan sadida merupakan gambaran dari amar ma'ruf nahi munkar.

Al-Quran telah menjadikan amar ma'ruf nahi munkar sebagai keistimewaan pertama yang dimiliki oleh umat Islam sehingga mengungguli umat-umat lainnya. "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Ali Imran [3]: 110).


Qaulan sadida hanya dimiliki bagi hamba yang memiliki keyakinan kuat (al-iman al-amiq) kepada Tuhannya dan juga senantiasa merasakan kehadiran-Nya (muraqabatullah) dalam setiap tempat, setiap saat, dalam keadaan apa pun dan bagaimanapun, dalam musibah atau senang, rela atau terpaksa.

Sabtu, 03 April 2010

Pendidik Or Pembantu



Salam para dewasa.. apa kabar USIA DINI kita.. semoga mulai mandiri dalam aktivitasnya.. dan mampu mengurus diri.. dalam hal-hal sederhana. Amiin

Kisah lagi yaa... pendek saja... ^_^

******* @ *******

Di kelas dengan jumlah murid 25 aktivis. Ada dua guru yang mengasuh mereka. Di bulan-bulan awal masuk sekolah, toilet training, menjadi sangat penting. Alhamdulillaah, dalam waktu 3 sampai 4 bulan, semua teman sudah bisa BAK dan BAB sendiri, tanpa bantuan bu guru. (Dari saat masuk, di dalam, dan keluar) Hanya diawasi oleh bu guru.

Suatu hari...

”Bu guru A, Tito mau BAK.”, Tito menyebut guru A. Namun, guru A sedang sibuk mengajari teman yang lain untuk mengaji.

Maka guru B bertindak, ”Sini sayang, sama bu guru.” sambil tersenyum.

“Nggak mauuuuu. Mau sama bu guru A ajaaaaa.”, tolak Tito.

Hmm.. beberapa anak, memang lebih menyukai BAK dengan bu guru A.
Kita lihat kenapa.. ^_^

Toilet training bersama guru A:

“Ayo baca do’a dulu.”, kata guru A. Sambil melepaskan semua pakaian yg perlua dilepaskan. Tito hanya membaca do’anya. Sambil melihat ke wajah guru A. Saat membuka kaos kaki, Tito duduk di sebuah tempat duduk, sambil menghulurkan kakinya ke depan wajah sang guru. Dan bu guru A, dengan senang hati melepaskannya. Saat di dalam pun sama. Tito hanya melepaskan tuntutan alamiahnya, selain itu, bu guru A yang mengerjakan, menyiram bekas BAK, mencebok, mencuci. Semuanya. Tito tidak capek, aman, damai, nyaman dalam pengurusan bu guru A. Waktu keluar, hal yang sama terjadi lagi. Bu guru A, melayani dengan hati. Hingga selesai do’a.


Toilet training bersama guru B:

“Kita baca do’a dulu ya nak.”, kata guru B. Setelah berdo’a, bu guru B berkata, ”Sekarang lepas kaos kaki dan celananya sayang. Tito membuka sendiri celananya.

“Susah bu kancingnya.”, kata Tito.

”Sini bu guru bantu. Ini melepaskannya seperti ini ya. Di pegang yang kuat.”, hanya kancingnya. Selanjutnya, Tito kerjakan sendiri.

Begitupun segala urusan siram menyiram, mencebok dan membersihkan diri. Tito kerjakan sendiri, di bawah arahan bu guru B. Hingga selesai do’a keluar kamar mandi/WC.


******* @ *******

Kadang.. kita tak menyedari, betapa pentingnya kemandirian bagi USIA DINI kita. Sejuta bantuan, memang akan memenuhinya dengan cinta. Namun, satu pelatihan, akan memudahkan kehidupannya.

Guru B berkata... ”Karena kita adalah pendidik, bukan pembantu.” (Aku setuju) ^_^

Hal semacam ini pun, terjadi pada ayah dan bunda. Perbedaan bentuk perhatian dan pelayanan semacam inilah, yang menyebabkan USIA DINI memilih-milih antara ayah dan bunda untuk menemaninya beraktivitas. Wallaahua'lam.

******* @ *******

Semoga kita.. adalah para dewasa, yang mampu memberikan perhatian yang sejatinya merupakan pendidikan. Agar USIA DINI kita merasakan manfaat yang lebih, dari apa yg kita beri padanya. Amiiin

Rabu, 24 Maret 2010

Malu



Apakah kau seorang hafidz ??

Seorang yang memelihara. Menjaga kemurnian hal yang diyakininya. Lebih dikenal istilah hafidz ini untuk para penghafal Al Qur’an. Sungguh, inginnya diri ini menjadi seorang yang terus teguh mengeja ayat-ayat itu. Kalam suci yang menenangkan. Cahaya dalam kegelapan, petunjuk tanpa kesalahan, kebenaran di atas kebenaran, penyejuk hati di kala gundah, pembening hati di waktu amarah. Kalam Allaah.. dengan segala mukjizat yang teriring bersama nuzulnya. Inginnya diri menjadi hafidz… -_-

Seringkali, bersama Al Qur’an, kutemukan teguran terindah bagi khilaf. Hiburan terbaik bagi sedih yang melanda. Menghujam tajam di kedalaman nurani. Menabur benih raja’ (harap) dan khauf (takut) pada jiwa-jiwa yang ingin makin dekat dengan Rabb-nya. Mengalirkan bening dari sudut mata, berharap setiap kebahagiaan yang terkabar di dalamnya, akan menjadi kebahagiaannya. Sekaligus takut, adzab yang tersurat dan tersirat pada baris-barisnya, tak menimpanya. Duhai.. Inginnya diri menjadi hafidz…


Hingga beberapa pekan lalu, dalam majelis cintaku. Aku jatuh.. tersungkur. Akibat ‘tertampar’ kuat. Saat itu, masing-masing kami, menyetor hafalan, dengan saling berpasangan. Selama ini, biasanya pasanganku adalah rekan yang sama mudanya. Sama bisanya, sama mampunya, sama potensinya. Namun, takdir Allaah yang tertulis hari itu, berbeda dari biasanya. Aku dapat pasangan, seorang bunda, beranak 5. Anak tertuanya, sedikit lebih muda dariku.

Kami sepakat, bahwa beliaulah yang mulai setor hafalan lebih dulu. Ternyata, baru kuketahui, hafalan beliau, jauh.. jauh.. jauh di atasku. Seiring setiap ayat yang keluar dari lisannya. Yang kala itu, terdengar lebih syahdu dari bisanya. Bergetar setiap dinding jiwa. Bergolak setiap lembar rasa. Aku menyaksikan keindahan menjadi seorang hafidz. (meskipun, beliau belum hafal seluruh Al Qur’an) Subhaanallaah. Nafasku tertahan, wajahku memerah. Namun, bunda itu masih terus mengalunkan lembut ayat-ayat cinta-Nya. Hingga akhir hafalannya… Maka meledaklah setiap buncah maluku. Malu………. yang luar biasa. Di tengah usaha kerasku untuk terus menambah hafalan. Aku sudah terjerembab, dalam kekalahan. Beningku mengalir tanpa dapat ditahan.. sungguh tak tertahankan. Tanpa suaranya.. tangisku pecah berderai.

“Lho..?? ukhti kenapa ?”, Tanya bunda itu kaget.

Aku tak sanggup berkata-kata. Hanya terus mengalirkan air mata. Membuat bunda itu makin tak mengerti.

Hingga dalam aliran deras tangis bodohku, aku berkata “Ana malu, bunda.”, dengan sudut mata yang terus basah.

“Afwan ya ukhti.”, merasa bersalah telah menyebabkanku menangis. Bunda malah ikutan nangis. Menambah derasku tak tertahan.

Dalam kebingunganku mencari tisu, aku terus menggenggam tangannya. Tergenang dalam malu itu. Yaa Allaah… aku benar-benar malu niiiih…. Sambil terus menyembunyikan wajah basahku, dari pandangan teman-teman satu majelis yang juga tak mengerti kejadiannya. Yaa Allaah… malu… -_-

****** @ ******

Fadhail Dunia

1. Hifzhul Qur'an merupakan nikmat rabbani yang datang dari Allah

Bahkan Allah membolehkan seseorang memiliki rasa iri terhadap para ahlul Qur'an,
"Tidak boleh seseorang berkeinginan kecuali dalam dua perkara, menginginkan seseorang yang diajarkan oleh Allah kepadanya Al Qur'an kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang, sehingga tetangganya mendengar bacaannya, kemudian ia berkata, 'Andaikan aku diberi sebagaimana si fulan diberi, sehingga aku dapat berbuat sebagaimana si fulan berbuat'" (HR. Bukhari)

Bahkan nikmat mampu menghafal Al Qur'an sama dengan nikmat kenabian, bedanya ia tidak mendapatkan wahyu,
"Barangsiapa yang membaca (hafal) Al Qur'an, maka sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian, hanya saja tidak diwahyukan kepadanya." (HR. Hakim)

2. Al Qur'an menjanjikan kebaikan, berkah, dan kenikmatan bagi penghafalnya

"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya" (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Seorang hafizh Al Qur'an adalah orang yang mendapatkan Tasyrif nabawi (penghargaan khusus dari Nabi SAW)

Di antara penghargaan yang pernah diberikan Nabi SAW kepada para sahabat penghafal Al Qur'an adalah perhatian yang khusus kepada para syuhada Uhud yang hafizh Al Qur'an. Rasul mendahulukan pemakamannya.

"Adalah nabi mengumpulkan di antara dua orang syuhada Uhud kemudian beliau bersabda, "Manakah di antara keduanya yang lebih banyak hafal Al Qur'an, ketika ditunjuk kepada salah satunya, maka beliau mendahulukan pemakamannya di liang lahat." (HR. Bukhari)

Pada kesempatan lain, Nabi SAW memberikan amanat pada para hafizh dengan mengangkatnya sebagai pemimpin delegasi.

Dari Abu Hurairah ia berkata, "Telah mengutus Rasulullah SAW sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian Rasul mengetes hafalan mereka, kemudian satu per satu disuruh membaca apa yang sudah dihafal, maka sampailah pada Shahabi yang paling muda usianya, beliau bertanya, "Surat apa yang kau hafal? Ia menjawab,"Aku hafal surat ini.. surat ini.. dan surat Al Baqarah." Benarkah kamu hafal surat Al Baqarah?" Tanya Nabi lagi. Shahabi menjawab, "Benar." Nabi bersabda, "Berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi." (HR. At-Turmudzi dan An-Nasa'i)

Kepada hafizh Al Qur'an, Rasul SAW menetapkan berhak menjadi imam shalat berjama'ah. Rasulullah SAW bersabda,
"Yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling banyak hafalannya." (HR. Muslim)

4. Hifzhul Qur'an merupakan ciri orang yang diberi ilmu

"Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim." (QS Al-Ankabuut 29:49)

5. Hafizh Qur'an adalah keluarga Allah yang berada di atas bumi

"Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, "Siapakah mereka ya Rasulullah?" Rasul menjawab, "Para ahli Al Qur'an. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya." (HR. Ahmad)

6. Menghormati seorang hafizh Al Qur'an berarti mengagungkan Allah

"Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah menghormati orang tua yang muslim, penghafal Al Qur'an yang tidak melampaui batas (di dalam mengamalkan dan memahaminya) dan tidak menjauhinya (enggan membaca dan mengamalkannya) dan Penguasa yang adil." (HR. Abu Daud)


Fadhail Akhirat

1. Al Qur'an akan menjadi penolong (syafa'at) bagi penghafal

Dari Abi Umamah ra. ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Bacalah olehmu Al Qur'an, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafa'at pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafalnya)."" (HR. Muslim)

2. Hifzhul Qur'an akan meninggikan derajat manusia di surga

Dari Abdillah bin Amr bin 'Ash dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Akan dikatakan kepada shahib Al Qur'an, "Bacalah dan naiklah serta tartilkan sebagaimana engkau dulu mentartilkan Al Qur'an di dunia, sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang kau baca." (HR. Abu Daud dan Turmudzi)

Para ulama menjelaskan arti shahib Al Qur'an adalah orang yang hafal semuanya atau sebagiannya, selalu membaca dan mentadabur serta mengamalkan isinya dan berakhlak sesuai dengan tuntunannya.


3. Para penghafal Al Qur'an bersama para malaikat yang mulia dan taat

"Dan perumpamaan orang yang membaca Al Qur'an sedangkan ia hafal ayat-ayatnya bersama para malaikat yang mulia dan taat." (Muttafaqun ?alaih)

4. Bagi para penghafal kehormatan berupa tajul karamah (mahkota kemuliaan)

Mereka akan dipanggil, "Di mana orang-orang yang tidak terlena oleh menggembala kambing dari membaca kitabku?" Maka berdirilah mereka dan dipakaikan kepada salah seorang mereka mahkota kemuliaan, diberikan kepadanya kesuksesan dengan tangan kanan dan kekekalan dengan tangan kirinya. (HR. At-Tabrani)

5. Kedua orang tua penghafal Al Qur'an mendapat kemuliaan

Siapa yang membaca Al Qur'an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaiakan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, "Mengapa kami dipakaikan jubah ini?" Dijawab,"Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur'an." (HR. Al-Hakim)

6. Penghafal Al Qur'an adalah orang yang paling banyak mendapatkan pahala dari Al Qur'an

Untuk sampai tingkat hafal terus menerus tanpa ada yang lupa, seseorang memerlukan pengulangan yang banyak, baik ketika sedang atau selesai menghafal. Dan begitulah sepanjang hayatnya sampai bertemu dengan Allah. Sedangkan pahala yang dijanjikan Allah adalah dari setiap hurufnya.


"Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur'an maka baginya satu hasanah, dan hasanah itu akan dilipatgandakan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif itu satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf." (HR. At-Turmudzi)

7. Penghafal Al Qur'an adalah orang yang akan mendapatkan untung dalam perdagangannya dan tidak akan merugi

"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri." (QS Faathir 35:29-30)


Adapun fadilah-fadilah lain seperti penghafal Al Qur'an tidak akan pikun, akalnya selalu sehat, akan dapat memberi syafa'at kepada sepuluh orang dari keluarganya, serta orang yang paling kaya, do'anya selalu dikabulkan dan pembawa panji-panji Islam, semuanya tersebut dalam hadits yang dhaif.

"Ya Allah, jadikan kami, anak-anak kami, dan keluarga kami sebagai penghafal Al Qur'an, jadikan kami orang-orang yang mampu mengambil manfaat dari Al Qur'an dan kelezatan mendengar ucapan-Nya, tunduk kepada perintah-perintah dan larangan-larangan yang ada di dalamnya, dan jadikan kami orang-orang yang beruntung ketika selesai khatam Al Qur'an. Allahumma amin" (dian)

Maraji':
Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc. Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur'an Da'iyah.
Dr. Yusuf Qardhawi. Berinteraksi dengan Al Qur?an.
(Fadhilah dari pk-sejahtera.org)

SIAPAPUN PEMBACANYA... MOHON DO'AKAN AKU...
Inginnya diri.. menjadi hafidz.. -_-

Sabtu, 20 Maret 2010

Ruang Pertemanan


Sebuah pertanyaan, mampir di inboxku. “Benarkah, tidak ada pertemanan abadi, yang ada kepentingan abadi ?” Pertanyaan yang sempat membuat bingung dan aneh. Karena diajukan oleh seseorang yang meremove-ku dari friendlist-nya. Yang memang menandakan, dia tidak meyakini dan mengharapkan sebuah keabadian dari sebuah pertemanan. Seorang sahabat juara nomor satu.  Dia menyertakan kata-kata seorang mahasiswa angkatan lama di Indonesia, Soe Hok Gie. Tentang “Buat apa kita berbicara tentang pahala dan syariat jika tidak ada yang namanya manfAat DAN guna.” Juga sebuah kutipan kalimat Marx “Hubungan itu akan terus ada selama masih ada kepentingan. Ketika kepentingan telah gugur, maka hubungan itu pun akan luntur.”

Kepentingan itu, selalu beriringan dengan sebuah hubungan. apapun jalinan yg akan dibuat. semuanya beserta dengan kepentingan. seperti hal-nya ketika seseorang akan menikah. maka dianjurkan memilih berdasarkan beberapa hal yg menjadi kepentingan bagi seorang laki-laki pula bagi seorang perempuan. Rupanya, kekayaan, keturunan orang baik-baik, atau agamanya.. maka bersiaplah untuk setiap resikonya. karena sebuah kepentingn yg tidak abadi, akan menghasilkan jalinan yang tidak abadi pula. kepentingan abadi, akan membuahkan keabadian pula pd sebuah jalinan.

Dalam pertemanan pun begitu. Jika kita berteman dengan kepentingan terhadap hartanya. Maka ketika teman kehilangan harta, maka pertemanan pun gugur. Harta adalah hal semu. Jika kita berteman karena agamanya, maka ia abadi. (agama/iman, adalah hal abadi) Namun, tidak semua manusia bisa mempertahankan agamanya. Itulah saatnya pertemanan gugur juga. (mirip dengan apa yg marx katakan) walaupun diriku hanya pernah mendengar namanya.

Hilang kepentingan-putus hubungan…

Lihatlah pertemanan anak-anak. Satu detik berteman, kemudian bisa bermusuhan. Agak aneh. Karena sifatnya pun seringkali hanya disebabkan oleh perbedaan yang sepele. Dan toh, permusuhan itu pun hanya sekejap. Dari kasih yang dalam, bisa berubah seketika menjadi permusuhan yang tajam. Kepentingan pertemanan dalam dunia anak adalah saling “sharing kebahagiaan”. Jika seseorang memiliki sesuatu yang menarik, maka ia berhak ditemani. Hingga bosan dengan permainannya, dan bisa menemukan permainan lain yang mengikat keduanya. Ada saja yang tidak mau membagi kebahagiaan dengan mainannya. Namun, itu lebih karena sifat egosentris yg belum terarahkan. Tapi, sharing kebahagiaan ini adalah nilai pertemanan yang abadi. Karena ia hanya lepas dari sifat alami seorang anak. Bukan karena ia berpikiran picik.


Satu hal lagi yang menjadikan pertemanan menjadi abadi bagi setiap kita. Adalah kemauan dan kemampuan kita untuk saling repot merepotkan. Lewat kerepotan kitalah, maka teman makin dekat. Dan kita bisa tanpa segan lagi merepotkannya. Hehehe.

Menyimak yang satu ini...

AL FURQAN : 28. Kecelakaan besarlah bagiKu; kiranya Aku (dulu) tidak menjadikan sifulan[1065] itu teman akrab(ku). 29. Sesungguhnya dia Telah menyesatkan Aku dari Al Quran ketika Al Quran itu Telah datang kepadaku. dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.

Luar biasa... pada ayat diatas diceritakan tentang pertemanan yang sampai-sampai disesalkan hingga di neraka, sungguh suatu pertemanan yang sangat buruk! Lalu dijelaskan hakikat dari pertemanan yang buruk tersebut bahwa pertemanan tersebut adalah pertemanan yang menjauhkan seseorang dari Al Qur’an. Tentu ayat ini tidak difahami dengan menutup diri dari pertemanan, namun hendaknya bentuk-bentuk pertemanan kita, forum atau kebersamaan kita jangan sampai menjauhkan kita dari Al Qur’an bahkan sebaliknya menjadi sebab dekatnya kita dengan Al Qur’an.


**Hanya secuil pikir…

Senin, 15 Maret 2010

Banyak Dinanti... SEORANG PEMBERANI



Lelaki 1

Dikepalanya berhimpun puluhan cita-cita. Kesuksesan.. Keberhasilan.. Kecukupan harta. Ia hanya tak ingin keluarganya dianggap rendah oleh orang lain. Dengan keberhasilannya itu ia ingin mampu membahagiakan istrinya dengan apapun yang ia punya. Ia berharap, anak2nya terpenuhi segala inginnya. Berusahalah ia, sekuat tenaga. Mewujudkan mimpi-mimpinya. Dan berhasillah ia. Harapan2nya tercapai. Ia bisa menanggung setiap kebutuhan hidup dengan lebih. Ia telah kaya.. berhasil. Baru ia menikah.. setelah kesuksesannya. PEMBERANI

Lelaki 2

Lelaki ini tak ingin sederhana. Ia punya satu cita2 besar yang hampir tercapai. Dan ia yakin itu. Bekerjalah ia sepenuh mampunya. Untuk terus memenuhi kebutuhannya. Masih belum tercapai cita2nya. Namun, ia sudah melihat cita2nya dengan jelas. Dimana sukses akan besertanya. Saat seseorang akan menjadi pendampingnya nanti. Mereka tak akan kekurangan. Saat anak2nya hadir nanti. Maka mereka akan hidup dengan senang dalam tanggungannya yang hampir menjadi besar. Maka, ia pun menikah.. pada perjalanan cita2 besarnya. Seorang PEMBERANI.

Lelaki 3

Ia hidup dalam kesederhaan. Bukan tidak berusaha. Ia berusaha, sekuat ia bisa. Toh rizki Allaah bukannya jauh. Ada saja yang dinikmatinya dalam kehidupannya. Ia bekerja dengan gaji yang menurutnya cukup untuk kehidupannya. Dan akan cukup buat siapapun yang kan menikmati rizki itu bersamanya kelak. Ia yakin, Allaah ada rizki untuk setiap manusia. Dirinya dalam tanggungan Allaah, istrinya dalam tanggungan Allaah, setiap anaknya pun akan berada dalam tanggungan Allaah. Maka ia menikah, bersama kesederhanaannya. SANGAT BERANI.


**Bukan tak boleh bercita2 besar. Hanya sebuah renungan. Tentang keyakinan pada Allaah atas rizki yang tak pernah tertukar. Rizki yang telah diatur-Nya untuk semua. Berpikir sempit untuk urusan ini, dengan terus merasa tak siap. Hingga akhir keberhasilannya.

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang di (kehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu" (QS At Thalaq:2-3)



Hanya ingin menemukan… seorang PEMBERANI SEJATI…
 
Copyright 2009 Fiani Gee. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase