Kamis, 22 April 2010

Perjalanan Ke Kota Tepian



*Berhari Bumi Mode On... (22 April)

Hikmah kedua…

Ready to go… Its 07.50…

Setelah jadi terhukum… menunggu para bintang tamu…

Akhirnya perjalanan rihlah kami ke kota tepian dimulai...
Perjalanan 2-3 jam ke depan... adalah perjalanan yang selalu ku nantikan... Berkali-kali juga ke Samarinda. Tak pernah ku lewatkan ia dengan pejaman mata. Ia hijau...

Kalimantan... Hutan yang sebenarnya. Senang bisa dilahirkan di sini. Teringat masa kecilku... Aku menyaksikan bukit digunduli... Gunung menjadi rata... Takjub... saat itu... Hijau disekitarku, terkikis satu demi satu... Kalimantan... pulau kelahiranku...

Hampir sepanjang perjalan itu... Bisa terlihat olehku... pagar-pagar hidup nan kokoh... Pohon-pohon besar... yang mewakili hutan. Pokok-pokok ’sengon’... ha ha... nama pohon yang paling kukenali karena bentuknya yang memayung indah dan karena.. itulah satu-satunya nama pohon yang aku kenali.. selain pohon-pohon yang biasa terlihat di sekitarku..

Setiap memandang ke tepi jalan... pada batang-batang yang rapat. Yang terbayang adalah hutan gelap. Yang dihuni tumbuhan bumi... padat.

Namun... setelah beberapa kali perjalananku... baru kusadari hari ini... bahwa di balik pagar hijau itu... tak ada hijau lagi. Hanya sepuluh hingga 30 meter yang sempat kutangkap dengan bola mataku. Di belakangnya adalah ladang-ladang... bahkan dibeberapa tempat hanya gundul semata...

Topeng... Ternyata... Pagar hidup itu hanya topeng...

Teringat pada komentarku pada sebuah status teman: Bahwa aku dan rombongan tak bisa berhenti sholat di tengah jalan... tanggung... dan masih berada didalam gelap... pohooooooonnn semua.

Teman itu membalasnya... dan mengatakan... Jawa sama Kalimantan beda non... di Jawa mah hutan beton... jadi bisa berhenti di sebuah tempat... di tengah perjalanan.

Maluuu... ternyata hutanku tak sedahsyat itu...

Duhai penghuni pulau kelahiranku... Wahai pengurus Borneoku... Di manakah kalian? Akankah hijau itu menghilang dari penghujung pandang... Terhapus dari masa depan...

Kepada Kalimantanku... Terus hidupkan kehijauanmu... Bumi terus kembang kempis denganmu... Tanda kehidupan, masih mengiringinya... Borneo tercinta... Kaulah paru-paru utama... Dunia meminta kau untuk tetap membagi udara...

Tetaplah pakai topeng itu... Namun letakkan kembali isinya... Agar Hijau Borneoku selalu ada bagi dunia... Mari jaga bersama...

”Dan apabila dikatakan kepada mereka. ”Janganlah berbuat kerusakan dimuka bumi !” Mereka menjawab, ”Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.”
Ingatlah, Sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tapi mereka tidak menyadari” (Al-Baqarah: 11-12)


Semoga bisa memberi sebuah harapan bagi bumi... Untuk hidup... dan menghijau kembali... Amin...

1 komentar:

Shah Bahana mengatakan...

Pencinta alam semula jadi harus melakukan penentangan terhadap penerokaan hutan untuk pembangunan ladang kelapa sawit. Banyak ladang komersial di Borneo di taja oleh syarikat dari Malaysia dan Brunai. Apa yang pemerintah dan pemimpin Indonesia lakukan. Asyik berseloka dan bergundah gulana. Akhirnya nanti tidak ada lagi hutan di Borneo kerana dipenuhi ladang kelapa sawit.

Hutan amat penting bagi memelihara persekitaran, udara yang bersih, memelihara habitat semulajadi, flora dan fauna. Tentang habis2an jangan sampai hutan borneo menjadi padang jarak, padang terkukur. Kering dan tandus.

Wassalam.

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Fiani Gee. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase