Kamis, 31 Desember 2009

Kakak Kecil

Pernahkah… kita memperhatikan, perubahan anak pertama… atau seorang kakak mungil… yang baru mendapatkan adik kecil…?

Seorang Lila… yang pernah berada dalam kelas asuhan saya. Saat kelas ‘A’ (kelas kecil)… Ananda Lila adalah si ceria yang sangat percaya diri. Bergaul dengan baik bersama teman-temannya kala itu. Gambar-gambar ananda, adalah bentuk-bentuk jelas yang berbeda-beda setiap kali menggambar.

Pada akhir tahun ajaran… si cantik yang tak suka teh ini, diberi Allaah seorang adik baru. Maka mulailah.. perubahan-perubahan terjadi pada diri Lila kecil… Ia menjadi sangat sensitif… Tak ceria seperti biasanya. Bahkan… kepercayaan dirinya menurun drastis. Menggali keterangan darinya, tak membuahkan hasil. Hingga suatu kali, sang ibu… mengeluhkan hal yang sama. Dengan sebuah pengakuan. “Mungkin, karena saya tidak memperhatikannya seperti dulu ya bu…?” Hmm… pertanyaan… yang saat itu, menurut saya tak memerlukan jawaban…

Banyak anak, mengalami hal yang serupa dengan ananda Lila… Sedikit mengamati beberapa keluarga, yang memiliki anggota keluarga baru, setelah ada seorang kakak mungil sebelumnya…

Kebanyakan di antara mereka, memusatkan perhatian pada makhluk mungil nan lucu itu. Bahkan, yang dikatakan pada seorang kakak mungil adalah… segala hal tentang adik. “Ini adik masih kecil… harus disayang. Ga boleh dipukul ya. Ga boleh dimarahin.” Sedikit gerakan yang spontan di dekat si adik… akan mendapatkan respon yang tinggi.. “Aduuuuh… kakak… jangan lompat-lompat di samping adik… Nanti jatuh ke adik bayi gimana..? Kan adiknya sakit.” Beban yang berat bagi seorang kakak kecil. Perhatian… yang bertahun-tahun merupakan harta terbaiknya… kini di’rebut’ oleh orang lain. Maka… di samping perubahan-perubahan psikologisnya… ia juga menjadi kurang menyukai kehadiran si adik kecil.

Apakah memungkinkan… jika kita merubah kata-kata kita… untuk lebih berpusat kepada kakak mungil… Coba perhatikan kalimat ini… “Adik… ini kakak… kakak baik lho… kakak akan sayang sama adik… Ya kan kakak?” Juga kalimat yang satu ini… “Wah… kakak hebat ya adik… bisa lompat-lompat… pasti kaki kakak kuat ya… kakak boleh lompat-lompat kan adik… tapi, agak jauh ya lompatnya…” Hmm… terasa ga bedanya… Perhatian terbagi pada kedua pihak… Namun… kata-kata… membuat salah satunya… merasa lebih berharga… Sehingga… si kakak mungil… tak perlu cemburu pada si adik kecil…

Pesan yang tak singkat… semoga tak membuat para dewasa bosan membacanya… dan tak mengurangi makna di balik cerita…

Semoga Allaah menjadikan kita, para dewasa yang senantiasa membuat setiap USIA DINI menjadi berharga… Amiiin




Kartu-Pulsaku.Com Solusi Bisnis Online Anda

Rabu, 30 Desember 2009

Do'a Untuk Hatiku

Yaa Allaah...

Izinkan aku...

Berdo;a untuk hatiku...

Banyak hal bisa kujaga...

Namun selalu ada sisi...

Yang tak dapat ku awasi...

Yaa Allaah... Yang Maha Memberi Petunjuk...

Bimbing hatiku...

Ke mana pun ia melangkah...

Jangan biarkan ia menjelajah resah...

pada tempat yang salah...

Jangan izinkan ia...

menggenggam bara... hingga terluka...

Allaah... kugenangkan setiap cinta...

Pada jiwaku... yang terus menunduk patuh...

Dalam rengkuh-Mu...




Kartu-Pulsaku.Com Solusi Bisnis Online Anda

Senin, 21 Desember 2009

Salam Untuk Ibumu...

Salam sahabat... apa kabar hidupmu... Semoga dalam bakti yang giat... dalam langkah yang mantap... serta tekad yang kian mantap... Amiin

Sahabat memang tak kan hilang kala sepi... ia ada saat dibutuhkan... dia tak pernah menyebut janji... namun, ia selalu datang untuk memberi bukti... Keindahan bersahabat... adalah ketika kita lupa... dan ia ingat... lalu diberitahukannya... apa yang kita lupa...

Sebuah puisi... untuk ibu, mama, mami, bunda, mbok, mamak, inang dan umi... atau dengan sebutan apapun... kau sebut ibumu...

Bunda,

Rahimmu, adalah tempat bagi sejuta cinta

Menjagaku, dalam segala kepayahanmu

Memeliharaku, dengan semua kelelahanmu

Mengasihiku, bersama segala penatmu

Hingga dunia menyambutku

Dan dapat ku lihat wajah sucimu

Serta ku dengar indah lisanmu

Yang senandungkan lagu merdu,

Do’a dan harapan syahdu,

Hanya untukku



Bunda,

Dunia penuh dengan bahaya,

Tempat dusta merajalela

Moga kau tak lupa, Bunda

Bekal untukku, kelak dewasa

Kenalkanku pada Rabb, Sang Maha Pencipta

Agar ku ingat, bahwa aku adalah hamba-Nya

Ajarkan aku tentang Qur’an, sang ayat-ayat cinta

Supaya hidupku, senantiasa mulia



Bunda,

Yang mendidikku dengan cinta

Bawa aku ke jalan cahaya

Jadi jundi Allah yang setia

Pembela islam yang utama

Bimbing aku dengan do’a

Hingga kasih Allah, lewat Bunda

Jadikan ku sholeh dan sholehah

Wahai Bunda,

Dengarkan aku berdo’a

“Allah, kumpulkan hamba. Bersama Ayah dan Bunda

Ke dalam Surga”


Untuk ibu... Bidadari dunia yang senantiasa menggelar cintanya untuk ku tidur dalam rengkuhan kasihnya.

Untuk ibu... Ratu abadi dalam kehidupanku

Untuk ibu... Malaikat yang menyayang waktu bayiku... menemaniku menapaki masa kanak-kanakku...mengantarku ke gerbang kedewasaan.

Tanpa pernah bertanya...
Kapan kau bisa menemaniku...
Kapan kau bisa manyayangiku
Kapan kau bisa mengantarku...
Melewati hidupku yang sendiri...
Karena kau kini...
sibuk dengan kehidupanmu...anakku...

Ibu...
Cintamu...sesyahdu Penciptaanku...

Salam takzim.. untuk ibumu sahabat... Salam penuh sayang dariku... sahabat jauhmu...

Dan sebuah do'a kebahagiaan untuk ibumu... jika ia telah pergi menghadap Tuhan-ku... Tuhan-mu... Tuhan-nya... Rabb kita... Amiiin

Kartu-Pulsaku.Com Solusi Bisnis Online Anda

Kamis, 17 Desember 2009

MENGENANG Hijrah... Yang Bukan Sekedar KENANGAN

Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Hijrah... Pindah... Jika sebuah keluarga masih berprofesi sebagai 'kontraktor'... maka pindah... adalah hal yang akan sering dilakukan. Itu adalah hijrah yang tentu memiliki hikmahnya tersendiri bagi keluarga tersebut. Pengorbanannya adalah... lelah, waktu, tenaga, biaya... dan lain-lain.

Namun... mari kita tengok... sebuah rangkaian sejarah indah... pada sebuah hijrah...

~> Abu Salamah

Hijrah adalah perjalanan panjang. Yang tak satupun umat muslim saat itu, mengetahui. Apa yang akan terjadi dengan kehidupan mereka setelah hijrah. Mereka layaknya melangkahkan kaki pada sebuah tujuan yang mengambang.

Kesadaran akan mengambangnya hari-hari setelah hijrah, tak membuat para muslim menyurut langkah yang akan terayun.

Mengingat Abu Salamah. Beliau pergi berhijrah seorang diri. Meninggalkan istri yang diambil oleh keluarga istrinya, karena tidak menyetujui hijrahnya. Dan tanpa anak, yang diambil oleh keluarga dari pihaknya.

Apalah rasa hati… dipisahkan dengan orang-orang yang kita cintai. Namun melakukan hal lain, yang masih tak pasti. Tentu sedih dan gundah itu hadir di kedalaman hati Abu Salamah. Apakah ia mengurungkan niatnya..?! Tidak. Ia menyusuri padang pasir bersama jiwanya yang terluka. Namun, hijrah telah menjadi pilihannya. Tiada istri digandengannya. Dan tiada anak dalam pelukannya.

Hati apa ini… Ialah… hati yang ta’at. Subhaanallaah… (Inikah kau hatiku…?)

~> Shuhaib

Shuhaib memiliki harta benda yang cukup banyak. Dia ingin menyambut seruan hijrah. Namun, kedengkian para kafir Quraisy, tak dapat membiarkannya bebas pergi begitu saja. Mereka berkata, “Dulu engkau datang kepada kami dalam keadaan hina dan melarat. Setelah hidup dengan kami, harta bendamu melimpah ruah dan engkau mendapatkan apa yang telah engkau dapatkan, kini engkau hendak pergi begitu saja memboyong hartamu. Demi Allaah, itu tidak akan terjadi.”

Apa yang ada dalam pikiran kita. Disertai dengan ancaman-ancaman dari para kafir tersebut. Adakah menciut keinginan Shuhaib untuk hijrah…?! Sekali lagi… Tidak.

Namun… akankah harta, yang sedemikian lama, dikumpulkan dengan jerih payah. Tentu dengan perjuangan yang tak dapat dipungkiri, bagaimana lelah dan penat menghampiri dalam mengumpulkan harta itu. Jika harta itu… diletakkan di hatinya… maka Shuhaib akan tinggal karena ancaman yang membahayakan diri dan hartanya. Namun… harta itu… terletak di tangannya. Dan Allaah Melemahkan genggamnya. Sehingga Shuhaib berkata… “Bagaimana menurut pendapat kalian, jika harta bendaku kuserahkan pada kalian, apakah kalian akan membiarkan aku?” “Baiklah…”, kata mereka.

Harta. Siapakah yang tak dengan penuh daya usaha, ingin memilikinya. Kita semua begitu. Inginnya kita berjaya dengan gelimangnya. Dengan punya segala. Sebuah cita-cita dunia yang akan singgah di dalam pikir siapa saja, yang berharap akan nikmat dunia. Tapi Shuhaib… meninggalkannya. Jiwa apa ini… Ialah jiwa merdeka. (Itukah kau jiwaku…?)

Untuk keindahan peristiwa ini… Rasuulullaah berkata… “Shuhaib beruntung… Shuhaib beruntung.”

Keberuntungan semacam ini… Sungguh tak ternilai.

~> Persembahan Ali

Sekumpulan jahat… berencana jahat… hati mereka hitam oleh karena kejahatan. Hidupnya kelam karena terlalu sering menjahati orang. Dari jiwa-jiwa mereka yang gulita. Hadir niat durjana. Menyakiti manusia mulia. Muhammad SAW.

Muhammad inilah… Kekasih bagi mereka yang beriman. Sahabat bagi semua yang taqwa. Yang di lisannya mengalir kebenaran dari Rabb-nya. Yang di wajahnya menggantung teduh bagi siapapun yang menatapnya. Yang di hatinya tumbuh kasih dengan rimbun. Duduk bersamanya adalah keinginan bagi siapa saja yang merindu hikmah sepanjang hidup. Hidup di zamannya… adalah harap bagi mereka yang terbelenggu cinta pada kesholihannya.

Dan manusia mulia itu… akan dibunuh…?! (Apakah yang kau rasa saat ini wahai diriku…?) Rasuulullaah akan dibunuh…

Maka malam itu… Sang Khotimul anbiya… akan berhijrah… meninggalkan Mekkah. Dan bersama permulaan gulita itu… kafir Quraisy yang sombong lagi dengki… mengatur rencana hitamnya… “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya itu, dan Allaah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (QS Al Anfal:30)

Rasuulullaah yang ummi… namun menyimpan kecerdasan sejati, yang disematkan oleh Allaah. Meminta Ali bin Abu Thalib, untuk menggantikannya tidur di pembaringan beliau. Dengan memakai sebuah mantel hijau yang biasa dipakai Rasulullaah untuk tidur. Hingga pagi datang, dalam penjagaan yang direncanakan dengan matang… para kafir Quraisy, baru menyadari kegagalan pengepungannya. “Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di hadapan mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tak dapat melihat.” (QS Yasin:9) Rasuulullaah selamat…

Lalu… jiwa muda semacam apa, yang dimiliki seorang Ali. Mau melakukan hal yang diketahuinya membahayakan jiwa? Jawabannya adalah.. jiwa cinta. Pemuda Ali, mengetahui benar pengorbanan apa yang ia lakukan. Untuk siapa ia berbuat. Dan apa yang akan ia raih. Maka jiwanya, adalah secuil persembahan yang bisa ia beri. Demi sebuah janji besar. (Bagaimana denganmu, diriku…?)


~> Masih banyak yang lain…

Yang akan semakin menyadarkan kita… telah sampai di manakah… jiwa-jiwa kita. Hijrah macam apakah yang telah kita lakukan. Pengorbanan seindah apakah yang telah kita perbuat. Adakah sekali waktu, kita akan melepas setiap nikmat yang ada pada kita, untuk sebuah hijrah…?!? (menengok diriku)

Di manakah… jiwa cinta kita bersembunyi…?!? Kemanakah… jiwa merdeka kita menuju…?!? Dan kepada siapakah… Hati yang ta’at kita berikan…?!? (menanyai jiwaku)

Adakah surga telah dekat…?!? Semoga…

Hijrah… Hijrah… Hijrah sahabat… Mari Berhijrah…

*Sirah Nabawiyah (Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury)

Ditulis kembali dengan bahasa rasaku… Tanya padaku… Dan meneliti hatiku…

SELAMAT TAHUN BARU 1431 HIJRIYAH

Selasa, 15 Desember 2009

Sekolah Taman

Kaki-kaki lincah milik Hanifah, mengirngi langkah-langkah besar papa dan mama. Sejak dari rumah, Hanikfah di beritahu mama, bahwa hari ini mereka akan pergi melihat sekolah buat Hanifah. Mama juga bilang, kalau Hanifah mau sekolah. Hanifah akan punya teman yang banyak. Ia senang sekali mendengarnya. Makanya, sekarang gadis kecil berusia empat tahunan itu, dengan semangat menggandeng tangan mama dan papanya. Hanifah melompat-lompat sambil bergantungan pada kedua orang tuanya. Dan mata bulatnya, sibuk berkelana menikmati sekitarnya Di sepanjang jlan yang mereka lewati, tumbuh pohon-pohon besar, yang menaungi jalan aspal yang terlihat masih baru. Di sebelah kanan, di bawah pohon-pohon besra itu, tumbuh pula tanaman berbunga biru. Hanifah tersenyum. Warna kesukaanku. Hanifah juga melihat beberapa daun berwarna coklat yang turun sambil berputar-putar dari ranting pohon. Iiih, daunnya terbang, kayak helikopter. Mata Hanifah berbinar-binar. Tapi, sudah tiga menit mereka berjalan dari tempat parkir. Kok belum sampai juga. Pikir Hanifah. Sedari tadi ia berusaha menghitung langkah-langkah besar papa. Kayaknya sudah sampai satu juta langkah papa. Ini mau kemana sih ? Aku kan sudah tidak sabar. Hati Hanifah mulai bosan. Dan langkahnya mulai lelah.
Tiba-tiba Hanifah melepas genggaman tangan papa dan mama. Dia berhenti sejenak memegangi lututnya.
”Kenapa sayang ?” Tanya papanya.
”Pa, kok jauh banget ? Hanifah capek.” Hanifah meringis, sambil memandang wajah tegas dan teduh, di puncak tubuh yang menjulang tinggi milik papa.
”He he. Papa kira Hanifah nggak capek. Dari tadi papa perhatikan, Hanifah jalannya smabil lompat-lompat. Masih sanggup nggak?” Papa berjongkok di depannya. Diikuti oleh mamanya. Wajah bersih itu tersenyum.
”Masih sanggup. Tapi, papa mau nggak gendong Hanifah? Kayaknya enak digendong.” Kata Hanifah sambil nyengir.
”Udah pa, gendong aja. Masih lumayan jauh juga kan, jalannya.” Kata mama sambil memperbaiki jilbab merah mudanya.
”Iya deh.” Papa Hanifah membalikkan badan membelakangi Hanifah. Dan Hanifah segera melingkarkan tangannya di leher laki-laki dewasa idolanya itu. Mama mengikuti di belakang mereka.
”Wiiih. Hanifah jadi tinggi.”
Dua menit kemudian, mereka sampai di depan sebuah gerbang. Gerbang itu tidak terlalu tinggi. Di buat dari papan-papan besar berwarna coklat. Di dua sisi gerbang tumbuh dua pohon mangga yang menyejukkan suasana gerbang. Di salah satu daun pintu gerbang tergantung sebuah anyaman rotan yang dibentuk seperti matahari.
Hanifah menarik tangan mamanya, pelan ”Ma, itu tulisannya apa?” Tanya Hanifah. Ia penasaran melihat anyaman rotan itu, sebagian dicat hijau dan sebagian yang lain dicat biru. Dan di tengahnya ada huruf-huruf berwarna senada.
”Hijau-Biru.” Jawab mama.
”Kenapa tulisannya Hijau Biru, ma?” Tanya Hanifah, bingung.
Mama berpikir sejenak. ”Bagaimana kalau kita masuk, dan Hanifah bisa bertanya pada mereka yang ada di dalam....” Belum selesai kata-kata mamanya, Hanifah sudah melangkah duluan memasuki gerbang kokoh itu. Mama papa saling berpandangan sambil tersenyum mengikuti langkah putri mereka.
Sampai di dalam, Hanifah mempercepat langkah kakinya. ada sebuah bangunan seperti rumah di tengah kolam besar. Tapi bangunan itu dindingnya Cuma setinggi tubuhnya. Hanifah berdiri di ujung jembatan, yang menghubungkan jalan tempat ia berdiri dengan bangunan besar itu. Di dalam bangunan itu, terlihat beberapa anak sedang menggambar. Dan, masing-masing memiliki sebuah toples kaca di depannya. Sesekali mereka mengamati isi toples. Setelah itu kembali menarik garis-garis pada buku gambarnya.
”Subhanallah ! Bunda, kepompong saya, mulai terbuka.” Tiba-tiba, seorang anak laki-laki berteriak. Serentak anak-anak lain berhamburan, menghampirinya. Dan terdengar desah kekaguman, yang belum dipahami oleh Hanifah.
Ada apa sih ? Kepompong ? Benda apa itu ? Pikir Hanifah. Suatu saat nanti, aku mau melihat kepompong itu. Hanifah melanjutkan perjalanannya berkeliling. Ada beberapa bangunan lain, yang sama bsarnya dengan bangunan di tengah kolam. Tapi, ada satu yang paling besar. Bangunan-bangunan tersebut di bangun mengelilingi lapangan-lapangan kecil. Sebagian besar ditutupi rumput yang hijau segar. Kecuali, lapangan tengah. Yang hanya ditutupi pasir. Dan di atasnya ada mainan panjat-panjatan, yang dibuat dari tali-tali putih. Di lapangan-lapangan hijau itu, berdiri saung-saung kecil. Masing-masing taman, dihubungkan dengan jalan-jalan. Aku main panjatan aja ah. Hanifah menghampiri mama dan papa.
”Pa, Hanifah mau main ya ?” Kata Hanifah, sambil menunjuk ke lapangan pasir.
”Boleh. Tapi, Hanifah hanya bolah bermain di sekitar ini saja. Tidak keluar gerbang ya ?” Kata papa.
”Iya pa. Besok kita ke sini lagi ?” Hanifah balik bertanya.
”Insya Allah. Silakan Hanifah bermain. Mama dan papa mau ke kantor dulu ya. Itu, di bangunan yang berwarna biru.” Kata mama.
Hanifah menganggukkan kepala. Sesaat kemudian Hanifah sudah asik bermain. Pertama ia memanjat tangga tali, kemudian tiduran dan merangkak di jalinan tali yang seperti jaring laba-laba. Tidak lupa juga, Hanifah mencoba melewati terowongan panjang yang dibuat dari tiga buah drum plastik. Dan sebuah jembataj tali, yang selalu berayun setiap dilewati. Sudah puas bermain, Hanifah melihat ke bangunan biru yang ditunjuk mama tadi. Hmm, papa dan mama masih di dalam. Aku mau keliling lagi ah. Hanifah berlari, menuju ke sebuah tempat di dekat pagar pembatas. Di sana ada banyak kandang. Ia mendengar suara-suara yang berasal dari dalam bangunan – bengunan kecil dari bambu itu. Hanifah mendekati kandang-kandang tersebut. Wah, itu Kambing. Di sebelahnya ada kelinci, Marmut, Burung Kaka Tua, Seekor Kera dan beberapa jenis burung lain, yang di satukan dalam sebuah kandang. Mata Hanifah membesar. Di sini ada kebun binatangnya. Hanifah mengamati kandang-kandang itu satu persatu. Sambil mengajak bicara para penghuninya. Rata – rata dengan dialog yang sama. ”Hai, kamu lagi ngapain ?”
Setelah itu, Hanifah menjelajah kebelakang salah satu bangunan. Lima belas anak, sedang berada di sebuah kebun yang berpetak-petak. Mereka masing-masing membawa keranjang, menutup kepala dengan caping dan menggunakan sepatu boot berwarna-warni. Di petak pertama ada tanaman-tanaman tomat yang pada ranting-rantingnya telah bergantungan, buah-buah tomat yang matang dan ranum. Di petak ke dua, cabe-cabe talah memerah di pohonnya. Dan petak terakhir, ditumbuhi tanaman terong ungu yang belum bisa dipanen. Anak-anak itu, terlihat senang sekali memetik tomat dan cabe di kebun. Hanifah ingin sekali ikut bergabung. Tapi, boleh tidak ya, aku ikut bergabung? Pikir Hanifah. Ah, besok kan, kata mama mau ke sini lagi. Mungkin besok mereka tidak ada di kebun. Besok, aku mau memetik tomat- tomat itu juga. Hanifah meninggalkan kebun. Gadis cilik berjilbab biru itu mau menuju ke bangunan biru. Sambil melihat kegiatan di beberapa saung di lapangan yang mulai di isi oleh anak-anak. Ada yang sedang membaca, di saung yang paling jauh dari tempat Hanifah berjalan, terdengar sayup-sayup suara seorang anak yang sedang bernyanyi. Saat Hanifah menengok ke kiri, di belakang bangunan yang lain, Hanifah melihat beberapa pohon buah yang ranum, juga anak-anak yang sedang membuat pasar kecil di bawahnya. Mereka berjualan buah. Pembelinya orang dewasa.
”Assalamu’alaikum adik kecil.” Sebuah suara mengagetkan Hanifah.
”Wa’alaikumsalam.” Hanifah mengamati si pemilik suara. Seorang anak perempuan yang lebih besar darinya. Memakai baju panjang, jilbab kuning, sepatu boot dan membawa sebuah papan kecil yang didekapnya. Juga sebuah pensil yang siap menuliskan sesuatu. ”Kakak lagi bawa apa ?” Tanya Hanifah penasaran.
”Ini namanya papan scanner, kakak lagi mencatat warna-warna kesukaan semua orang hari ni. Warna kesukaan adik, apa? Eh, nama adik siapa sih?”
”Namaku Hanifah. Hanifah suka warna biru.” Jawab Hanifah mantap.
Anak perempuan itu mulai menulis. ”Hanifah, di kolom biru.”
”Lihat dong, kak.” Hanifah menjulurkan kepalanya. Anak perempuan itu sedikit membungkukkan tubuhnya. Sehingga Hanifah bisa melihat apa yang ia tulis.
”Nih, ini nama Hanifah. Terus, kakak beri tanda centang di kolom berwarna biru ini.” Katanya. Hanifah tersenyum senang karena namanya tertulis di papan itu. Walaupun ia sendiri belum bisa membaca. ”Terima kasih ya, dik.” Anak itu pun pergi dan menghampiri seorang anak laki-laki yang sedang membaca di bawah saung. ”Assalmu’alaikum. Warna kesukaan kamu apa?” Tanyanya dengan riang. Kemudian memncatat jawaban anak-laki-laki itu. Hanifah memandangi mereka. Suatu hari nanti, aku mau juga mencatat warna kesukaan orang.
Hanifah membelokkan pandangannya ke bangunan biru. Terlihat mama papanya sedang berpamitan pada seorang wanita yang sama tinggi dangan mama. Mama memeluk wanita tersebut. Kemudian papa menangkupkan ke dua tangannya di depan dada ke arah wanita yang sekarang berdiri di ambang pintu. Wanita itu juga melakukan hal yang sama. Hanifah segera berlari menghampiri mereka. Wanita itu sudah menghilang ke dalam bangunan biru. Papa membungkukkan badan, menyambut kedatangan Hanifah.
”Bagaimana Hanifah. Sudah main ke mana saja anak papa ini?” Papa memeluk Hanifah erat.
”Sudah ke situ, ke sana, sama ke belakang.” Kata Hanifah, sambil menunjuk ke beberapa tempat yang ia kunjungi tadi. Dan mereka mulai meninggalkan tempat itu. Pulang.
Sore harinya. Hafidz, kakak Hanifah yang baru pulang dari sekolah. Di sambut oleh celaotehan Hanifah, mengenai tempat yang mereka kunjungi tadi pagi. ”Kak Hafidz kak Hafidz. Tadi Hanifah di ajak mama sama papa ke tempat bagus lho. Ada panjatan dari tali, jaring laba-laba, kebun binatang, kebun tomat, sama apa lagi ya?” Hanifah mencoba mengingat sesuatu yang menarik. ”O iya, Hanifah tadi ditanya sama kakak-kakak. Dik, suka warna apa? Terus dicatat di papan kecil. Ada juga anak-anak yang punya ping-pong di dalam toples.” Cerita Hanifah dengan pe de-nya.
Hafidz yang sejak tadi hanya mendengar dan mengangguk. Menatap Hanifah dengan heran. ”Ping pong ? Ping pong kok di taruh di toples. Untuk apa ?”
”Untuk di gambar. Kan katanya ping pongnya udah mulai robek. Terus pada dilihat sama yang lain.”
”Ooo. Itu mungkin kepompong Hanifah. Dari kepompong yang robek itu akan keluar kupu-kupu.” Jelas Hafidz.
”Eh, iya. Kepompong. Kok, kak Hafidz bisa tau sih?” Tanya Hanifah.
”Kakak pernah belajar tentang kepompong dan kupu-kupu.” Mama dan papa yang sedari tadi duduk di ruang tamu, hanya tersenyum mendengarkan dialog kakak beradik itu.
”Belajar?” Hanifah jadi teringat sesuatu. ”Ma, tadi pagi katanya mau lihat sekolah. Kok kita Cuma pergi ke taman besar sih?” Tanya Hanifah.
”Lho, sekolah Hanifah nanti. Ya di taman besar itu sayang.” Jawab mama.
”Hah, itu sekolahnya. Yang ada kebun binatangnya?” Hanifah terkejut sekaligus heran. Soalnya, Hanifah pernah melihat sekolah yang ada di blok sebelah. Di sana Cuma ada gedung dan lapangan. Mamanya mengangguk. ”Yang ada pohon tomatnya?” Mamanya mengangguk lagi. ”Yang ada bangunan birunya?” Sekali lagi mama mengangguk. ”Hore hore... Hanifah mainan di sekolah taman tiap hari.” Hanifah berlari berkeliling sambil melompat riang. Mama, papa dan kak Hafidz tersenyum saling berpandangan. ”Sekolah taman?” Papa dan mama hanya mengedikkan bahu. Tapi, mereka juga senang. Berarti tidak perlu lagi membujuk Hanifah untuk bersekolah di Hijau-Biru. Alhamdulillah.

Minggu, 13 Desember 2009

Borneo-Q

Akhirnya perjalanan rihlah kami ke kota tepian dimulai...
Perjalanan 2-3 jam ke depan... adalah perjalanan yang selalu ku nantikan... Berkali-kali juga ke Samarinda. Tak pernah ku lewatkan ia dengan pejaman mata. Ia hijau...

Kalimantan... Hutan yang sebenarnya. Senang bisa dilahirkan di sini. Teringat masa kecilku... Aku menyaksikan bukit digunduli... Gunung menjadi rata... Takjub... saat itu... Hijau disekitarku, terkikis satu demi satu... Kalimantan... pulau kelahiranku...

Hampir sepanjang perjalan itu... Bisa terlihat olehku... pagar-pagar hidup nan kokoh... Pohon-pohon besar... yang mewakili hutan. Pokok-pokok ’sengon’... ha ha... nama pohon yang paling kukenali karena bentuknya yang memayung indah.

Setiap memandang ke tepi jalan... pada batang-batang yang rapat. Yang terbayang adalah hutan gelap. Yang dihuni tumbuhan bumi... padat.

Namun... setelah beberapa kali perjalananku... baru kusadari hari ini... bahwa dibalik pagar hijau itu... tak ada hijau lagi. Hanya sepuluh hingga 30 meter yang sempat kutangkap dengan bola mataku. Di belakangnya adalah ladang-ladang... bahkan dibeberapa tempat hanya gundul semata...

Topeng... Ternyata... Pagar hidup itu hanya topeng...

Teringat pada komentarku pada sebuah status teman: Bahwa aku dan rombongan tak bisa berhenti sholat di tengah jalan... tanggung... dan masih berada didalam gelap... pohooooooonnn semua.

Teman itu membalasnya... dan mengatakan... Jawa sama Kalimantan beda non... di Jawa mah hutan beton... jadi bisa berhenti di sebuah tempat... di tengah perjalanan.

Maluuu... ternyata hutanku tak sedahsyat itu...

Duhai penghuni pulau kelahiranku... Wahai pengurus Borneoku... Di manakah kalian? Akankah hijau itu menghilang dari penghujung pandang... Terhapus dari masa depan...

Kepada Kalimantanku... Terus hidupkan kehijauanmu... Bumi terus kembang kempis denganmu... Tanda kehidupan, masih mengiringinya... Borneo tercinta... Kaulah paru-paru utama... Dunia meminta kau untuk tetap membagi udara...

Tetaplah pakai topeng itu... Namun letakkan kembali isinya... Agar Hijau Borneoku selalu ada bagi dunia... Mari jaga bersama...

”Dan apabila dikatakan kepada mereka. ”Janganlah berbuat kerusakan dimuka bumi !” Mereka menjawab, ”Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.”
Ingatlah, Sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tapi mereka tidak menyadari” (Al-Baqarah: 11-12)

Semoga bisa memberi sebuah harapan bagi bumi... Untuk hidup... dan menghijau kembali... Amin...

Sabtu, 12 Desember 2009

Sapa Sang Malam

Apa kabar diri... Ketika aku datang... Tidakkah kau menemaniku...?? Saat temanku gelap menghampirimu... Apakah kau menyambutnya hangat... ??

Apa kabar diri... Apakah sepi telah menjadi sahabatmu...?? Ketika Sang Pemilik Semesta... Semakin dekat dengan mayapada...

Apa kabar diri... Jika kau memang merindui... Tidakkah kau terbangun di 1/3 sunyi...

Posting ini untukku... untukmu dan untuk kita... Semoga kitalah... Sahabat sang malam...
Di-copy dari status-status http://www.facebook.com/fiani.gee ... Ketika ia dibangkitkan dari kematian yang sejenak...

=)@ Wahai pr pburu cinta... Siapkan panah do'amu malam ini... Msukkan pluru tahajud pd sjatamu... Intailah cinta y disbunyikanNYA di balik bintang2 dng ruku'mu... Bidiklah cinta y diltakkanNYA di antara awan dng takbiratul ihram-mu... Arahkan panah sujudmu pd cinta y ditaruhNYA di skitar bulan... Dan snapan tahiyatmu k smua cinta y ditbarkanNYA pd sluruh galaxi di smesta... Mari pburu, Dpatkan Cinta malam ini...


=)@ Keheningan membujukku tuk bangun... Ia menawarkan kesyahduan malam... Kesunyian merayuku tuk bangkit... Ia ingin memberiku ketenangan jiwa... Kediaman menggodaku tuk sadar... Ia mengimingi keteduhan hati... Dan diriku pun terpedaya oleh bujuk rayu mereka... Hingga tertunduk pada Pencipta mereka. Pencipta Hening.. Sunyi.. Dan Diam... Tidakkah kau ?


=)@ Telah pudar 1/3 malam... Alhamdulillãh s4 terbangun... Hampir saja kehabisan waktu... Mencuri hati malam... Merajut mimpi pada sujud... Menderas aliran bening pada do'a... Jiwa2 kelana... Titip pintaku juga pada untai do'amu yaa...


=)@ Duhai para pelari... Arena malam telah digelar... Menunggu kaki2 kita menapakinya... Ia menunggu kita meninggalkan pejam... Ia menanti kita memutuskan lelap... Ia mengharap kita mengusir nyenyak... Aba2 malam menggetar sdh... Maka ayolah pelari... Keraskan juang malam ini... Ada finish yang harus dilewati... Mari... mengejar mimpi surgawi...


=)@Duhai Laskar Pemimpi... Cukuplah rehat raga mu... Tinggalkan bantal angan itu... Lepaskan guling lelapmu... Dan bukalah selimut khayalmu... Udara menyapamu... Terbanglah bersamaku... Kita mengangkasa bersama asa... Duhai Laskar Pemimpi... Mari menari dalam tarian sejati... Tarian do'a dan pengabdian insani... Di ujung sunyi ini... DIA Menanti...


=)@ Allãh... MalamMU tsenyum padaku... Btapa stiap AnugrahMU mhadirkan Psona tiada tanding... KuasaMU Mberiku nikmat tak ada banding... Jangan biarkan pikirku kering dr AsmaMU... Jangan izinkan diri jauh dr mengingatMU... Jangan pkenankan hati tak bgetar MnyebutMU... Aku milikMU... Dan dng KeindahanMU... Genggam setiap sel diriku... Agar kagum... Dan MendekatMU... Ãmîn.


=)@ Pada ujung sunyi... Pada tepi gelap... Mari Laskar malam... Bangkit dan berdiri... Menikmat ketenangan saat jiwa bermunajat... Dan keindahan hati saat ia bergetar hebat... Dalam Sholaat...

=)@ Kerja para pemburu cinta adalah... Do'a di sunyi malam... Dan Sujud di gelap syahdu... Ia bsnandung kasih dng hati... Dan mnyanyi rindu dng jiwa... Cinta itu usaha... Dan rindu itu bsegera...


=)@ Duhai para munsyid... Festival malam telah dibentangkan... Lampu2 bintang telah dinyalakan... Panggung 1/3 malam telah didirikan... Segera nyanyikan lagu KebesaranNYA pada takbirmu... Senandungkan nasyid KeagunganNYA pada ruku'mu... Dendangkan nada KemuliaanNYA dalam sujudmu... Biarkan irama KuasaNYA menyatukan raga, jiwa dan hati... Untuk menari... Sebuah tarian surgawi...


=)@ Duhai Pelukis asa... Telah Dia hamparkan kanvas penghujung malam... Gariskan di atasnya... Sebuah rangkaian cita... Telah pula Dia siapkan kuas hidupmu... Goreskan Dengannya untaian do'a... Gariskan warna2 istimewa... Dengan ruku' menghamba... Serta sujud dan airmata... Duhai pelukis asa... Biarkan warna hati menghiasi... Dan berikan warna jiwa dng cinta... Lukisanmu adalah persembahanmu...


=)@ Duhai lelap... Pergilah... Wahai nyenyak... Menjauhlah... Dan kau kantuk... Sudahlah... Kami ingin bangun... Mencuri Perhatian Sang Pemilik Dunia... Mdapat Rahmat dr Sang Pencipta manusia... Mjaring Cinta Sang Penguasa mayapada... Mgapai Ridho Sang Raja semesta... Duhai tidur... Hentilah... Sebelum kami kehabisan waktu... Untuk mnyampaikan rindu... Dalam sunyi... DIA menanti...


=)@Wahai sang pcerita... Adakah alur malam y akan kau kisahkan?! Ttg adegan-adegan antara ksunyian d takbiratul ikhram... Mngenai dialog2 antara dingin udara dan ruku' sang hamba... Atau hnya sbuah monolog dlm sujud sukarela... Kisahkanlah pd khidupan gelap... Agar phuni gulita mengerti... Btapa drama malam ini... Adlh drama bagi Dzat Ilahi... Agar para makhluk bs bersaksi... atas drama pengabdian ini...


=)@Gelap ini hampir usai... Diputus terang... Senandung dzikir mengiring malam kembali keperaduan... Dan insan beriman... Sebaiknya menguatkan mujahadahnya... Untuk mencuri Perhatian Sang Maha Cinta... Dengan sujud2 menghamba... Agar kembali ke dunia insani... tanpa merugi... Dan DIA selalu menanti... Kita kembali... Menyerah diri...


=)@Wahai Indonesia... Bngkitlah... Malam mnyrumu tuk kbali mngukir asa... Akankah kau gores pd gelap... Sjarah indah ttg harapan... Ia mdayu pada kidung-kidung sunyi... Mnguap mnuju langit... Dan trungkap pintunya hnya dng sujud... Sdngkan Palestina... mlawan musuhnya... Dng snjata do'a d peluru tahajud... Maka muntahkan amunisi malam ini... Kita harus bisa... Harapan msh ada...


=)@Duhai para pejuang... Drita bangun adlh pd draan kantuk... Ia mrayumu untk mundur dan lelap... Malas adlh onak duri... Y menghalangimu... Untuk mnyerah dan lemah... Musuh jiwa adlh syaithan yang nyata... Mgiringmu untuk kalah d tidur yang lena... D mereka hrus kcewa malam ini... Sperti kmrn d esok nanti... Bawa luka2 prangmu... D biarkan Sang Maha Pnyembuh Mngobatinya... Dng Basuhan CINTA...


=)@Mengalirkan do'a pada arus hening... Menghanyutkan asa di ombak sunyi... Menderaskan harap pada gelombang sepi... Hentilah di samudra ini... Pada ujung diam di tepi malam... Untuk menyelami samudra penghambaan...


=)@ Menderaskan pinta... Seiring nyanyian sang hujan... Pecah sudah hening... Namun syahdu percik air menyentuh lantai bumi... Membuncah rasa... Mencurah asa... BerSama hujan teriring RahmatNYA... Allãh sedang menurunkan Cinta... Mari gembira...


=)@ Sang gelap mengheningkan cipta... Dan kaca bening pecah berderai... Kesyahduan sunyi memaksa insani memerah rasa... Tak ingin jatuh pada kecewa... Melewati masa sepi tanpa arti... Sedangkan telah ditaburkan sejuta cinta pada lekuk-lekuk malam... Dan engkaulah pejuang... Segera kumpulkan cinta... Sebanyak kau bisa...

=)@ Dan malampun gulita... Kau hentak kami dari selimut gelap... Kau tepuk kami dari lena lelap... Dalam sunyi... Ketika musuh2Mu mengintai kami... Satukan kami dalam asa malam... Smg ia menjadi peluru... Himpunkan kami pada sujud panjang... Dan jadikan ia sebuah sejata... Buka pintu langitMU Rabbana... Harap ini kan mengangkasa... Ãmïn... Duhai pejuang mari satukan... butiran do'a...


=)@ Wahai Pecandu sujud... Berlehalah pada udara pengabdian... Kemudian terlena pada detik-detik penghambaan... Ia memabukkanmu pada sebuah Cinta... Dan menerbangkanmu ke rengkuh kasih Sang Kekasih... Khawatirmu, dihilangkan... IA pula Menenangkan... Kau datang dengan tanya... Dan pergi tanpa hampa... Sebuah jawaban penyejuk... Dalam sebuah sujud... Dan tiada lagi ragu... Dan resah di hatiku...


=)@ Wahai kelana dunia... Tempalah raga pada 1/3 sunyi... Dengan mencabut darinya sebuah lelap... Dan merampas selembar kantuknya... Lalu paksakan jasad itu mendemonstrasikan cinta... Menampilkan atraksi rasa... Pada sebuah psinggahan rindu... Namun jangan biar raga bsendiri... Dalam psembahannya... Sandingkan ia dng hati dan jiwa... Pada sebuah pelaminan hamba...


=)@ Bersama tarian sang hujan... Siapakah Fulan... Yang dibangunkan, kemudian tahajud? Siapakah Fulana, yang merendah mengharap hikmah dlm sujud? Fulan dan Fulana... Malam ini ada cinta di hati mereka... Tjalin pd sbuah titik rasa... Cita bsar pd asa... Rindu syahdu dlm do'a... Fulan d Fulana... Sdang jatuh cinta... Pada Sang Mahasegala... Rabbanã... Aku juga ingin jatuh CINTA...

Duhai malam... tariklah kami... menuju Pesona Tertinggi...

Jama'ah Angsa


Bunga hikmah ini, ku petik dari sebuah TAMAN... Semoga dapat kau ciumWANGInya... Semoga bisa kau lihat warna SEGARnya... Semoga berhasil kau rasakan KEINDAHANnya... Amin

Angsa bertasbih dengan caranya...

Bukalah Kitab Suciimu... Jelajahi dengan jarimu... Hingga kau temukan ayat ini...

"Tidakkah engkau (Muhammad) tahu. Bahwa kepada Allaah-lah bertasbih apa yang di langit dan di bumi, dan juga burung yang mengembangkan sayapnya. Masing-masing sungguh telah mengetahui (cara) berdo'a dan bertasbih. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan" ( Qur'an Surah 24 : 41 )


Sekelompok Angsa terbang...Mereka harus pindah menghindari musim dingin yang akan segera datang... Semua Angsa, patuh... Karena... jika tidak, dia akan terperangkap di musim dingin. Dan mati.

Maka... berangkatlah Angsa-angsa itu.

Mereka terbang dengan barisan rapi. Membentuk huruf V. Formasi ini, mempermudah mereka menembus angin. Mereka memiliki niat yang sama. Arah yang sama. Karena... Dengan bersama... akan lebih mudah dan cepat mencapai tempat tujuan.

Di tengah penerbangan, salah satu dari Angsa itu memisahkan diri. Mungkin berpikir... Mengapa harus melakukan penerbangan sejauh ini.

Melelahkan... ia merasa bosan pula berada di dalam formasi itu. Namun, Angin menyulitkannya... Tak ada teman yang di dekatnya yang membantunya memecah udara...

Akhirnya... ia kembali ke formasi... dan mendapat dukungan dalam penerbangan jama'i...

Sang pemimpin, yang sedari awal berada di depan, menjadi tameng udara bagi teman-temannya... Dalam waktu tertentu, akan memutar ke belakang... menjadi Angsa yang terpimpin. Dan Angsa lain menggantikan posisinya di depan.

Tak ada yang mengeluh... "Aku pemimpin, mengapa sekarang di belakang...??" Atau "Aku di belakang saja. Berat rasanya jadi pemimpin." Sepertinya, tak ada kalimat itu dalam kamus JAMA'AH ANGSA. Peran mereka bisa bergantian. Karena masing-masing Angsa memiliki keunikan. Subhaanallaah...

Selama penerbangan berlangsung... Angsa-angsa di belakang, mengeluarkan suara riuh rendah. Seperti memberi motivasi... yel-yel Angsa... untuk menyemangati barisan terdepan. "Ayo... Ayo...!"
Allaahu Akbar..!

Dalam penerbangan jauh itu pun... Tak lepas dari halangan dan rintangan... Seekor Angsa, bisa saja sakit, terluka atau tertembak... Angsa itu pun akan keluar dari formasi. Turun beristirahat...

Namun..., Angsa itu tidak di biarkan sendiri dalam kesulitan, oleh Angsa yang lain. Karena kemudian, dua ekor Angsa bertugas mengawalnya, menjaga, dan melindunginya hingga sembuh. Dan mereka pun menyusul kembali saudara-saudara mereka... Selalu bersama... dalam suka dan dukanya... Subahaanallaah...

Beberapa Fakta, tentang JAMA'AH ANGSA...
Yang kurangkai dalam cerita sederhana...
Walaupun mungkin sudah ada yang pernah mendengarnya...

Teruslah berkarya... wahai JAMA'AH ANGSA...

Kamis, 10 Desember 2009

Jelajah Aksara

Sahabat..., baru saja diriku menelusuri catatan-catatanmu.... Meski tak semua...



Banyak menemukan sumur-sumur yang bening... Yang isinya menghilangkan dahaga... Bila kau siramkan ke hatimu... Seketika bersih dari noda... Hilang sangka... Tak percaya...



Hampir setiap malam, diriku mencoba. Menapak tilasi setiap kata pada catatanmu...



Seringkali ku mendapati... Bunga-bunga seri... Dengan mahkotanya... merayu setiap rasa untuk menciumnya dng sungguh... Menggoda seluruh jiwa untuk memetik tiap aksara... Mendalami warnanya dng cinta...



Dalam kantukku... Terus kuraba setiap kata... Mencoba menggali makna... Sedalam aku bisa...



Seperti malam2 sebelumnya... Diriku pun menyeberangi samudra2... Yang memaksaku berenang dng senang... Menyelam hingga dalam... Dan digulung oleh kalimat2 berombak... Pula beberapa riak... Diriku bernafas di dalamnya... Setia... Karena samudra2 itu... Menawan hatiku...



Dalam penjelajahanku di malam-malam itu...



Ku dapati Gunung-gunung meninggi... Ketinggiannya Mencuri hati... Menarik kaki kecilku tuk mendaki... Memandangi lembah indah... Menatap tajam puncaknya yang gagah... Dihiasi aliran sungai... Gunung2 itu membelengguku... Puncaknya meneriakkan asa padaku... Hingga terus ku mendaki...


Penjelajahan ini tak kan ku henti... Ia seruuu... Mengasikkan... T O P B G T...
=D



tak peduli letih..., aku tetap ingin menemukan sumur2 itu...



tak peduli lelah... Aku mau terus memetik bunga-bunga itu...



tak akan bosan... Menenggelamkan diri pada samudra-samudra itu...



dan tak akan jeri... Mendaki Gunung-gunung tinggi...



Sahabat... Catatanmu... Melengkapi petualangan malamku... Menerbangkan asa... Meninggikan rasa... Dan Melembutkan jiwa... Terimakasih sahabat... Teruslah membagi aksara...

Rabu, 02 Desember 2009

Babak sepenggal... Antara Brazil-Portugal...

Baru saja menyaksikan… sebagian babak dari sebuah olah raga. Seperti sepak bola. Tapi dengan pasir putihnya. Tak familiar dengan olah raga ini. Jadi kusimpulkan… namanya adalah Sepak Bola Pantai… Kalau salah… tulis aja di komen yaa…. ^_^

Ingin sedikit menuliskan… apa yang kudapat dari sejenak babak itu. Ingin menghubungkannya dengan kehidupan. Ada banyak peran. Macam-macam lakon. Demi satu tujuan… Kemenangan…

Yang tersorot oleh kamera… adalah… empat penggiring bola (mungkin posisi mereka sebutannya sama dengan yang di sepak bola ya) ada striker dan back… Yang lain kipper… juga penonton. Semuanya ingin merasakan nikmatnya kemenangan.

Demi kemenangan… back dan striker… berusaha menggiring bola mendekati gawang. Dengan segala usaha. Ditendang… memberikan sebuah usaha penting, untuk bisa sampai pada kata ‘gol’. Dioper… ketika mengalami kesulitan, atau dirasa perlu untuk melakukan kerjasama yang mampu menembus pertahanan lawan. Disundul… usaha lain, yang harus dilakukan. Jika pada masa-masa tertentu… tak memungkinkan untuk menggunakan kaki.

Demi kemenangan pula… pemain harus menyadari. Bahwa untuk sebuah gol saja. Tak akan semudah yang diduga. Ada ancaman… yang dapat menyebabkan kekalahan. Ada rintangan yang harus dilalui. Ada kelemahan… yang akan menjadi perhatian lawan. Yang jika tidak diwaspadai. Maka akan membuat kekalahan… datang tanpa ampun. Maka pemain… harus melakukan usaha terbaik… untuk dapat merontokkan rintangan. Dan menghancurkan ancaman. Agar tak menjadi biang dari datangnya kekalahan.

Demi kemenangan… Kiper pula tak rela, jika gawang yang dijaganya digetarkan oleh datangnya bola dari lawan. Jika bola datang, tinggi di atasnya… ia akan melompat sekuat tenaga… jauh dari kemampuannya yang biasa. Dia juga mungkin melakukan lompatan ke samping… yang jika dalam gerakan lambat… akan terlihat seperti melayang. Ia akan melakukan usaha yang boleh dilakukan untuk menghalangi masuknya bola, ke dalam wilayah kekuasaannya. Ia jungkir balik… Menendang bola kembali menjauh dari gawangnya.

Dan demi kemenangan… penonton berteriak tanpa memperdulikan sakit di lehernya. Mereka menari… mendendangkan lagu-lagu… yel-yel motivasi… dan lain-lain. Demi menyemangati tim kesayangannya. Mereka memakai kostum-kostum menarik… yang lucu… aneh… dan warna-warni. Mereka merasa perlu… melakukan sesuatu yang terbaik. Meskipun… tidak secara langsung, dapat menyarangkan bola.

Posisi mereka berbeda… Tujuannyalah yang sama. Dan usaha mereka berbeda… Maksimalisasinya-lah yang sama. Hasilnya adalah… Kemenangan kolektif…

~~~~~~~~ Begitulah kehidupan ~~~~~~~~~ Siapapun kita ~~~~~~~~~~~~~ Menjadi apapun kita ~~~~~~~~~~ Mari memaksimalkanlah kerja ~~~~~~~~~~ Kita adalah “TEAM” ~~~~~~~~ Dalam usaha ~~~~~~ menjadikan dunia ini lebih baik ~~~~~~~~~ Berbuat sebaik-baiknya ~~~~ Meski dengan satu yang kita mampu ~~~~~~~~~~~~~ Atau dengan dua yang kita punya ~~~~~~~ Kemenangan bersama ~~~~~ selalu lebih bermakna ~~~~~~~~~~~ Insya Allaah ~~~~~

Belang tiga rambut si kucing… Ini bukan sembarang link… Di-klik ding… ^_^

Kartu-Pulsaku.Com Solusi Bisnis Online Anda

Senin, 30 November 2009

The Top 5... On 30 Nop '09... ^_^

Ini bukan iseng... hanya ingin menunjukkan kesyukuran... Tak bermaksud membedakan... cuma ingin menunjukkan kebaikan... Semoga pada ridho...

Banyak do’a… dan kiriman semangat… di 30 Nopember ini… Diriku bersyukur atas semua… Namun… ada 5… yang paliiiiiiiiiiiiiiiiiiiing aku suka… Terimakasih yaa…

1>>> 10 Februari 2009

“Semoga menjadi bintang yang senantiasa terang

Mampu membagi cahaya dalam malam nan gulita

Semoga menjadi seperti pelangi

Walau hanya membuat lengkung sederhana

Namun tetap istimewa

I LOVE YOU”

Terang baru saja datang di pagi yang gerimis saat sebuah kado cantik dengan kartu ucapan berisi tulisan di atas, menyambangi kamarku. Pelukan hangat dan ciuman mesra di pipi, membuat hatiku mendadak gerimis. Selepas itu, dia langsung pergi dari kamar mungilku. Yakin deh, kalau saja dia menanti beberapa jenak untuk pergi, maka hanya akan mutiara yang mengalir dari telaga bening miliknya.


30 Nopember 2009

this is her happy day, my sister, Afiani Intan Gobel...aku yang bangun kesiangan tak sempat mengucapkan sepatah kata selamat atau untaian do'a padanya. karena begitu pagi menjelang, kegiatan super padatnya sudah kembali menelannya dalam rutinitas sepanjang hari.

Bagiku, dialah orang paling romantis dalam kehidupanku. Dia selalu penuh dengan kejutan istimewa dan berjalan bersama cinta. Harinya adalah cinta, tuturnya adalah cinta dan tatapnya juga bernama cinta.

Dia orang pertama yang selalu lebih dulu mengetuk hatiku untuk merajut kata dengan cinta, menjalani kehidupan bertabur cinta. Hhh, salahku yang terlalu gengsi untuk mengungkap cinta itu untuk lebih dari sekedar rasa yang terpendam. Padahal dia telah tunjukkan banyak warna cinta untuk menemani hari-hariku.

Setiap hari bahagia, dia orang nomor satu yang selalu mengingatnya. Bahkan di hari menjelang waktu itu tiba, dia selalu menjadi juara untuk menggores warna baru dalam hidupku. Kini, telah banyak symbol cinta yang dia berikan padaku. Namun aku masih tetap tak pernah sempurna mengingat hari bahagianya atau sekedar menyapanya dengan mesra.

Sist, I should to say sorry one more time. Because ….I can’t be as romantic as you.

2>>> Aku tak seperti ……….. yang pandai merangkai kata...apalagi seperti …… yang bisa menjadikan kata menjadi mutiara yg bermakna..
aku yaa aku.. seseorang yang senantiasa selalu belajar dan belajar..
meski tak pernah bertatap mata..tapi aku yakin kau sangat istimewa...
izinkan seseorang orang yg dalam proses pembelajaran ini sedikit merangkai kata untuk sahabat tercinta di seberang pulau sana...

"Ketika awan dan mentari bertanya dari mana aku belajar menata semangat...aku kan menjawab dari sahabatku yang ada di serang pulau sana..ketika rembulan dikegelapan malam bertanya dari mana aku belajar ketegaran..aku akan menjawab dari sahabatku disebarang pulau sana....ketika angin bertiup lembut membisikan kepadaku..dari mana aku belajar untuk mengasihi..akau akan menjawab dari sahabtku di seberang pulau sana..."

untuk sahabatku diseberang pulau sana yang menjadi salah satu sumber inspirasiku, semoga senantiasa dilindungi dan dijaga oleh yang Maha Kuat,...Met milad sahabat..semoga setiap sisa umur tertinggal dan yg telah terpakai merupakan umur yang berkah...yang senantiasa selalu bermanfaat....

tetaplah seperti mentari yang menyinari...

salam ukhuwah dari tanah jawa....

3>>> Met Hilang Tahun Bu Guru :)
Moga tahun yg tersisa jg Hilang
Hilang dari error n khilaf
hilang dari uh..uh..uh keluh
hilang dari ah..ah..ah..kesah
Gemilang rasa syukur
Gemilang prestasi, rezeki n J0doh, Amiin
AlFaatihah ilaa hadrotii Afiani Intan Gobel...1X

4>>> Ukhti, hari ini Allah menatapmu dalam jumlah hari yang semakin berkurang dalam usiamu. Perjalanan waktu hidupmu telah banyak memberi makna kehidupan dalam kedewasaan sikapmu. Terlalu banyak jika di urai kesalahan dan dosa yang pernah kau lakukan. Terlalu sedikit kebaikan yang baru kau kerjakan. Adakah bilangan waktu menjadi cermin dalam menyikapi detik-detik waktu yang semakin berkurang?

Ukhti, dari ketiadaan dan kehinaan yang teramat sangat, dibalik kelembutanmu Allah angkat derajatmu menjadi seorang muslimah yang memiliki hati yang teguh bagai baja, semangat yang terus membara dan cita-cita yang teramat besar dan tinggi untuk digapai…

Ukhti, masihkah menjadi azzamu, bahwa hidup di bawah naungan Al-Qur'an akan memberikan ketentraman lahir batin bagi manusia dan alam semesta, dan kau berdoa pada Allah agar dijadikan perantara cahaya Al-Qur'an itu. Walau kau selalu menyadari betapa lemah imanmu, betapa fakir ilmumu dan betapa dhoif dirimu…

Ukhti, panjangkanlah senantiasa rakaat-rakaat shalatmu, tetaplah santun pada Rabbmu dan juga manusia. Menangislah kembali pada-Nya mengadukan segala kelemahanmu, mohon ampunlah atas dosa-dosa yang telah berurat dan berakar dalam kulit dan tulang-tulangmu. Mintakan dengan air mata yang berlinang, suara yang sendu, dan hati yang penuh takut dan harap disepertiga malam-Nya agar engkau diberikan kekuatan menapaki jalan dakwah yang menjadi pilihanmu, iman yang berlimpah, hati yang lembut dan bercahaya serta lisan yang terjaga mengeluarkan kata-kata yang baik.

Ukhti, jangan pernah melupakan azzammu, mengabdi pada Allah. Bukankah hidupmu telah kau wakafkan untuk perjuangan agamamu. Dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu. Tidak ada kebahagiaan kecuali dengan ilmu dan amal.

Ukhti, selamat berkarya, berjuang dan beramal. Kreatif, inovatif, prestatif, edukatif.

5>>>Uhibbuki Fillah

saat kau merindu cinta
sajadah terbentang mengulum rindu
kukecup dalam parau airmata tertumpah
dari detik ke detik waktu berbisik
berkata bahwa tak ada yang perlu kucari
tak ada yang harus dirubah
karena cinta yang bertemu pada titik-titik noktah kehidupan
ada makna tersendiri yang menyelubung
pada apa yang kucari, pada apa yang kurindu
ada jawab tanpa perlu kuragu
aku terdiam dalam setiap nafas yang kuhela
hanyalah doa yang kucurah
dalam tiap desah rindu cinta itu
ada kamu…
tak perlu kucari
hanya menunggu saat waktu itu berhenti
menghadap pada sukma
memberi satu rasa yang tercipta
dala cinta yang terdalam
uhibbuki fillah
aku mencintaimu karena Allah semata

***by Ismaryati

Bukan kripik, bukan emping... Ini namanya... LINK... (Klik this... Please) ^_^

Kartu-Pulsaku.Com Solusi Bisnis Online Anda

Sabtu, 28 November 2009

Tim Sukses Kehidupanku… ^_^

ALLAH

My creator… Al Khaliq… Menciptakanku dengan kesempurnaan yang tak mungkin diragukan. Melimpahiku nikmat… yang selalu tak dapat diingkari. Nikmat tiada henti… sejak aku diciptakan. Hingga usiaku sekarang. Allaah-lah Yang telah menuliskan kehidupanku pada lauh mahfudz. Dia membuatkan scenario yang luar biasa untuk kulakoni. Kadang aku harus sedih… menangis… berdiam diri… Namun, aku selalu berusaha untuk tak berlama-lama bermuram durja. Walaupun kadang… aku mungkin berharap… Allaah tak perlu beri aku sedih. Karena sesekali, agak sulit melalui hari-hari muram tanpa riang. Tapi… baru aku sadari selanjutnya dalam kehidupanku. Bahwa sedih itu, hari-hari… yang menurutku tak indah itu… adalah masa-masa… yang kemudian menjadikanku dewasa. Pada bagian-bagian waktu yang lain. Allaah selalu punya cara, untuk membuatku bahagia. Dan entah mengapa… bahagia-bahagia itu, seringkali membuatku mengalirkan air mata. Mungkin hanya terlalu bahagia…?? Tak boleh ya… kalau berlebihan… Allaah pasti tak menyukainya. Bagaimanapun… kebahagiaan-kebahagiaan itulah yang membuatku selalu merasa tak kekurangan cinta.

Selalu bersyukurku… atas hidup yang istimewa ini. Istimewa… karena Allaah meletakkanku di dalam keluarga muslim. Memang… belum se-kaaffah yang seharusnya. Namun… kami masih berusaha. Allaah pula Sang Pemberiku hidayah terindah… untuk berjilbab… membuatku terlindung dari penilaian dunia atas keindahan fisik semata. Aku selalu merasa berharga… dengan apa yang aku ada… dan selalu luar biasa… dengan apa yang aku bisa. Lalu… apa yang dapat ku beri Yaa Allaah… hanya syukur tanpa tepi… Hamdalah… yang tak henti dari lisan dan hati ini… Alhamdulillaah… Terimakasih Allaah… ^_^

MAMAK-Q

Wanita paling mulia dalam kehidupanku… Yang merelakanku… menjadi beban bagi rahimnya. Yang demi kehidupanku… rela sembilan bulan lamanya menjadikanku sebagai pusat perhatiannya. Saat itu… mamak menjadi lemah… sakit… tak enak… karena diriku. Harus menanggung segala rasa yang tak biasa… demi menyamankan ruang kecil tempat singgahku. Aku merasakan sedihnya… gembiranya… amarahnya… dari ruang itu. Aku belajar dari mamakku… tentang kasih sayang… tentang kesabaran… tentang sentuhan… dan tentang keindahan pengabdian. Kuketahui… mamakku… seringkali melakukan gerakan sujud. Lima kali dalam sehari. Yang seringkali kunyaman bersama ketenangan rasa mamak dalam setiap sujud-sujud itu. Seperti bayi-bayi lain… dalam rahim malaikatnya.

Tibalah kelahiranku… saat mamak harus bertarung dengan kematian… berhadapan dengan kemungkinan syahid… separuh diri telah berada dikubur. Demi menghadirkanku. Menurut cerita banyak wanita… dengan panggilan bunda… itu adalah masa bagi sakit yang sungguh luar biasa. Tak kan ditemukan pada peristiwa manapun di dunia. Namun… katanya… sakit itu… selalu dilalui dengan cinta. Tak merasa terpaksa… hanya harap dan asa yang terus terukir dalam setiap titik kesakitannya. Mengetuk pintu langit… demi masa depan terindah… bagi bayi yang akan diantarkan ke bumi. Sakit… yang mungkin tak tertahankan. Namun… tetap mamakku bertahan. Hingga aku dilahirkan. Mamakku tersenyum… tapi aku menangis. Yaa Allaah… dari kokohnya rahim… aku berpindah ke luasnya dunia.

Aku tumbuh bersama tangan lembut, yang senantiasa membelaiku. Aku berkembang bersama senyum, yang selalu mendukungku. Pelukan hangat yang kudapatkan pada setiap sedih dan bahagiaku. Kecil dan besarku… dalam pemeliharaan dan bimbingan mamakku… tak bicara ia… dengan banyak kata dan aksara. Hanya berbuat dan bergerak… hingga dapat kutangkap maknanya. Mamak… Ratu kehidupanku… Bidadari keluarga… yang aku cinta… Terimakasih mamak… @_@

BAPAK-Q

Laki-laki yang paling kucintai… Di matanya… kulihat matahari. Di wajahnya… kulihat rembulan. Raja bagi istri dan anak-anaknya. Dia tak tinggi tegak bak binaraga. Namun… selalu penuh wibawa. Dia gagah dalam mungil tubuhnya. Dia bersahaja… pada langkah-langkah kecilnya.

Begitu kerasnya… bapak mendidik kami. Yang menurutku… agak terlalu saat itu. Ketika kami masih kecil. Bapak adalah sosok otoriter. Yang tak tak bisa dibantah segala perintahnya. Selalu ada hukuman… bagi yang tidak taat. Walau bimbingan seperti itu tak membuatku menjadi tegar. Namun kutemukan benang merahnya dengan dewasaku kini. Aku jadi agak… otoriter kepada kedua adikku yang terakhir. Sesekali kurenungi… semoga berguna untuk hari-hari depan mereka.

Bapak… adalah sosok lelaki… yang paling kukagumi. Dalam kekurangannya… bapak menjadi luar biasa. Dalam kelemahannya… bapak mampu menjadi istimewa. Tentang sedikit ilmu agama yang aku tau… kudapat dari bapakku. Saat kebingungan dengan sebuah materi yang akan kubagi dengan adik-adik binaanku. Maka bapak… adalah tempat pertama untuk bertanya. Bapak… Pahlawan keluarga… Aku bangga… 9_9

ADIK-ADIK-Q

Empat manusia yang berharga bagiku. Di mana bisa kutumpah sayang… walau kadang juga mesti marah dan sedikit jengkel. Tempat aku bercermin. Bagaimana seharusnya aku. Maka kulihat dari sikap mereka… Saat mereka bersikap tak sopan padaku… berarti… aku pernah berbuat tak sopan pada mereka. Maka… selalu kuberusaha… untuk memperbaikinya. Setiap salah yang pernah aku buat, sebagai seorang kakak.

Dari Era… satu-satunya adik perempuanku. Aku belajar gigih… tekun untuk terus menulis. Ia pula tempatku belajar… sedikit rapi dalam penampilan. Hehe… miss modis dia. Sedangkan diriku… seada aku punya aja… Terimakasih ya… ^_^

Dari tiga adik laki-lakiku… Ammar… Iman… Fathoni… Aku belajar tentang laki-laki. Bagaimana mereka berkembang. Memutuskan. Bermain. Dan menyelesaikan masalah. Mereka membuatku sedikit tau… rahasia lawan jenisku… Terimakasih yaa… ^_^

GURU-GURU… DAN MURABBI-MURABBI-Q

Bagi guru-guruku… klik saja tulisan GURUKU…

Untuk murabbi-murabbiku… yang sambung-menyambung… mengenalkan kepadaku… tentang siapa sebenarnya diriku. Apa pula tugas kehidupanku. Mendekatkanku… pada Allaah… Mengenalkanku… tentang dien Islam. Mengisahkanku… keistimewaan Rasulullaah Muhammad. Mengarahkanku… agar menjadi muslimah… yang berakhlak indah… dan mencapai derajat sholihah… takwa pada Allaah. Maafkan… aku yang tak melejit secepat yang kalian harap… Sekali lagi… terus aku berusaha… untuk itu…

Terimakasih semua… 6_6

SEBUAH NAMA… YANG MASIH RAHASIA…

Satu lagi… tim sukses… yang belum hadir dalam kehidupanku. Ia pula… yang akan melengkapi separuh dien-ku. Yang akan semakin menguatkan dekatku… dengan Rabb-ku. Menemani… melalui hidup dengan scenario gabungan… antara jiwanya… dan jiwaku. Yang akan menjalin rasa… dan bersama membangun Taj Mahal cinta… Mengokohkan benang-benang peristiwa… untuk memperkasakan keagungan keluarga.

Bersama membina… rumah mungil bernuansa surga. Bersama jundi-jundi kecil yang menjadi tempat menumpah suka… dan ceria.

Sebuah nama… yang masih rahasia… Tertulis pada dinding langit… Menanti… untuk di ‘copas’ ke bumi. Sebuah nama… yang akan melengkapi sukses hidupku…

Dirimu… yang masih menjadi dialog jiwa… antara hatiku… asaku… dengan Rabb-ku… Sebelum kau hadir… Aku pun… mengucapkan terimakasih… Bersyukur atas belum hadirmu… dan bersyukur pula… atas datangmu… di bila-bila masa… Sekali lagi… Terimakasih… ^_^

Dengan adanya kalian semua… Semoga sukses dunia… dapat kuraih… dan sukses akhirat… akan kudapat…

Yaa Allaah… Berilah kami semua… kebaikan di dunia dan di akhirat… Amiiin

Perhatian-perhatian... Blog ini... dipasang iklan... Klik aje yee link di bawah ni... ^_^

Kartu-Pulsaku.Com Solusi Bisnis Online Anda

Kamis, 26 November 2009

Saya Ingin Menjadi Penulis Hebat


Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat…???
Memangnya ada ya…??? Segampang itukah…??? Hanya dengan beberapa langkah…??? Cuma mengikuti beberapa tips…??? Hanya perlu sebuah buku…??? Wow… diriku ini, perlu ide itu…

Maka meluncurlah memoriku… pada sebuah titik nan silam. Ketika diri, masih tak menyadari, siapa diri ini. Dan kemudian tersadarkan, setelah orang lain menyadarkanku. Bahwa siapapun, akan dapat menulis. Maka, mulailah aku memperlebar wilayah imajinasiku… menjadi demikian luasnya… terprovokasi setelah membaca beberapa buku. Yang sangat berarti bagiku. Buku-buku yang di tulis oleh beberapa penulis. Yang mampu membuat diriku mau berbuat sesuatu. Ingin melakukan hal yang berbeda dari orang-orang di sekitarku. Masih lekat dalam benakku sosok Mas Gagah, yang digambarkan mbak Helvy Tiana Rosa. Sosok yang mampu memaksa airmataku menganak sungai. Lalu termotivasi oleh pak Hernowo melalui buku ‘bergizi’-nya, Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Menulis Buku. Setelah menyelesaikan buku itu, mengalirlah sebuah ide. Menjadi huruf-huruf yang terangkai. Kata-kata yang diukir oleh sebuah pulpen biru, yang mulai kehabisan tinta. Tak henti jemari memainkan si pulpen biru hingga tuntas sebuah tulisan. Tulisan pertamaku. Tiga lembar dalam satu waktu. Namun, belum juga kusadari secara pasti, bahwa aku bisa. Tulisan itu, hanya menjadi coretan-coretan, yang tak terurus. Yang kini, entah di mana rimbanya.

Membayangkan diri bisa menjadi penulis yang mampu menggugah. Memang menjadi mimpiku sejak itu. Namun, jauhnya diri dari fasilitas bernama komputer atau sekedar mesin tik, adalah penghalang lain. Selain kepercayaan diri, yang rapuh dan mudah runtuh. Maka di tengah gundah yang hampir membuat lelah. Karena pengalaman buruk yang terjadi sebelumnya, dengan orang lain adalah, tulisanku dikatakan menggunakan judul yang sama dengan tulisan seorang penulis terkenal. Sedangkan tak pernah sekalipun melihat buku yang dimaksud. Saat itulah, takdir mempertemukanku, dengan orang-orang yang harus ku akui, adalah orang-orang hebat. Mereka yang mampu membangkitkan semangat dan kepercayaan diriku. Menyingkirkan beban berat dari hatiku, rasa takut tak diterima. Khawatir akan pendapat orang lain atas tulisanku. Hadirlah Bu Galuh, seorang kakak yang tak henti memberi energi. Serta menunjukkan, bahwa sebenarnya telah kulalui tahap-tahap yang unik, sehingga akhirnya bisa menulis. Bunda Mida, seorang guru yang senantiasa memberikan masukan. Pak Satria, dalam sebuah pelatihan singkatnya yang menarik. Dan Bunda Ferra, yang tak henti memberikan komentar positif. Merekalah orang-orang hebat. Yang berhasil membuat diri rapuh, menjadi teguh. Sukses membuatku terus menulis… menulis… dan menulis. Dan saat menuliskan ini, aku merindukan kebersamaan itu. Sangat… sangat rindu…

Sejak saat itu… Hilanglah getar penaku… Pupuslah ketakutan atas apa yang akan orang lain katakan. Huruf… tak boleh menjadi bisu. Kata… harus terangkai terus menjadi makna. Dan sudah sepantasnyalah… kalimat… tak henti mengalirkan energi untuk menjadi energi baru buat orang lain. Karena… penulis hebat… bukanlah penulis buku-buku yang terjual jutaan copy. Bukan pula sekedar penulis, yang bukunya dijadikan film. Ia juga tak hanya telah menulis banyak buku, yang berjilid dari satu hingga jilid sepuluh. Atau penulis yang jika jumpa dengannya, maka banyaklah orang yang menghampiri dan minta tandatangan pada bukunya. Bukaaaan… itu bukan penulis hebat. Penulis hebat… adalah penulis yang senantiasa menemukan tujuan terbaik dari tulisannya. Ia memperjelas kebenaran, memantapkan indahnya kehidupan bagi orang lain. Ia pula menjadi api, yang siap membuat yang lain terbakar untuk sekedar merasa, hingga mau melihat, dan akhirnya bersedia untuk berbuat. Itulah penulis hebat. Ia tak berharap tulisannya dipuji, melainkan ingin tulisannya memberi arti.

Setelah men-download sample buku, CARA DAHSYAT MENJADI PENULIS HEBAT… langsung membacanya hingga selesai. Hmm… baru sampelnya saja, sudah membuat bara dalam diri yang mulai meredup, kembali memunculkan api-api mungilnya. Dan mulailah aku menuliskan ini. Tulisan ini sempat henti pada tiga baris pertama. Namun, membaca kembali sample buku, maka lanjutlah ia. Dari pendapatku tentang penulis hebat. Maka bang Jonru… adalah salah satunya… Tak berniat memuji… hanya kekaguman… atas kemampuan yang Allaah sematkan padanya. Walaupun… baru saja mengenal nama Jonru… Namun, jika melihat PenulisLepas.com… subhaanallaah…. Kesimpulannya… buku ini… mampu menggugahku… dan aku… harus punya versi lengkap buku ini...

APA…??
Tak ada versi cetaknya…?? Hehe… kesalahan bukan pada mata anda… bukan pula pada jari-jariku… atau error-nya keyboard komputer… Namun, memang begitulah sahabat… CARA DAHSYAT MENJADI PENULIS HEBAT baru berupa ebook. TAWARAN MENARIK-nya adalah… ebook ini hanya seharga Rp 49.000. Murah kan…? Tak sampai Rp 50.000. :) Bagi mereka yang membeli ebooknya, akan mendapatkan voucher diskon senilai Rp 200.000 dari SMO. Itu adalah diskon terbesar, yang pernah diberikan oleh SMO. Eh, masih ada bonus lain bagi yang membeli ebook ini. Dia berhak mendapat modul eksklusif dari Sekolah Menulis Online (SMO) Free Trial… pula bimbingan karir dibidang kepenulisan dan berlaku seumur hidup… (Sempat mikir, bercanda ga sih, bang Jonru nih… ^_^) Satu lagi… bonus dahsyat ini hanya berlaku bagi pembeli ebook-nya… yang sewaktu-waktu bisa ditutup, jika sudah terbit versi cetaknya… HAH…!!! Buruaaaaaaaaaaaan… Meluncur ke TKP… Beli sekarang juga… (Wah bang Jonru… ini kayaknya iklan ya..?? Maaf… diriku cuma ingin menulis dengan bebas) Tapi, itulah yang menjadi perhatianku saat ini sahabat… semoga buku ini sanggup menjadikanku tak sekedar menjadi hebat… tapi juga dahsyat dan fantastik dalam menulis…

Diriku menyukai 2 kata dalam buku ini... Yaitu "Soft Skill"... Menjadikan diri semakin bersemangat untuk berkarya lebih banyak lagi... Menulis lebih panjang lagi... Dan nge-blog lebih sering lagi. Soft skill akan mampu membuat seseorang bertahan dari guncangan. Pantang menyerah... oleh keadaan atau cemoohan orang. Tulisan adalah ide kita... Bila ide adalah bagian dari pikir yang berupa lampu... Maka harus diusahakan... Ia bisa tetap hidup... meski listrik padam... Karena masih ada kekuatan lain yang dapat mendukungnya... ialah genset. Begitulah semangat... Tak ada komputer... mesin tik pun jadi. Tak punya mesin tik... tulis tangan pun boleh. (Tidak berlaku untuk yang mau ikutan lomba ini) Maka soft skill inilah yang senantiasa terus dipelihara... agar pena tak gentar... mengungkap hal-hal benar...

Yang mulai membara… klik saja web site bukunya… http://www.penulishebat.com cari tau apa saja tentang buku dan penulisnya di sini. Kecuali isi bukunya. Makanya… beli juga ebooknya. (Walaupun… diriku belum beli nih) Bagi yang mulai terbakar… Dapat bergabung di fan page-nya http://www.facebook.com/penulishebat biar semakin termotivasi untuk menjadi penulis yang tak sekedar hebat. Tapi juga dahsyat. Walah… ada twitter-nya pula... http://www.twitter.com/penulishebat (jadi ingin punya twitter juga)

Maka di ujung tulisanku ini… aku kehilangan minderku… dan tak ingin… sangat tak ingin… menemukannya kembali. Celaan… tak kan membuatku jatuh terguling. Ia hanya akan menjadi masukan yang senantiasa berarti. Komentar negatif… mestinya semakin membuatku kuat. Ia mengokohkan semangat untuk terus menebar manfaat.

Lomba ini memperbanyak bara… Menang bukan tujuannya… karena diriku hanya pemula… yang terus bermimpi… nanti di suatu masa… aku akan menjadi LUAR BIASA… Terimakasih bang Jonru, atas kesempatannya... Sahabat... Tetap PENGEN BISA NULIS yaa... ^_^

Salam… Afiani Intan Rejeki Gobel

Masih Ingin... Belajar dari Ibrahim...


Bismillaahirrahmaanirrahim…

Esok… adalah hari ber-esensi… Dan ingin mengenang kembali… sekilas kisah… yang memunculkan apa yang menjadi teladan… bagi sebuah makna… Berkurban… Allaah… selalu punya pelajaran… untuk mendewasakan… Semoga bermanfaat…

Bagaimanakah… rasanya menanti…?? Menanti saat seseorang yang telah menjanjikan pertemuan dengan kita. Kemudian… kita dipaksa untuk menunggunya sekian lama. Resah… menatap ujung jalan tempat bertemu. Berharap… seseorang yang dinanti akan segera datang. Gundah… hampir merusak kesabaran.

Apalah lagi… yang dirasa oleh sebuah keluarga… seorang ayah… seorang ibu… yang menanti datangnya seorang keturunan. Bayi mungil… yang menyejukkan pandangan. Menambah keceriaan… Dan melipat gandakan kebahagiaan.

Itulah yang terjadi… pada keluarga Rasulullaah Ibrahim… Penantiaan… yang pasti dirasa… sangat lama… bukan hanya 5 atau 10 tahun penantian… Penantian keluarga Ibrahim atas seorang keturunan. Adalah penantiaan yang luar biasa lamanya. Kerinduan yang menumpuk pada sudut rasa sebuah keluarga. Mengharapkan kehadiran tangis menggemaskan… tawa menggelikan… dan keindahan menjadi orang tua… Rindu Ibrahim dan Hajar… atas seorang anak… adalah rindu yang dalam…



Sebuah do’a yang terlantun tak henti… dari lisan Ibrahim… “Yaa Tuhan-ku… anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang shaleh.” Do’a yang terpahat abadi dalam lembar kitab suci (QS 37:100) Kesabaran Ibrahim… dalam melantunkan do’a itu. Adalah jari-jari harapan dan asa… yang setiap harinya… berusaha mengetuk pintu langit… untuk segera mengirimkan kebahagiaan itu turun ke bumi…

Dan… Allaah-lah… Yang Maha Mengabulkan do’a… Dia pula Yang Maha Memperkenankan keinginan hamba-Nya… “Maka Kami Beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Isma’il)” (QS 37:101)

Is it… Happy ending…???

Keluarga Ibrahim… adalah keluarga manusia-manusia beriman… Di dalamnya… ada benih-benih keyakinan yang tumbuh dengan subur. Hingga menghujam… dalam ke setiap sela kehidupan. Namun… keimanan adalah sebuah harta… yang mesti diletakkan pada tiga tempat sekaligus… Di hati… Di lisan… dan pada anggota badan… berupa amalan… Berat… Sangat berat…

Isma’il tumbuh dalam kasih sayang ayah dan ibunya… menjadi pemuda yang baik… Kuat jiwanya… dan pribadinya… Lalu datanglah ujian itu… Dalam tidur-tidurnya… Ibrahim bermimpi… Ia diperintahkan… untuk menyembelih anak yang telah lama ia nantikan… Ia harus mengorbankan buah cinta… yang dibesarkannya dengan kasih… Permata berharga… yang tak pernah disangkanya… akan diminta kembali… oleh Sang Pemberinya… “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, Ibrahim berkata, “Wahai anakku ! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu !” Dia (Isma’il) menjawab, “Wahai ayahku ! Lakukanlah… apa yang Diperintahkan (Allaah) kepadamu ; Insyaa Allaah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS 37:102)
Ayah dan anak… keduanya… dengan penuh rela… menggenangi jiwa dengan keyakinan yang tinggi kepada Rabb-nya. Percaya… tanpa keraguan sedikitpun atas kehendak Tuhan mereka (Allaah). Kemudian… mereka melemahkan genggaman hati atas dunia dan isinya… bahkan ikhlas… melepas mutiara keluarga… demi Sang Khaliq… Yang berada dalam genggamNya semua jiwa… “Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah Allaah)” (QS 37:103)

Ayah mana yang akan tega melakukan hal ini… Menyembelih anak sendiri…? Namun… tak sedikitpun… ini menyangkut masalah sayang atau tidak sayang… Apalagi… perasaan tega atau tidak tega. Ini adalah keinginan dari Pemilik Semesta. Ujian besar… bagi mereka yang memiliki keimanan yang menggunung di hatinya… Ini adalah pohon… yang jika ingin berbuah manis… maka ia harus diberi perlakuan istimewa… ia harus mengalami proses yang tak sederhana… sebelum menghasilkan buah… Ia mesti berbunga… kemudian menggugurkannya… barulah muncul buah yang diharapkan… Tak semua bunga pun dapat menjadi buah… Bahkan buah pun… tak akan langsung dapat dinikmati… ketika ia baru muncul… Karena lezatnya buah… adalah penantian… hingga tiba masanya untuk matang… Maka… itulah masanya… manis buah baru terasa…

“Lalu Kami Panggil dia, “Wahai Ibrahim ! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu, “Sungguh demikianlah Kami Memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. “ (QS 37:104-106)

Dengan keimanannya… Ibrahim hendak melakukan pengabdiannya pada Rabb-nya… Tiada bercampur di hatinya… antara takut dan berani… ataukah yakin dan keraguan… apalagi keikhlasan dan ketidakrelaan… Ia benar-benar akan melakukan pengorbanan atas anaknya sendiri (Isma’il)… Ketika ia akan menyelesaikannya… Allaah tunjukkan Kuasa dan Kebesaran Dzat-Nya… “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS 37:107) Ibrahim baru menyadari… tak setetespun… ia menumpahkan darah buah hatinya… Allaah menebus keimanannya dengan kelezatan buahnya… Bahagianya keluarga Ibrahim… Pengorbanan yang pada dzahirnya… tak tampak dilakukan… namun memunculkan kenikmatan pada jiwa keduanya… Ayah dan anak yang sabar dan setia.

Kisah inilah… yang terpahat dengan indah… pada muatan sejarah… Kisah pengorbanan (Tadhiyyah)… Yang tak memilah keuntungan dari sebuah perintah… Ia dilaksanakan… tanpa banyak mempertanyakan… Mengapa ini… harus dilakukan..??? Kisah yang tersebar pada khotbah-khotbah… cerita yang tersyi’ar dalam ceramah-ceramah… Kabar… yang seharusnya muncul di sekolah-sekolah dan rumah-rumah… Sebagai teladan… bagi generasi-generasi berikut… “Dan Kami Abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,” (QS 37:108) Agar menjadi generasi tegar… yang menghadapi hidup dan menjalaninya…. Tanpa terkejut dengan segala ‘kejutan’nya…

Kisah… yang membuat keluarga Ibrahim, berada dalam kebahagiaan sejati… “Selamat sejahtera bagi Ibrahim.” (QS 37:109)

Karena… ia tak berbuat baik untuk keluarganya… melainkan… berbuat baik untuk Allaah… Namun… kebaikan itu… dikembalikan pula kepadanya (Ibrahim)… “Demikianlah Kami Memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS 37:110)

This is the Happy Ending… Happily Ever after…

**Subhaanallaah… kisah yang tak lekang oleh zaman wal makaan… esensinya… adalah pengorbanan. Di mana… setiap apa yang kita miliki… maka suatu saat… akan didatangkan coba atasnya. Di pinjam… atau bahkan… diminta kembali oleh Dzat Yang Menitipkannya. Lalu… apakah tangan… masih menggenggam dengan erat… setiap titipan dalam kehidupan..?? Apakah hati… masih memeluk dunia dengan setinggi-tingginya cinta..??

Yaa Allaah… Jadikanlah kami… hamba-MU… yang selalu berserah diri… Lemahkan genggam tangan kami… atas semua harta… karena… Engkaulah Pemilik segala… Dan lepaskan pelukan hati kami… pada semua yang ada disisi… agar senantiasa menyadari… Engkau hanya… menitipkannya… Dan ampunkan kami… yang kadang rapuh pada yakin ini… Tak ingin yaa Allaah… Tak ingin kami luluh atas dunia… yang sewaktu-waktu akan runtuh… Maka… Jadikan kami teguh… Amiiin Yaa Rabb…

Selamat Idul Adha 1430 Hijriyyah

Rabu, 25 November 2009

Bocah-bocah Luar Biasa... Di hari Guru....

Hari Guru…

Hmm… Pagi yang cerah… Alhamdulillaah…
Akan menghadiri seminar guru…
Kebayang deh… seperti tahun lalu… Yang hadir… banyak sekali…

Dah siap… Rapi jali… Baju merah jambu… Jilbabnya juga begitu… ^_^
Tinggal nunggu si cantik Era adikku… Yang kalo dandan… weleh… weleh… miss universe aja… lewaaaaat… hehe… setelah menunggu beberapa saat… Baru deh… bisa segera tancap gas si Jupi…

Sampai di Dome… Subhaanallaah… Bukan Cuma banyak sekali… Tapi buaaaaanyaaaak buangeeeeet… Masih pagi gini… Lapangan parkir yang luasnya ga tanggung-tanggung itu… hampir penuh… Ternyata… pintu gedung belum dibuka juga… Jadi… sosok-sosok guru itu… menumpuk di lapangan parkir… Pemandangan yang unik… Berkumpulnya generasi-genarasi guru…

Di pinggir kolam… guru-guru separuh baya… dengan jilbab-jilbab mungil mereka… Berceloteh bak anak TK gak ada hentinya… Seorang guru laki-laki… yang cukup tua… dilihat dari uban yang hampir memenuhi kepalanya… Dan di dekat tempat parkir… berkumpul pula guru-guru lain… yang menurutku… masih sangat muda… dariku… hehe… tapi… aku banyak mudanya… dan sedikit tuanya… ^_^

Masih asik menikmati suasana solidaritas di tempat parkir itu… tiba-tiba… semua mulai mengarah kearah gedung… Syukurlah… sudah di buka… Akhirnya… kami pula menuju ke titik yang sama…

Masuk ke dalam gedung… Fiuuuuhh… dah penuh… yang paling belakang pada berdiri… Ga pengen berdiri nih… jadi mencari tempat dengan jeli… Ada kosong sedikit.. langsung kami isi… meskipun… tetap saja di belakang…

Seperti biasa… acara seperti ini… pasti akan dipenuhi dengan pesan sponsor… sambutan pejabat… hiburan-hiburan… terakhir… baru seminar dilaksanakan…

Selain seminar… ada hiburan yang menurutku menarik… dan super…
Penampilan dari anak-anak LUAR BIASA… bocah-bocah ISTIMEWA…
Mereka menari…. Menyanyi…. Bermain musik untuk mengiringi… bahkan membacakan sebuah puisi… Lagu “Jangan Menyerah” (D’Masiv) yang membuatku paling haru… Lebur dalam rasaku… Yaa Allaah… anak-anak itu…

Sungguh…
Keberanian itu… bukan muncul dari kesempurnaan…
Ia hadir dan bermula… dari kemauan dan kegigihan…
Kaki melangkah… bukan karena ia sehat…
Namun… karena jiwanya yang bersemangat…
Mulut bernyanyi… bukan sekedar menghibur hati agar senang…
Melainkan ia… memang senantiasa berdendang…
Lihatlah guru… mereka istimewa…
Begitu pula… anak-anak kita… Amiiin…

Guruku...

Guruku…

Ada simbol-simbol… yang dulu tak ku mengerti…
Kini ku ketahui…
Banyak hitungan… yang tak ku pahami… kini masih belum kumengerti… ^_^
Maaf… diriku tak cerdas berhitung…
Tapi… aku senang dengan misteri angka… meski tak pernah ku temukan dengan pasti rahasianya…
Kau bimbing tanganku... menggoreskan lekuk bentuk...
Lalu ajakku berlari... mengejar bola kaki...
Membawaku... jelajah negri dengan geografi...
Mencuri perhatianku... dengan rahasia alam ini...
Bersama Fisika dan Biologi...

Lalu... kian besarku...

Kau tambahkan ilmuku... ilmu... merancang rumah baru...
Merencanakan gedung... yang dapat kuat selalu...
Hmm... maaf... ku tak dapat melanjutkannya...

Karena... kini ku punya jalan cerita yang sama denganmu...
Menjadi guru...

Guruku…

Semesta… penuh dengan makna… sebagian… telah kau kenalkan padaku… dulu…
Hingga kini… jadilah ia dalam pikirku… mengendap dan melengkapi buah karyaku…

Guruku…

Dari sekian banyak pemberianmu…
Yang paling ingin ku tiru…
Adalah… Sifat baikmu…

Senin, 23 November 2009

Pagi Pak...!!!

PAGI…!!!

Hari ini harus keluar lebih awal dari biasanya… mau olah raga bareng teman-teman… Jalan masih sepiii… cocok buat Rossi berjilbab seperti diriku… hehehe… Sedang lempeng ngebut… tiba-tiba… Nguuuuuuuuuuuung… satu matic merah melaju di sampingku… kemudian meninggalkanku dengan bengongku… Weits… seorang laki-laki dengan seragam coklat, lengkap dengan atributnya… berada di atas matic merah yang mulai menghilang… Dalam hatiku… kagum… Eh, pak polisi dah dinas pagi-pagi masih rada gelap gini…

Masih kukendarai si Jupi dengan kecepatan sedikit tinggi… Dan aku dikagetkan lagi oleh suara lain… Ngiiiiiiiiiiiiiiiiiing… ninja hijau… Di atasnya… sama… seorang polisi muda… Membalapku tanpa ampun… hehehe… kalah deh… Ternyata pemilik matic merah tadi berhenti di sebuah simpangan sepi… kemudian berdiri tegak di pinggirnya…

PAGI PAK…!!! Seruku dalam hati…

Jika melihat dan mendengar kabar berita… maka akan banyak kita dapati berita tak enak tentang profil seorang polisi… Polisi yang menganiaya… polisi yang bertindak seenaknya… polisi yang ini… polisi yang itu… Rasanya tak ada habisnya mengorek… kekurangan polisi…

Tanpa bermaksud melakukan pembelaan… Namun… kedisiplinan sebagian besar polisi dalam melaksanakan aktivitas dan tugas-tugas mereka… adalah satu hal yang perlu dicontoh oleh sebagian besar kita yang suka molor… lelet… lambreta… and so on… Bagaimana pula… kebanyakan dari polisi… sekali lagi hanya kebanyakan… juga professional dalam bertindak…

Lambaian tangan tanda sedang mengatur lalu lintas dengan berbagai model itu…. Baru saja kumengerti… saat mengikuti sebuah pelatihan… sharing seorang teman yang dilatih oleh kepolisian… Lambaian-lambaian… yang kadang tidak dipedulikan oleh orang-orang egois…? (entah… melaju karena terburu-buru… atau ngebut karena nafsu) Sebuah perlakuan yang tak pantas… kepada seorang aparat… yang melakukan lambaian itu… tentu karena tidak ingin… sesuatu terjadi pada diri kita… Ya nggak…??

PAGI PAK…!!!

Hari ni jadi semangat meluncurkan si Jupi… ke pantai… Janji temu dengan beberapa teman… Dan sekali lagi… Aku sampai di pantai tepat waktu… namun… masih seorang diri… Menjadi terhukum… dan harus menunggu… Lalu… Yang ditunggu… Hanya datang satu… Hmm…

PAGI PAK…!!!

Terimakasih… telah menjadi bahan perenungan bagi pikirku… Terimakasih… makin membuatku sadar… Bahwa disiplin… bukanlah sekedar buah dari KEINGINAN… namun hasil dari KESUNGGUHAN…

TERIMAKASIH PAK…!!!

Seharusnya… tidak hanya dalam hati… Suatu saat nanti… aku akan menegurmu… PAGI PAK…!!! Atau Assalaamu’alaykum… ^_^

Jumat, 20 November 2009

Hukumuhukumku...

Hukum…

Hmm… Apa yang bisa kubicarakan tentang hukum di negriku… Speechless…
Namun… tetap ingin membicarakannya… Mencari keadilan di Negara yang berkeadilan, ternyata… sama sulitnya seperti mencari jarum pada tumpukan jerami… Berkali-kali harus menyaksikan ratapan seseorang di depan meja hijau… Bersama kemiskinannya… harus menanggung… denda… Bersama keterbatasannya… harus menderita…

Kadang… kesalahan mereka… adalah seperti debu… dibandingkan kejahatan para pejabat yang tak tau malu… Makan uang rakyat… menggerogoti kekayaan Negara… Kesalahan orang pinggiran… yang dibesar-besarkan… Sangat kontras, dengan kesalahan orang gedongan… yang seperti tak kelihatan… Beuh… Dimana kewajiban Negara… untuk memelihara fakir miskin…??? Pertanyaan… yang mungkin tak kan pernah kita puas… jika dijawab oleh orang-orang di atas. Yang sukanya diplomatis… Jawaban-jawaban manis… yang berbau amis… (Hadoh hadoh… diriku mulai sinis)

Masih ingat kisah ibu Prita… yang kini berlanjut… Dengan tuntutan enam tahum penjara… Kisah bu Prita, bisa saja terjadi pada kita… email keluhan… Yang kita kirimkan untuk seorang sahabat… Apapun yang menyebabkan keluhan itu tersebar luas… adalah hal yang sangat tidak kita inginkan… Niat diri mau membagi beban… jadinya… malah mendatangkan beban yang lebih berat… Hufft…

Yang miris… menguras air mataku… hari ini… kisah terhukumnya nek Minah… Seorang nenek renta… Datang ke pengadilan tanpa seorang pembela… Kemana para pembela yang selama ini wira-wiri di TV… Kemana para lawyer yang dulunya adalah orang-orang idealis… Apakah telah habis… terkikis… oleh silaunya uang yang berlapis… (Ups… kembali… diriku sinis) Nek Minah… yang datang sendiri… dan tepat waktu… kata sang hakim… yang hatinya ikut teriris… oleh drama miris… yang menyertakan dia sebagai lakon untuk memberikan vonis…

Sosok sederhana seorang nek Minah… yang hidup dengan kerja kerasnya sebagai petani… petani kecil, dengan 2 cucu yang harus ditanggungnya… Nenek yang terbukti… mengambil tiga butir kakao… dari sebuah kebun besar… harus bolak-balik… laporan ke kantor polisi… yang letaknya cukup jauh dari rumahnya… Sudahlah hamper tak pernah… uangnya cukup untuk hidup keluarga… Ia harus menanggung ongkos untuk bolak-balik melapor… Syukurlah… polisi masih berbaik hati memberinya amplop berisi uang untuk ongkos…

Lalu…

Sampai kapan, ini akan terjadi… Ketika orang-orang kecil… harus bertanggung jawab atas kesalahan mereka… sedangkan orang-orang besar… masih menikmati hasil ia mencuri…

Hukum…

Jika diolah oleh pikir manusia… maka masuklah di dalamnya… unsur nafsu, kepentingan, ambisi… dan hal-hal lain yang tak sesuai dengan nilai persamaan hak… persamaan perlakuan… keadilan sejati… kejujuran dengan nurani… kebenaran yang tidak ditutupi… dan nilai-nilai lain… yang nyatanya… dengan lengkap telah menjadi hukum yang ditetapkan dalam islam… Bahkan Rasulullaah Muhammad SAW pun… akan memotong tangan Fatimah… jika putri kesayangannya itu mencuri…

ISLAM… Risalah dengan karakteristik istimewa… Rabbaniyyah… Insaniyah… Syumul… Al wastthiyyah… Al waqi’iyyah… dan Wudhuh… Ingin tau apa itu…?? Kenali Islam... Lebih dalam... ^_^

Selasa, 17 November 2009

Loosing Control...

Hufft… Apa pula nih… Rasa gerah dengan hal yang satu niy… Entah dari mana datangnya… Tiba-tiba dia hadir di hari-hari belakangan…


Pagi… Kadang tak bersemangat..

Ke sekolah dengan hati agak gundah. Merasa bersalah… memaksa rekan dan teman-teman kecilku untuk berjumpa dengan senyum lumayan palsu…

Dhuha… Sudah beberapa kali menguap… senandungku tak berirama. Nyanyianku… seperti tanpa nada. Teman-teman kecilku… hanya mendapatkan sedikit pujian dan buanyaaaaaak kali kudiamkan… Diriku… yang biasanya… paling memaklumi perilaku para usia dini… hari ni… mudah pecah dengan suara tenor… Pujian tanpa reward stempel dan bintang… (walaupun… stiker memang habis dan partnerku sayang sedang sakit… sehingga hari ni cukup menguras energi)… pula teguran yang… cukup tajam… Walaaah… Maafkan ya sayang… -_-


Siang… Ada les nih… Murid cuma dua… yang biasanya bisa kubuat heboh… hari ni… ‘silent class’… Kering bak gurun sahara tanpa oasenya… Mereka berdua pasti merasa bahwa hari ini… adalah… Hari yang aneh… Sekali lagi… maafkan… -_-


Petang… Alhamdulillaah… perasaan agak cerah… Langit hati terkikis mendungnya… Meskipun… belum kembali seperti biasa… Tapi memang mesti semangat… karena… petangku adalah… perjuangan lompat-melompat… dari tempat yang satu ke tempat yang lain… Dari satu agenda ke agenda yang lain… Yaa Allaah… Kuatkan aku… -_-


Malam… Harus terbiasa… pulang bersama bulan… Kemudian jumpa dia di setiap lampu merah… Oh bulan… terima kasih telah menghangatkan pandangku… Hingga lumer penat bersama pendar perakmu…


Yaa Allaah… Kutau… kuat itu pada jiwa… semangat itu pada hati… Aku tak ingin lemah… Maka kupinta padaMU kuat… Tak mau ku rapuh… maka kuminta dariMU perkasa… Kokohkan aku yaa Allaah… Agar diri tak lepas kendali… Loosing control lagi… Amiiin…

Minggu, 15 November 2009

(SEO) Kenali dan Kunjungi Objek Wisata Di Pandeglang

Hmm... Judul yang masih membingungkanku... Lomba yang masih membuatku bertanya-tanya... "Apaan sih...?"

Lomba yang menurutku... cukup keren. Walaupun... sekali lagi, diriku ga ngerti... Dan diyakinkan lagi... bahwa lomba ini ga perlu dimengerti... hehehe... lucu... dunia internet yang masih berada dalam zona 'ketidaktauanku'...

Pengen bisa internet tu dah lamaaaaaaa.... tapi karena jauh dari fasilitas bernama komputer... jadilah... baru ku akrab dengan dunia maya... sekitar... berapa yaa... setahun kali yeee... lupa... Masalahnya... kalo baru kenal tu.... jadi kayak orang desa yang ngeliat gedung tinggi... Mendongak bingung... kagum... gembira... malu... campur aduk jadi satu... dalam gado-gado rasa...

Begitulah diriku...

Pertamakali... mengenal Multiply... diajarin sama adek... Pun baru kuketahui... orang menyebutnya dengan MP... Sebelumnya... tentu saja diriku buka akun yahoomail...

Dari Multiply yang ga keurus... Melompat langsung ke Facebook... Walaaaaah... keasikan euy... sampai-sampai... sempat jadi candu... (malu... -_-) Ditengah kendali diri yang mulai kembali... Dikomporin teman-teman... buat grup tentang guru TK... Setelah dibuat... USIA DINI... sempat diurus dengan hanya mengundang teman, biar anggotanya nambah... (itupun... hasil ngilmu dari Budi... 'Stop Facebook Saat Adzan') Walhasil... anggota nambah... Beuh... Baru kepikir setelahnya... bikin grup... berarti... nambah sibuk... Semakin anugrah bertambah... maka makin berat amanah... Dibuat sendiri... Tanggung sendiri... Belum dimanage dengan baik... nambahin pusing diri sendiri... dengan bikin grup baru dari akun Facebook yang berbeda... maka hadirlah amanah yang lain... PENGEN BISA NULIS... Alhamdulillaah... ga terlalu sering ngundang-ngundang... grup kedua ini, cukup digemari... meskipun si admin... seringkali raib ditelan kesibukan... Seraya mengurus Facebook... Bikin pula Wordpress... Sampai saat ini... Blog Wordpress-lah yang menjadi amanah paling tak terurus... -_-

Ikut pelatihan internet...
Maka... taraaaaaa... inilah blog-ku yang baru... BIG HEART... Semoga bisa terlaksanakan dengan baik... terpelihara untuk tetap lurus... terjaga agar terus istiqomah... Amiin...

Target selanjutnya adalah... hehehe... pengen mengenal SEO lebih dekat... kayaknya asik tuh... sesekali bisa ikutan lomba di dunia maya... Atau... ada ya... lomba selain SEO... Dunia maya... asiknya... luar biasa... Tapi... perlu memegang tali kendali lebih erat lagi... supaya dunia nyata... tak kalah asik dan serunya...

Berlomba terus dalam kebaikan... Semoga Allaah ridho... Amiin

Jumat, 13 November 2009

Lupa Ujung Ayatnya...

Gimana sih rasanya 'first time'....

Dalam hal apapun, mungkin selalu ada kondisi ini... Perut rada mules, jantung berdebar tak terkendali, kaki agak gemetar ga bisa didiamkan, suara mejadi serak, keringataaaaaaaaaaaaaan... basah... hehehe... Atau tidak semua begitu ya... Diriku sendiri aja?? -_-

Soalnya, first time-ku selalu begitu... Mau jalan, tilawah di depan orang, jadi instruktur outbound... pokoknya semua deh. Hampir semua jurus dikeluarkan untuk menghilangkan grogi ini. Dari menarik nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya, minum dan makan, bersenandung, berdzikir... Ya Allaah... ga pergi juga ni grogi.

Dua pekan yang lalu, ditawari ma kepala TK tempat ngajar, buat ngisi di sebuah stasiun televisi lokal. Kepede-an, jawabnya "Iya bu." Walaaah... saat itu, lupa mengukur diri dan rasa grogi. Dan selama dua pekan. Terlupakanlah tawaran itu. Dua pekanku berjalan.. baik-baik saja. Hingga... dua hari yang lalu, sang kepala TK mengingatkanku kembali.

"Bu Fian... Hari Sabtu nanti, ngisi di TV ini ya."

Bak petir di siang bolong (lebay buanget)... diriku kaget get get... "Jadi ya bu..?" dengan sikap pura-pura O2N...

"Ya iyalah bu Fian.." Jawab kepala TK.

GUBRAAAKK... !!!

Kelimpungan... panik mode on... Sibuk nyari materi... Setiap teringat waktunya yang makin dekat... dag dig dug ga karuan... Yaa Allaah... Mudahkan... Jangan beri kesulitan... Do'a itu saja yang menjadi dzikirku selama detik-detik yang kian sampai itu.

Dan... Hari ni...

Kembali harus bertemu si first time... juga mesti bergulat lagi dengan si grogi... Huwaaaa... Ternyata dia masih ada di diriku... Dari pagi... Berulang-ulang, kubaca materi yang sudah kusiapkan. Hmm... Yaa Allaah... Merasa tak siap juga... Dan ringtone HP mengagetkanku dari keseriusan...

"Salam'alaykum.. dengan bu Fian..?" Tanya sebuah suara di seberang sana.

"Iya betul.." Jawabku.

"Bu, saya Arti... Siaran dimajukan setengah jam ya." Suara halus itu, menjadi petasan-petasan yang meledak di telingaku. (Lebay lagi...)

Segera bersiap dan akhirnya meluncur ke studio...

Singkat cerita... Masuk di studio...

Menatap kamera... dia berubah jadi monster hitam yang menyeramkan. Menatap kru studio... bak para alien yang berusaha bersikap ramah padaku... merasakan wireless di tubuhku, seperti ular kecil yang mengerikan... Hufft...

Siaran LIVE...

Mbak Arti membuka siaran... Kemudian menyerahkannya padaku... Awalnya cukup baik... Tapi, masuk di sebuah ayat... An Nahl 78... Diriku hafal benar ayat ini... entah mengapa... ujung ayat itu... tak keluar dengan bunyi yang seharusnya... (Waaaaaaaaa... menjerit dalam hati) Ga bisa diulang lagi... Yaa Allaah ampuni aku... Berusaha menenangkan diri yang hampir kehilangan kendali... Alhamdulillaah... Allaah menenangkanku... Maka selanjutnya... adalah lancar... Dua telpon interaktif... menghiasi siaran hari ini... Tak disangka, salah satu penelpon adalah mama Farhan... Ibu dari muridku... Hehehe... Makasih ya bu...

My first time... Semoga termaafkan... Semoga termaklumi... Terimakasih Allaah... kau beri aku pelajaran lagi... Kau selalu tau... bagaimana mendewasakanku...

Senin, 09 November 2009

Hidup... Perlu hati yang besaaaaar...

Terbersit...
Kita hidup... seperti dalam sebuah perjalanan. Yang sangat panjang. Perlu bekal yang sungguh tak main-main dalam perjalanan yang satu ini. Minuman berupa ilmu... Makanan berupa amal... Dan sandang... berupa hati...

Minuman bernama ilmu... bukan hal sepele... seperti halnya minuman pada umumnya... ia menghilangkan dahaga. Mengganti cairan yang dikeluarkan oleh tubuh melalui rutinitas. Rutinitas, yang bagi sebagian orang, mungkin akan menjemukan... melelahkan... dan seperti sebuah roda, yang tak kan berhenti berputar. Ia harus cukup. sehingga saat dahaga itu datang, kita bisa memanfaatkannya... Perjalanan bernama hidup... di mana kan banyak hal yang mungkin tidak kita kenali dengan baik. Akan ada sekian banyak kejutan, yang tidak pernah kita sangka. Dengan minuman bernama ilmu inilah, setidaknya kita punya sedikit persediaan pengetahuan. Akan seperti apakah perjalanan ini ke depan.

Perjalanan panjang ini... akan menuju sebuah ujung... yang selalu kita inginkan. Dan semua manusia impikan. Yaitu, kebahagiaan... Jika manusia yang hidup... pada waktu-waktu makannya.. selalu sampai pada hal yang disebut kenyang... Maka kenyang itulah... kebahagiaan dalam perjalanan ini... Dan hal yang akan mengenyangkan kita dalam perjalanan ini, adalah amalan... Amal ini akan di olah oleh gigi-gigi pikir kita... dipilah oleh hati kita... dan dikerjakan oleh anggota tubuh kita... Inilah yang menjadikan manusia menemukan kenyang... Yaitu... kebahagiaan...

Dan hati... adalah bekal paling urgen dalam perjalanan ini... kita akan bertemu banyak kendaraan yang menyemburkan genangan air ke pakaian kita. Kita akan melihat banyak sampah di jalanan. Kita akan bertemu banyak hal... baik dan buruk, yang perlu menjadi perhatian bagi kita. Pula dalam perjalanan ini, akan bertemu orang-orang yang tak sebaik harap kita. Tak seindah mau kita. Tak sebagus ingin kita. Dan juga akan banyak batu, yang menjadi sandungan. Lubang yang menganga-kan cobaan. Inilah saatnya, kita buka hati kita. Bekal yang satu ini, mestinya sangat besar. Sehingga cukup menjadi wadah bagi masalah. Hati yang besar... akan menjadikan kita tangguh dalam perjalanan ini.

Inginnya kita... semua berjalan baik-baik saja. Namun, mengaku beriman tanpa melalui ujian... adalah kebohongan besar...

Semoga, kitalah pemilik hati besar dalam perjalanan ini... Sehingga meski sekotor apapun pakaian kita oleh percikan air dari kendaraan yang lewat. Tak kan membutakan pikir kita dengan caci membabi buta. Sesering apapun kita tersandung pada batu-batu yang berserakan. Kita masih bisa tersenyum, tanpa kecewa tiada tara. Amiiin...

Mari sahabat... kita menjalani hidup ini... dengan berbesar hati...
 
Copyright 2009 Fiani Gee. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase