Minggu, 03 Januari 2010

Menghabiskan Waktu

Hidup memang sebuah perjalanan. Semua terus tumbuh dan berkembang dan berubah seiring waktu. Apakah ini sebuah pewajaran terhadap pernyataan “Biar waktu yang menjawab segalanya”. Atau, memang waktulah yang bertanggung jawab sepenuhnya atas hidup kita. Sehingga menjadi sesuatu yang wajar adanya, kalau kita membiarkan waktu lewat begitu saja. Bahkan yang lebih sadis, sebagian orang memprogramkan kegiatan-kegiatan untuk membunuh waktu (waw).
Apakah masih perlu lagi kita memikirkan apa yang akan terjadi pada diri kita nanti ? Apa yang bisa kita lakukan besok ? Apakah kita akan tetap jadi manusia yang biasa-biasa saja ? Akankah ada hal-hal besar yang dapat kita capai ? Dan sementara kita masih jadi manusia biasa, Masehi menentukan waktu telah berjalan 2006 tahun lamanya. Hijriyyah 1426 tahun lamanya. Bahkan fosil-fosil Dinosaurus yang ditemukan, seperti berbicara tentang kehidupan bumi yang sudah berdenyut selama jutaan tahun.
Sembilan bulan dalam kandungan adalah masa paling menakjubkan. 0-5 tahun adalah

usia emas. SMA adalah masa paling indah. (katanya)
Waktu…waktu…waktu…Semakin kita telusuri, hidup kita benar-benar tidak lepas dari lingkaran waktu. Begitu pentingnya waktu, sampai kita tidak sadari bahwa sebagian besar hidup kita telah melewati masanya. Tulang tak lagi kuat, organ tubuh melambat, kulit mengerut. Hmm. . .Sadar atau tidak, detik telah lewat, menit telah lewat, jam, hari, bulan, dan tahun telah lewat. Namun bisakah kita mengira yang terjadi sedetik lagi, semenit lagi, sejam lagi, sehari lagi, sebulan, atau setahun lagi (sungguh kita tak akan bisa).
Tak akan kita temukan sesuatupun didunia ini yang kekal. Semua telah di batasi, telah ada perhitungannya, dan tak dapat ditawar lagi. Akan tiba masanya maut menjemput, Izro’il mencabut nikmat ruh yang telah tersia, akal yang percuma, badan yang malas. Apa mau di kata ? Sedang Fir’aun yang mengaku Tuhan pun . . . MATI. Chairil Anwar yang ingin hidup seribu tahun lagi pun . . . MATI. Muhammad . . .sang manusia terbaik pun . . . MATI.
Lalu. . .siapa kita ? Apa yang kita punya untuk menyambut sang kematian ? Kita adalah pendidik. Dan waktu kita, kita habiskan untuk mendidik. Lalu bagaimana dengan

waktu untuk diriku ? Untuk melaksanakan amal-amalku ? Aku hampir kehabisan waktu hanya untuk mendidik. Waktu kita ‘habis’ untuk bercanda dengan makhluk-makhluk mungil. Tenaga kita ‘diperas’ untuk bermain dengan mereka. Fikiran kita ‘terkuras’ untuk membahagiakan mereka. Setiap hari adalah milik mereka. Kita ‘harus’ tersenyum dikala sedih. Kita ‘harus’ sehat dikala sakit. Kita ‘harus’ kuat di kala lemah.
Lalu kapan kita akan beramal ? Bahkan diwaktu bersantai kita pun, kita akan ingat Tiara…Aldo…Rifka…Farhan…Amalia…Vania…dan berpuluh-puluh nama itu akan terus bergayut difikiran kita. Bagaimana supaya Mayendi bisa berubah ? Bagaimana agar Ega bisa lebih tenang ? Bagaimana biar Vania lebih PD ? Mungkin akan jadi beratus-ratus ‘bagaimana’, jika kita teruskan.
Begitu terus setiap hari. Kita menghabiskan waktu berfikir, untuk mencari berpuluh-puluh ide. Kita menghabiskan waktu untuk membaca berpuluh-puluh buku. Kita menghabiskan waktu untuk bertanya. Untuk siapa ? ? ? Lalu kapan kita beramal ?

TELAH KAU HABISKAN WAKTU
MENGISINYA DENGAN SEBEGITU. . .
BUKANKAH SENYUM ADALAH SODAQOH ?

BUKANKAH BERFIKIR ADALAH TANDA MANUSIA MENGGUNAKAN AKALNYA ?
BUKANKAH MEMBACA BUKU ITU AKAN MENAMBAH ILMU ?
BUKANKAH ILMU BERGUNA JIKA KAU MENGAJARKANNYA ?
BUKANKAH KITA MEMANG DIANJURKAN MENGINGAT SAUDARA KITA DAN MENDO’AKANNYA ?
BUKANKAH WANITA-WANITA ANSHOR SERING BERTANYA ?
BUKANKAH RASUL PUN BERCANDA DENGAN ANAK-ANAK ?
BUKANKAH SEORANG MU’MIN BERMANFAAT BAGI YANG LAIN ?
BUKANKAH INI BISA KAU JADIKAN AMALAN UTAMAMU ?
BUKANKAH SURGA TELAH MENANTI ORANG-ORANG YANG MEMBAHAGIAKAN ANAK-ANAK ?
SUNGGUH . . .TELAH KAU HABISKAN WAKTU
MENGISINYA DENGAN SEBEGITU
Telah terlihat jelas. Kita menghabiskan waktu semoga tidak sia-sia. Ladang amal yang begitu subur telah diserahkan pada kita. Tanamilah dengan kebaikan, pupuklah dengan kesabaran, sirami dengan do’a. Ikhlas, amanah, dan cinta adalah modal utama. Niscaya tumbuh tunas-tunas baru,

yang meninggi pucuknya, menghijau daunnya, mengokoh akarnya, mengharum bunganya, dan memanis buahnya. BUKANKAH HANYA KAU TANAM SEBUAH BIJINYA ? Dan, jika kau sungguh-sungguh, BUKANKAH POHON ITU TUMBUH DAN MEMILIKI SEKIAN BANYAK PUCUK, SEKIAN BANYAK DAUN, SEKIAN BANYAK AKAR, SEKIAN BANYAK BUNGA, DAN SEKIAN BANYAK BUAH ? Sungguh . . .kita telah menghabiskan waktu untuk memikul amanah ini. Tentu karena kecintaan pada Allah. Karena dengan pohon amal inilah kita menghabiskan waktu.
Apakah kita masih bertanya ? Bagaimana dengan waktu untuk amal-amalku ?Tentu saja. Meski Masehi akan berlalu, meski Hijriyyah akan berlalu, meski Dinosaurus sudah punah. Selama darah masih mengalir, selama jantung masih berdetak, kita tak akan pernah kehabisan waktu. MARI ! Beramal beramal dan beramal. MARI ! Bermanfaat bermanfaat dan bermanfaat. MARI ! Mendidik mendidik dan mendidik. MARI ‘MENGHABISKAN’ WAKTU !!!!!!!

**Teruntuk rekan-rekan Guru
“Bekerja dengan cinta itu laksana menenun kain yang benangnya ditarik dari jantungmu. Seolah-olah kain itu akan kau berikan pada kekasihmu” (Khalil Gibran)



SEO CONTEST... WIN AS A TEAM...

Kartu-Pulsaku.Com Solusi Bisnis Online Anda

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Fiani Gee. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase