Rasanya, belum lama saya menjadi seorang pendidik. Mungkin empat tahun, adalah waktu yang cukup panjang, bagi sebagian orang. Tapi tidak bagi saya. Sepertinya, baru kemarin saya mengajar. Saya masih ingat, pertama kali berada disekolah ini, saya hanya seorang baby sitter. ‘Believe it or not ?’ (please, believe it). Percaya atau tidak, itulah diri saya yang dulu. Itulah awalnya, saya mengenal sosok mungil yang sampai saat ini, senantiasa mengisi hari-hari saya. Saya menungguinya, meninabobokannya, mengajaknya berbicara, mengganti popoknya, membelainya, dan melakukan hal-hal lain yang biasa dilakukan oleh baby sitter. Dan salah satu keahlian saya, adalah menghentikan tangisannya. Yang membuat saya bersyukur, sekaligus heran, sejak saat itu, saya sepertinya, bisa menghentikan tangis bayi atau anak manapun yang saya temui. Sejak menjadi baby sitter, saya paling tidak tahan mendengar tangisan. Kalau ada anak, atau bayi didekat saya yang menangis, saya pasti berhasil menenangkannya. Bahkan sampai membuatnya tertidur.
Betapa saya melakukannya, benar-benar karena saya tidak rela, sosok-sosok mungil itu, kehilangan haknya untuk ceria. Dan empat tahun itu pun berlalu. Entah sudah berapa banyak tangis, yang berhasil saya hentikan. Yang pasti, semakin hari, dunia ini semakin luas saja. Saya tau, saya tidak lagi menghadapi bayi, seperti dulu. Setiap tahunnya, saya menghadapi dua puluh sampai tiga puluh anak, setiap harinya. Belum lagi, menghadapi problematika anak, yang semakin kompleks saja. Saya merasakan, anak tidak lagi hidup dengan kepolosan, karena dia tidak menemukan kepolosan disekitarnya. Anak tidak lagi jujur, karena dia senantiasa dibohongi. Anak tidak percaya diri, karena seringnya, dia dicela. Anak tidak lagi ceria, karena terlalu banyak orang yang membatasi. Begitulah. Saya sepertinya agak sulit, menemukan anak-anak yang seutuhnya. Mereka berubah. Karena manipulasi orang-orang dewasa. Mereka dibebani dengan tuntutan-tuntutan. Seperti layaknya boss terhadap bawahannya. Sekolah, tidak lagi menjadi tempat belajar. Melainkan telah menjadi sebuah perusahaan, tempat bekerja.
Semakin hari, semakin saya tidak rela. Sosok-sosok mungil itu, menjadi robot-robot, yang tak berperasaan. Mereka semakin sering menyakiti, satu sama lain.
Memusuhi, monopoli, bahkan mereka bisa melakukan konspirasi. Perih dihati, tak urung, timbul setiap hari. Menyaksikan dunia ini telah ternoda. Bahkan, juga oleh virus cinta. Apa yang bisa saya perbuat ? Saya masuk kedunia ini, dengan sedikit ilmu. Tidak pantas rasanya, membawa dunia ini, dengan tangan kecil saya. Karena saya takut, akan menjatuhkannya, dan membuatnya cidera. Namun, betapa inginnya saya membawa dunia ini kembali ke asalnya. Saya mungkin, bukan orang yang dapat menghadirkan kepolosan, didalam dunia ini. Namun setidaknya, saya selalu berusaha untuk memahami kepolosannya. Saya memang bukan orang yang terlalu jujur. Namun setidaknya, didalam dunia ini, saya berusaha untuk selalu jujur. Saya benar-benar ingin, membawa dunia ini. Mengembalikan kepolosan, kejujuran, percaya diri, dan keceriaannya.
Tidak ada hal lain, yang bisa mengembalikan keceriaan, kembali hadir didunia ini, kecuali dengan bermain. Permainan selalu membawa senyum simpul, bahkan tawa membahana keluar dari mulut-mulut mungil. Tidak seharusnya kita menjauhkan sikecil, dari bermain. Rasanya, itu sama saja, seperti memasukkannya kedalam penjara. Dia pasti hanya akan diam, dan bergerak, jika ada perintah. Dia tidak akan menikmati setiap diam dan geraknya. Pernahkah memainkan permainan jadi patung ? Saya selalu mendapati, sosok-sosok mungil itu, menikmati diamnya. Dari pada, kita meneriakkan kata ‘diam’ dengan nada sekian oktav. Menghabiskan energi, dan sangat sia-sia. Dengan bermain juga, kita bisa selalu mendapati kepolosan, yang muncul. Dari setiap kata, dan sikap anak-anak. Apa lagi dalam hal menunggu giliran bermain. Rasanya, hanya kadang-kadang saja, mereka bisa ingat, kapan giliran mereka bermain. Itu karena, dunia ini memang dunia bermain. Dengan bermainlah, mereka bisa mengerti. Dengan bermain, mereka menjadi lebih tau. Dengan bermain, mereka menjadi lebih banyak belajar. Namun, dengan bermain pula, mereka tidak perlu merasa dinilai setiap harinya. Karena, biasanya, penilaian mengaburkan makna dari pelajaran. Lalu dengan apa lagi kita bisa bawa dunia ini. Agar menjadi lebih baik ? Rasanya, bermainlah, satu-satunya cara. Benar, dunia ini, sudah seharusnya kita bawa BERMAIN.
**Seringkali kita tak sadar, menghentikan anak dari permainan, sama halnya dengan kita menghentikannya belajar.
SEO CONTEST... WIN AS A TEAM...
Kartu-Pulsaku.Com Solusi Bisnis Online Anda
0 komentar:
Posting Komentar