Sabtu, 08 Mei 2010

Dua Nama, Satu Cinta



Kawan, sosok seperti apa yang kan sanggup menyentuh hatimu..?? Apakah figur raja, dengan banyak kekuasaannya..?? Atau artis, yang gemilang dengan ke-glamour-annya..?? Mungkin satu nama yang kau kenal karena kesuksesannya yang mendunia..?? Setiap nama yang bergema di udara dunia, adalah nama-nama penuh dedikasi. Di mana setiap gerak dan nafas, adalah usaha patriotisme. Patriotisme terhadap diri, keluarga, bangsa, agama, dan dunia. Banyak nama tercantum dalam sejarah, izinkan.. kusebut dua nama.. Pak Kasur dan Bu Kasur.

Gabungan kesederhanaan, kelembutan dan kebijaksanaan, yang hadir di lantai persada. Biar kuceritakan, sejauh mana sanggup kulukiskan.. entahlah.. nilailah.. semoga kau suka kawan.. Selamat memasuki, dua hidup manusia-manusia penuh cinta.. yang bersatu dalam cinta..

Pertemuan Cinta

Mereka lahir dengan nama Sandiah dan Soeryono. Sandiah lahir di Jakarta, 16 Januari 1926. Sedangkan Soeryono di Purbalingga, Jawa Tengah, 26 Juli 1912. Dari keluarga yang berbeda, daerah yang berbeda pula.

Sandiah menamatkan pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijsi (MULO), di akhir tahun 1930-an. Ia bergabung dalam Kepandoean Indonesia. Awalnya, Sandiah bekerja, dan bertemu dengan pemuda Soerjono ketika sama-sama menjadi pegawai di Kantor Karesidenan Priangan, Bandung. Pertemuan cinta yang menyatukan keduanya. Dan menikahlah mereka di Jogjakarta, pada 29 Juli 1946.

Saat dikaruniai anak, Sandiah meminta izin untuk bekerja kembali. Kalimat inilah yang diucapkan oleh sang suaminya yang bijak kawan, ”Boleh, bagus itu. Cuma kalau kamu kerja, aku yang di rumah. Itu kan anak kamu dan anakku, masa jadi anak simbok.” Hebat tidak kawan..?? Kalimatnya positif dengan tujuan yang positif. Lewat cara itu, tidak membuat Sandiah marah karena dilarang. Dia tetap mengasuh anak-anaknya di rumah sambil menyempatkan menulis di majalah anak-anak. Hmm.. itulah Sandiah, kawan.

Kebijaksanaan, itulah yang menarik pada kepribadian Pak Kasur, pada satu waktu, beliau berkata kepada Bu Kasur, ”Kalau manis jangan langsung ditelan.. Kalau pahit jangan serta merta dimuntahkan.” Artinya, kata Bu Kasur, ”Bahwa sebelum menentukan sikap.. Ada tiga hal lain yang perlu kita lalui.. Melihat proses.. Melakukan analisa.. Dan Membuat kesimpulan.”

Di Kepanduan, Soeryono, dipanggil dengan sebutan Kak Soer, oleh sahabat-sahabatnya yang akhirnya menjadi Kasur dan panggilan yang terus lekat kepadanya, adalah Pak Kasur. Sandiah pun akhirnya di panggil dengan panggilan yang sama dengannya, Bu Kasur.

*Bila saja kawan, setiap ayah dan ibu berpikiran sama seperti yang diungkapkan Pak Kasur. Maka, banyak anak akan merasakan lebih banyak waktu bersama orang tuanya. Terutama sang ibunda. Mungkin hal ini tak sepenuhnya bisa berlaku. Namun, mengusahakan kebahagiaan bagi seorang anak, adalah bentuk kebahagiaan bagi orang tuanya pula.



Membangun dunia cinta

Pak Kasur dan Bu Kasur sangat mencintai anak-anak kawan. Hingga, di tahun 1965, ketika keluarga mereka pindah dari Bandung ke Jakarta. Mereka mendirikan TK Mini Pada 1968. Pak Kasur mencapai usia pensiun dari Depdikbud dalam kapasitasnya sebagai anggota Badan Sensor Film (BSF). Awalnya, TK itu berada di rumahnya di Jln. H. Agus Salim dengan Taman Kanak-kanak, Taman Putera, dan Taman Pemuda. Sayang sungguh sayang, Taman Putera dan Taman Pemuda malah ditutup.

Itulah dunia cinta yang dibangun oleh dua nama istimewa itu kawan. Dunia yang dibangun atas nama cinta, kepada anak-anak dan pendidikan di Indonesia.
Ketika keduanya meninggal, Yayasan Setia Balita kemudian dilanjutkan oleh putra-putri Almarhum, yakni, Sursantio (lahir 1948), Suryaningdiah (1950), Suryo Prabowo (1951), Suryo Prasojo (1958), dan Suryo Pranoto (1962).

Saat ini bangunan dunia cinta itu kian berkembang kawan, dan terus membagi cinta untuk anak-anak Indonesia. Kini, Yayasan Setia Balita mengelola 5 cabang TK Mini Pak Kasur dan mengasuh 1 Taman Kanak-kanak (TK. Ceria Bangsa) yang tersebar di wilayah Jakarta, Bekasi, Tangerang, Cibubur & Surabaya.

Alumni dari TK ini, di antaranya adalah Presiden Megawati, Guruh dan Hayono Isman (mantan Menpora) serta Ateng (pelawak). Juga hampir seluruh cucu bahkan cicit H.M. Soeharto, almarhum, mantan presiden, sekolah di TK Mini Pak Kasur. Terlepas dari apapun kawan. Mereka adalah orang-orang besar dan sukses dalam bidangnya masing-masing, yang pernah dididik oleh tangan-tangan kasih dan pelukan sayang Pak Kasur dan Bu Kasur.

*Inilah yang sedang kusiapkan kawan. Pelan-pelan, kubangun dunia cintaku sendiri. Dari membeli mainan, buku-buku. Begitulah kawan, betapa ingin kubagi cinta ini pada pemilik kaki-kaki mungil yang setiap hari selalu menemaniku bermain. Tak berharap sesukses Pak Kasur dan Bu Kasur. Setidaknya, aku berharap bisa mencontoh kecintaan mereka pada dunia anak dan pendidikan. Sehingga anak-anak asuhanku, adalah murid-murid paling bahagia.


Acara-acara Cinta

Pada tahun 1950-an, bersama Pak Kasur, Bu Kasur mengasuh siaran anak-anak di RRI Jakarta. Ketika TVRI berdiri pada tahun 1962, Ibu Kasur mengasuh acara serupa, yaitu Arena Anak-anak dan Mengenal Tanah Airku. Pada awal tahun 1970-an, Ibu Kasur dikenal sebagai pengasuh acara Taman Indria di TVRI. Taman Indria adalah sebuah acara yang menampilkan anak-anak berbakat. Mereka datang ke studio untuk bernyanyi dan lain-lain. Serta diselingi dengan pesan-pesan pendidikan. Ketika televisi swasta muncul, Bu Kasur juga hadir di acara Hip Hip Ceria di RCTI.

Semua aktivitas keduanya, tak lepas dari dunia anak dan pendidikan. Pak Kasur, mengajak Bu Kasur untuk terlibat dalam setiap apa yang dikerjakannya. Waktu zaman Belanda, Pak Kasur adalah seorang guru HIS. Begitu pula saat menjadi pegawai Departemen Penerangan dan Pak Kasur sering mengumpulkan anak-anak di halaman rumah untuk siaran RRI.

Bu Kasur, yang belum terbiasa untuk siaran, mulanya merasa berat saat dipaksa oleh Pak Kasur untuk sesekali menggantikannya, setiap kali Pak Kasur berhalangan atau sedang berada di luar kota. Apa kata Pak Kasur kawan, ”Kamu bisa. Kamu harus bisa, sebab kamu mesti bantu saya.” Bukankah memang begitu seharusnya kawan. Suami dan istri akan saling mendukung dalam setiap aktivitas mereka. Bu Kasur sempat gemetaran dan tersendat ketika siaran. Namun, lama kelamaan, Bu Kasur pun menjadi bisa.

*Kebahagiaan adalah ketika kita merasa beruntung berada di satu tempat kawan. Dan ketidakberuntungan adalah, ketika kita merasa beruntung, jika berada di tempat lain. Menikmati kehidupan kita, di tempat yang kita sukai adalah penting. Melaluinya dengan rela dan penuh suka cita, adalah karunia terbesar dalam hidup ini kawan. Tiada hal akan berjalan baik, jika bersembunyi pamrih, di balik setiap gerak kita.


Karya-karya cinta

Tahukah kalian kawan..?? Banyak hal di taman kanak-kanak diajarkan lewat lagu. Lewat lagulah mereka belajar tanpa merasakan bahwa mereka sedang diajari. Anak-anak sangat suka menyanyi. Itulah mengapa, Pak Kasur dan Bu Kasur membuat lagu untuk anak-anak Indonesia. Lagu-lagu yang sarat ilmu dan pesan.

Inilah beberapa karya itu:

Selamat Pagi Pak, Potong Bebek Angsa, Bangun Tidur, Naik Delman, Di Sini Kita
Bertemu Lagi, Satu-Satu, Kebunku, Sepedaku Roda Tiga, Pelangi, Siapa Dapat Berbaris, Keranjang Sampah, Lihat Kebunku, dan lain-lain.


Karya Pak Kasur sendiri ada sekitar 140 lagu kawan. Sedangkan buatan Bu Kasur ada 20 lagu.

Jika melihat judul-judul di atas, bisa jadi banyak di antara kita yang akan menyenandungkannya. Masih ingat yang satu ini..??

Satu satu aku sayang ibu

Dua dua aku sayang ayah

Tiga tiga sayang adik kakak

Satu dua tiga sayang semuanya


Yakin deh, kalian tahu lagu ini. Sederhana, tapi sarat makna. Pesan untuk menyayangi setiap anggota keluarga sekaligur belajar berhitung.

Begitu cintanya Pak Kasur dan Bu Kasur pada anak-anak. Sehingga, saat membuat lagu-lagu itu, mereka memikirkannya dengan sangat hati-hati. Mudahkah lagu itu dinyanyikan nantinya oleh anak-anak. Dan salah satu hal yang sangat diperhatikan adalah untuk tidak menggunakan huruf ’r’ pada lagu-lagunya. Atau setidaknya, tidak terlalu banyak huruf ’r’ di dalam lagu buatan mereka. Kawan, kalian tau sebabnya kan..?? Ya.. karena huruf ’r’ adalah huruf yang sulit untuk dikuasai oleh anak-anak usia dini. Betapa kawan, hal itu tidak pernah terpikirkan olehku. Meskipun, hal itu memang akan sulit dalam pembuatan lagu-lagu mereka. Mungkin tampak sepele.. tapi tidak sesederhana yang kalian baca.

*Sungguh kawan, setiap kita, mungkin akan sanggup memberikan kebahagiaan bagi orang lain. Namun, tak banyak di antara kita yang memberikan kebahagiaan itu, dengan menambahkan sisi-sisinya dengan kebahagiaan yang lain. Seperti hal-nya persoalan huruf ’r’ di lagu manusia-manusia penuh cinta ini. Memberikan bahagia yang berbunga bahagia. Hmm... demikianlah cinta yang seharusnya.


Hidup dan bekerja dengan cinta

Mereka berbuat dengan semangat hingga usia senja. Terus mengusahakan senang bagi anak-anak asuhannya. Hingga Tuhan menjemput mereka kembali. Pak Kasur meninggal pada tahun 1992 dan Bu Kasur di Jakarta, 22 Oktober 2002. Tak perlu menjadi sedih atas kepergian mereka. Namun, ambillah pelajaran dari, bagaimana mereka hidup.

Seperti sebuah kalimat pada sebuah blog. Pak Kasur dan Bu Kasur, adalah manusia-manusia yang ”Mengecil di antara yang membesar.” Di kala setiap tokoh gemilang dengan nama-nama mereka. Keduanya tetap hidup dengan sederhana.

Dari sosok-sosok inilah, aku makin mengenal keikhlasan, kecintaan dan keindahan berbuat sesuatu. Tanpa ragu terus berkarya, meskipun tiada jaminan, akan ada yang membayar segala hal yang telah diperbuat di dunia ini. Melalui figur-figur mereka, aku belajar tentang arti bangga akan profesi ini. Di kala yang lain harus malu-malu menyebut dirinya sebagai guru. Di saat beberapa orang mengucapkan dengan pelan tentang pekerjaannya. Maka mereka lantang dalam diamnya. Dengan setiap kerja mereka, mereka berkata, ”Kami adalah guru.”

Tak perlu disebutkan pun jasa mereka, mereka tetap berjasa. Senyum-senyum yang mengembang di wajah-wajah anak asuhan mereka. Adalah jasa tiada tara. Ketika mulai banyak anak yang tak mendapatkan lebih banyak perhatian dari orang tua mereka, perhatian mereka itulah jasa. Pelukan sayang mereka adalah jasa. Pujian dan tepuk motivasi mereka adalah jasa. Perubahan-perubahan kecil pada anak-anak asuhan mereka, dari salah menjadi benar, buruk menjadi baik, malas menjadi rajin. Itulah jasa kawan. Tak kasat mata, namun bermakna. Makna besar bagi masa depan anak-anak bangsa.

Lewat tulisan inilah, aku persembahkan cinta mereka pada pendidikan Indonesia.

Setidaknya.. cintailah anak-anak di sekitar kita. Anggaplah mereka ada, hargai mereka, dan jadilah sahabat bagi mereka. Semoga bermanfaat..

Kawan.. Menginspirasilah atau Terinspirasilah..

Karena.. KITA BISA !

Literatur:

http://www.seruu.com/biography-seruu
http://lini.via-lattea.org
http://www.tkminipakkasur.com

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Fiani Gee. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase