Rabu, 06 Oktober 2010

Semangat Ramadhan "Di Atas Sajadah"

Dua Ramadhan

Adalah kebenaran, bahwa sesungguhnya manusia punya kemampuan untuk menyusun rencana-rencana besar atau target-target kecil. Direncanakan sedemikian rupa, dengan perhitungan-perhitungan yang akurat bagi wilayah manusia. Mempertimbangkan segala bentuk resiko dan hambatan yang mungkin terjadi di tengah perjalanan. Manusia.. setiap usaha dikerahkan untuk dapatkan sebuah hasil. Banyak mimpi dituliskan untuk sebuah kepuasan bathin. Atau hanya pemuas kebutuhan perut, mata dan yang lainnya. Semua boleh berencana. Tapi, Keputusan Allaah melebihi segalanya..

Setidaknya, ingin setiap hari selama Ramadhan, berdiam sejenak di rumah-rumah Allaah. Hari pertama kesampaian. Dapet centang deh tuh.  Hari kedua, rencana tinggal rencana. Allaah siapkan amal yang lain untuk kukerjakan di rumah. Hingga ashar datang, tak sempatlah keluar. Baru teringat, masjid Al Falah sedang di renovasi. Rasanya tak akan kondusif kalau mencari ketenangan di sana.

Maka mencoba menemukan hikmah.. pada pengembaraan di atas sajadah..

Mengingat dosa

Kepada setiap jiwa yang terluka karena lisan yang tak terkawal baik. Kali ini terkenang jelas setiap kata yang menebas rasa-rasamu. Ada yang mungkin hanya tergores kecil. Namun, tentu ada yang hingga berdarah dan sakit tiada tara, sehingga perlu bagi kalian menahan maaf sedemikian lama. Maafkan atas kelalaian kendali atas pedangku ini. Seringkali nafsu ikut bemain dalam permainannya. Sombong, angkuh, sok, yang sadar atau tidak mempengaruhi ayunannya. Membabi buta menerobos batas.

Ketika aku tak malu melukai kalian. Ternyata ego menumbuhkan malu tuk memohon maaf. Sedang tak akan Allaah maafkan, jika kalian tak memaafkan.. Hiks..

Sikapku yang kadang tak pandai menjalin kerjasama yang baik. Sehingga mungkin menghambat amal-amal jama’i kita. Setiap lelah yang menimbulkan efek samping wajah tegang tanpa senyum yang membuat suasana semakin tak karuan. Maaf.. maaf dan maaf.. T.T

*Dosa itu, mungkin seperti debu. Namun, jika kita adalah kaca, maka debulah yang membuat kita buram. Jika kita adalah lantai, maka debulah yang membuat kita kotor. Jika kita adalah udara, maka debulah yang membuat orang lain tak sanggup menjadikan kita sebagai bagian dari kehidupannya. Maka mereka akan memasang masker, demi menjauhkan diri dari kita ini.. Udara yang berdebu. Manusia yang berdosa.

Mengingat amal

Kepada Allaah. Yang menitipkan kehidupan ini kepadaku. Meniupkan ruh, hingga bergeraklah aku, berpikirlah aku dan merasalah aku. Menciptakanku sebagai manusia, makhluk yang Kau sebut utama. Kau lebihkan dari malaikat, Kau tinggikan dari golongan jin. Sungguh, aku telah ketahui, tidak kau ciptakan si fana ini, kecuali untuk mengabdi kepadamu. Memaksimalkan manfaat atas setiap potensi yang Engkau sertakan dalam dirinya. Namun lebih, aku sibuk demi memenuhi kebutuhan hidupku, seiring dengan seringnya melupakan-Mu.

Menjadi hamba-Mu, adalah tugas kehidupan yang luar biasa yaa Rabb semesta alam. Sedang aku dengan ketidaksempurnaanku. Ketidaksempurnaanku dalam mencintai-Mu. Ketidaksempurnaanku dalam mengemban risalah Rasul-Mu. Ketidaksempurnaanku dalam melaksanakan ibadah-ibdahku. Ketidaksempurnaanku dalam mengemban amanah-Mu atas bumi. Jika karena semua itu, menahan setiap nikmat yang seharusnya aku terima. Maka ampuni aku yaa Rabb. Ampuni ketidaksempurnaanku ini, dan bantu aku menyempurnakannya.

Kepada bapak dan mamak-q. Jarikupun, mungkin sanggup mewakili baktiku. Karena, jasa kalian, adalah molekul air yang tak sanggup kuhitung. Atom dari bebatuan yang setiap serpihannya, tak kan mampu aku catat. Sehingga setiap dayaku tak kan bisa penuhi balas budi dan hutang jiwa ini. Kecilku dengan manjaan, remajaku dengan arahan, dewasaku dengan pilihan-pilihan. Hutangku atas setiap tetes darah dan keringat yang tertumpah demi perjalanan kehidupanku.

Di tengah riuh rendah jadwal sibuk (semoga bukan sok sibukku), seringkali menjadikan rumah hanya sebagai tempat beristirahat, melepas lelah. Hingga hampir-hampir tak sempat mengerjakan segala urusan rumah. Tertidur sejenak di malam hari, demi bangun dan pergi kembali esok paginya. Pun libur, hampir selalu lembur. Menunaikan beberapa hal di luar sana. Hanya sebuah ciuman takzimku pada tangan-tangan nan berjasa, yang bisa lebih sering aku lakukan, karena seringnya aku pergi. Hanya lembaran do’a-do’a demi bahagiamu. Istajib du’aa yaa Allaah...

*Jika kau berusia 70 dan bermanfaat bagi orang lain selama 5 tahun. Maka, lima tahun itulah kehidupanmu. Jika kau berumur 20 tahun, dan bermanfaat bagi orang lain selama 17 tahun. Maka, 17 tahun itulah kehidupanmu. Dan sungguh beruntung, mereka yang hidup dengan memaknakan diri.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Fiani Gee. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase